Oleh : Risma Tahmida
Siswi MAN 4 Banjar
Akses dunia digital memberikan platform yang luas pada kebebasan berekspresi pada warga internet. Aspirasi-aspirasi mereka dapat dicurahkan dilaman publik. Namun pada kenyataannya, Indonesia lebih banyak komentar destruktif daripada konstruktif. Survey Digital Civility Index (DCI) dan Microsoft terbaru pada tahun 2020 mengatakan bahwa Indonesia menempati urutan netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Standar-standar tertentu yang harus dipenuhi di dalam media sosial bila tidak sesuai maka akan mendapat reaksi negatif dari masyarakat, seperti pemenuhan standar kecantikan (beauty standard) dan penghinaan fisik (body shaming). Kondisi ini sangat memprihatinkan sehingga membuat perasaan diri sendiri tidak nyaman sehingga menciptakan tren bernama insecure.
Pengertian insecure
Insecure adalah istilah psikologis berupa perasaan tidak percaya diri yang terjadi karena beberapa faktor, mulai dari pengalaman buruk sampai gangguan mental. Perasaan ini disertai dengan ketidakpastian dan kecemasan tentang kemampuan diri atau hubungan dengan orang lain. Jika dibiarkan, maka dapat terganggu dalam menggapai tujuan hidup.
Menurut ahli psikologi kontemporer, Melanie Greenberg Ph.D. (2015) setiap orang pasti akan merasakan perasaan Insecure. Perasaan Insecure yang tidak berlebih termasuk baik untuk individu seperti membantu perkembangan diri seseorang bahwa kita mampu mencapai sesuatu yang lebih tinggi dari apa yang kita bayangkan. Namun yang menjadi permasalahan apabila berdampak buruk bagi kesehatan mulai dari fisik bahkan depresi.
Penyebab utama insecure, adalah : 1. Berdasarkan kegagalan atau penolakan; 2. Kecemasan sosial. Rasa takut dievaluasi oleh orang lain dapat menyebabkan kecemasan yang berakhir pada menghindari situasi sosial; 3. Insecurity, berdasarkan dorongan oleh perfeksionisme. Terus-menerus kecewa dan Menyalahkan diri sendiri karena menjadi sesuatu yang kurang sempurna, maka perasaan Tidak layak atau tidak nyaman itu akan timbul.
Dampak dari insecure : 1. Rendah diri (inferiority feeling). Inferioritas merupakan perasaan rendah diri yang dialami individu. Contohnya labil, tidak tegas, merasa tidak berarti sama sekali, tidak mampu memenuhi berbagai tuntutan hidup, ragu-ragu dalam pengambilan keputusan, kurang bertanggung jawab dan cenderung menyalahkan orang lain sebagai penyebab masalahnya serta pesimis dalam menghadapi rintangan; 2. Takut (fear). Takut merupakan campuran dari perasaan cemas dan gelisah. Rasa takut muncul dari adanya ancaman, sehingga seseorang akan menghindari ancaman tersebut dan sebagainya. Seperti halnya memulai komunikasi atau berinteraksi dengan orang lain, menjadi pusat perhatian atau berada dalam situasi-situasi yang kritik dari orang lain yang mungkin banyak kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan seperti itu muncul mungkin karena takut tidak dapat menyesuaikan diri, diabaikan, ditertawakan, takut tidak mendapatkan respons dengan baik, diremehkan, takut dinilai bodoh, dsb. Pada dasarnya, rasa ta
kut memiliki dua sumber utama: pertama, penglihatan adanya ancaman yang nyata, dan yang kedua, hilangnya tanda-tanda keselamatan, karena kebutuhan individu akan rasa aman (secure) dari kondisi-kondisi eksternal, seperti kematian; 3. Cemas (anxiety). Psikologi mendefinisikan cemas sebagai perasaan campuran dari rasa takut dan kesedihan terhadap masa depan tanpa sebab dan kehilangan fokus pada masa sekarang.
Cara mengatasi insecure : a. Cerdas berinternet. Keterikatan antara media sosial dan insecure sangat signifikan di era modern ini. Tampilan yang diunggah selalu menampilkan versi sempurna dapat memperkuat perasaan tidak puas pada diri sendiri. Selain itu, paparan terus-menerus terhadap penilaian dan komentar dari orang lain di media sosial yang seakan menaruh ekspektasi hingga kritik berlebih dapat memengaruhi persepsi terhadap diri dan memicu ketidakamanan. Oleh karena itu, penting untuk mengakui dampak media sosial terhadap perasaan insecure dan mengambil langkah-langkah untuk membatasi waktu yang dihabiskan, membangun keseimbangan, dan mengingatkan diri tidak selalu seperti yang ditampilkan dilayar; b. Konsep self love. Kita harus mengetahui kelebihan diri, karena kebanyakan orang seringnya hanya fokus pada kekurangan. Terimalah apa adanya, bersyukur atas yang dimiliki, dan pegang motivasi internal daripada haus validasi yang tak berujung; c. Berada pada lingkungan yang positive vibes. Rasa nyaman menjadi
alasan utama dalam memilih lingkungan. Misalnya seperti support system dari keluarga. Fokuskan pada hubungan keluarga, karena keluarga pasti akan selalu ada di saat kita senang maupun susah dan memberikan hal-hal yang positif untuk kita. Namun, kita juga harus tetap menjaga hubungan baik dengan orang sekitar; d. Membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Membandingkan diri menandakan bahwa kita tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing. Jadi, nikmati saja prosesnya untuk menuju sebuah kesuksesan; e. Stop menyalahkan diri sendiri. Untuk menghindari hal ini, kita perlu melawan pikiran negatif walaupun tidak mudah. Karena, jika tidak, rasa cemas dan menyalahkan diri akan terus menghantui kita. Perlu diingat bahwa bukan hanya kita yang pernah melakukan kesalahan di dunia ini. Setiap orang pasti pernah membuat kesalahan; f. Sibukkan diri dengan hal positif yang membangkitkan kebahagiaan. Fokuslah pada hal yang dapat membangkitkan rasa bahagia pada
diri untuk melupakan rasa insecure. Bisa dengan memanjakan diri dengan melakukan hobi seperti perawatan wajah, berolahraga, dan melakukan kegiatan positif lainnya.
Dengan demikian, semoga dengan informasi ini bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan mental kita semua.