Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Nusantara

Dr Amalia Rezeki Berbicara di Seminar Nasional Bekantan – UGM

×

Dr Amalia Rezeki Berbicara di Seminar Nasional Bekantan – UGM

Sebarkan artikel ini
IMG 20240924 102831 11zon

YOGYAKARTA, Kalimantanpost.com – Founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) foundation Dr Amalia Rezeki menjadi narasumber di Seminar Nasional Bekantan 2024, yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Satwa Liar Fakultas Kedokteran Hewan – Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Seminar nasional ini dikuti oleh lebih dari 100 peserta, yang terdiri dari mahasiswa kedokteran hewan dari berbagai universitas di Indonesia, mahasiswa biologi, dan mahasiswa kehutanan serta masyarakat umum, Sabtu (21/9/2024).

Baca Koran

Amel sebutan akrab doktor konservasi bekantan dari Universitas Lambung Mangkurat ini, tampil sebagai narsum bersama Aurélien Francis Brulé atau lebih dikenal dengan Chanee Kalawet, pria bule asal Perancis yang memilih menetap di Indonesia, untuk mengurusi konservasi primata, khususnya Owa melalui Yayasan Kalaweit, serta drh Adinda Anina M Vet, veterinarian di SBI, yang merupakan dokter hewan perempuan pertama di Indonesia, yang menggeluti upaya medis penyelamatan bekantan pasca rescue di SBI.

Amel berbicara tentang pengalamannya selama hampir 15 tahun menangani upaya pelestarian bekantan di Kalimatan Selatan, dimulai dari berdirinya SBI sampai aksinya dalam konservasi dan perlindungan habitat bekantan dikawasan Pulau Curiak, yang kini dijadikannya Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem Lahan Basah pertama di Indonesia, bahkan mungkin didunia.

“Perjuangan dalam upaya pelestarian bekantan di Indonesia ini tidak mudah. Tidak saja menguras keringat, tapi juga air mata. Perlu kesungguhan dan keikhlasan dalam bekerja. Karena semuanya bersifat relawan, tidak dibayar, bahkan bisa jadi mengeluarkan dana pribadi. Namun jika berhasil menyelamatkannya. Ada kepuasan batin yang tak terhingga bagi kami,” jelas Amel peraih Kalpataru 2022, sebagai penyelamat lingkungan.

Lebih lanjut, menurut Amel upaya pelestarian bekantan yang ia lakukan bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Melalui BKSDA Kalsel serta didukung oleh Pemerintah Daerah setempat. Ia juga menambahkan, bahwa saat ini upaya pelestarian bekantan yang ia lakukan fokus melalui aksi pemulihan habitat bekantan.

Baca Juga :  Mulai Hari Ini Dibuka Pendaftaran SNPMB 2025

“Bagi kami yang terpenting dalam upaya pelestarian bekantan, adalah dengan menyelamatkan rumahnya atau habitat bekantan itu sendiri. Untuk itu kami mempunyai dua program unggulan, yaitu Program Buy Back Land atau wakaf lahan, dan Restorasi mangrove riparian habitat bekantannya,” paparnya.

Amel juga menerapkan “ Living In Harmony With Bekantan “. Mengingat kawasan habitat bekantan berada didekat kawasan pemukiman dan pertanian. “Maka upaya melibatkan semua stake holder yang berada dekat kawasan habitat bekantan untuk dilibatkan dalam upaya pelestarian bekantan, sehingga tumbuh rasa memiliki dan kepedulian terhadap keberadaan bekantan tersebut,” tegasnya.

Mulanya populasi bekantan dikawasan Stasiun Riset Bekantan, hanya terdapat 14 individu saja. Kini dalam kurun waktu 5 tahun telah berkembang menjadi 52 individu bekantan, dengan terbagi menjadi 3 kelompok. Disamping itu dikawasan tersebut juga terdapat populasi Lutung kelabu (trachypithecus cristatus) dan monyet ekor panjang (macaca fascicularis) serta jenis mamalia lainnya, berikut keragaman hayati yang berdatangan kembali, yang mengindikasikan pulihnya ekosistem kawasan tersebut. (ful/KPO-3)

foto
– Founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) foundation Dr Amalia Rezeki (baju putih) menjadi narasumber di Seminar Nasional Bekantan 2024, yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Satwa Liar Fakultas Kedokteran Hewan – Universitas Gajah Mada Yogyakarta. (Kalimantanpost.com/Repro SBI)

Iklan