Oleh : CAKRAWALA BINTANG
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, sebagai petunjuk dan bukti yang membedakan. Ajaran dari Allah SWT yang disampaikan Rasulullah SAW, sebagai utusan akhir zaman, yang setelah itu tidak ada lagi nabi dan Rasul. Karena itulah, yang akan beriman akan mendapatkan kebaikan sesuai dengan petunjuk, yang tidak beriman juga bersiaplah untuk masuk neraka. Semuanya disampaikan Allah SWT dan RasulNya, maka pada akhir kehidupan nanti diharapkan tidak ada lagi protes pada Pencipta, pada apa-apa yang mengandung nilai keadilan.
Banyak manusia karena perebutan kekuasaan dan harta benda, sampai saling mendominasi. Bahkan untuk makan dan minum sebagai alasan menyebabkan banyaknya manusia yang dipenjara, bahkan mati. Karena itulah, puasa adalah untuk menahan makan dan minum dari terbit fajar sampai terbenam matahari, apakah juga berguna bagi kehidupan manusia di muka bumi ini? Banyak manusia terbiasa berpuasa, karena memang kehidupannya Senin-Kamis, sampai-sampai disamakan dengan puasa Senin-Kamis. Hal itu karena berpuasa itu justru menyesuaikan, dan dengan ibadah yang baik bagi ummat Islam, ini justru semakin terkombinasi. Banyak contoh dalam dunia peperangan, jika puasa dan terbiasa berpuasa justru menyesuaikan keadaannya, sehingga tuntutan makan dan minum dapat terselesaikan tanpa mengganggu pikiran.
Namun jika melihat makna puasa lebih jauh lagi, sebenarnya berpuasa adalah cara untuk memerangi setan yang terkutuk. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya setan itu berjalan pada pembuluh darah dari anak Adam. Maka sempitkanlah pembuluh darah itu dengan lapar”. Kemudian dari hadis yang lain, “Terus meneruslah wahai siti Aisyah mengetuk pintu surga. Dia lalu bertanya, “Dengan apa aku mengetuknya?” Nabi menjawab, “Dengan lapar”. Karena itu di dalam cerita persilatan, karangan orang Indonesia, banyak sekali cerita kesaktian karena di awali dengan “bertapa”. Dimana duduk diam tafakkur, yang kemudian sampai berhari-hari, diselingi dengan puasa. Sampai ada petunjuk dan terkabulnya doa, kemudian baru tapanya terselesaikan.
Dari cerita itu, jika kegitan fisik yang dilakukan oleh organ fisik berhenti, kemudian organ itu diarahkan kepada doa, dengan jalan berpuasa atau tapa, maka kegiatan batin berjalan sesuai dengan fitrahnya. Karena dzikir itu sendiri maknanya adalah doa atau makanan batin. Dimana bisa menimbulkan rasa rindu. Rasa rindu itu akan membuat manusia “dapat bertahan” tidak makan dan minum dalam jumlah waktu tertentu. Mereka yang mengalaminya tentu saja mengerti akan maksudnya. Karena teori terjadi, dimana ada pengalaman, pengalaman karena latihan. Serta latihan karena ada kemauan, kemauan hanya ada “karena” tekad untuk itu.
Kelaparan adalah biasa bagi orang-orang miskin. Kelaparan adalah petaka bagi mereka yang kaya dan terbiasa makan dan minum. Kelaparan dirasakan bagi mereka dalam perjuangan pertempuran, mereka yang dalam perantauan. Atau mereka yang sakit, kemudian ingin sembuh, maka kelaparan adalah sahabat sejati. Makan dan minum adalah kehidupan dunia, tetapi dzikir dan ketaqwaan adalah jalan akhirat. Seringkali karena lapar seseorang merasakan kehidupan akhirat yang penuh dengan kebahagiaan, serta kedekatan dengan Tuhan. Itukah makna dari makna bertemu dengan Tuhannya.