JAKARTA, Kalimantanpost.com – Sebuah studi yang ditulis oleh para peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Norwegia menemukan ibu hamil yang menderita obesitas dan Sindrom polikistik ovarium (PCOS) berisiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan ukuran badan yang lebih kecil.
Dilaporkan oleh Medical Daily pada Rabu (6/11/2024), para peneliti mengatakan rata-rata bayi yang lahir dari ibu dengan PCOS berisiko lebih tinggi mengalami hambatan pertumbuhan. Keturunannya bakal lebih ringan, lebih pendek dan mempunyai lingkar kepala yang lebih kecil saat lahir.
Temuan tersebut bakal lebih jelas terlihat pada ibu yang mengidap obesitas.
Melalui studi yang dipublikasikan di Jama Network Open itu, para peneliti menggunakan data dari 390 anak yang lahir dari wanita dengan PCOS dan membandingkannya dengan sekitar 70.000 anak dari ibu, ayah, dan anak Norwegia.
“Pada wanita dengan berat badan normal yang menderita PCOS, kami hanya menemukan anak-anak mereka memiliki berat badan lahir lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita PCOS,” kata peneliti studi bernama Profesor Eszter Vanky melalui sebuah rilis berita.
Vanky menjelaskan kelompok anak-anak yang lahir dari ibu dengan obesitas adalah yang paling menonjol. Bayi-bayi itu memiliki berat badan lebih rendah, perawakan lebih pendek, dan lingkar kepala lebih kecil.
“Obesitas memberikan beban tambahan pada ibu yang menderita PCOS dan anak-anak mereka,” katanya.
Walaupun kelebihan berat badan dan memiliki diabetes gestasional biasanya meningkatkan risiko melahirkan bayi yang lebih besar, wanita dengan PCOS, yang sering kali memiliki Indeks Massa Tubuh (BMI) lebih tinggi menghadapi hasil sebaliknya yakni lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari rata-rata.
Menurut Vanky, hal ini mungkin disebabkan oleh cara PCOS memengaruhi plasenta yang mengakibatkan peningkatan berlebihan. Plasenta merupakan jalan untuk menyalurkan nutrisi ke bayi melalui tali pusar.
Pada wanita dengan PCOS, plasentanya berukuran lebih kecil. Di saat yang sama, plasenta harus menyediakan semua yang dibutuhkan bayi, sehingga harus bekerja sangat keras untuk memenuhi tuntutan itu.
“Namun, terkadang plasenta tidak dapat mengimbangi, yang dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan, dalam kasus yang jarang terjadi, kematian janin,” ujarnya.
Lebih lanjut para peneliti mengatakan masih belum mengetahui secara pasti bagaimana PCOS dapat mempengaruhi kerja plasenta. Sebelumnya, mereka mengira penyebabnya terkait dengan tingginya kadar hormon seks pria.
Namun, keduanya belum bisa dipastikan. Selain soal plasenta, wanita dengan PCOS diketahui memiliki profil kekebalan yang sedikit berbeda selama kehamilan.
Dalam penelitian itu diketahui anak-anak yang lahir dari ibu dengan PCOS berisiko lebih tinggi mengalami obesitas. Penelitian juga menunjukkan bahwa memiliki berat badan lahir rendah meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular di kemudian hari. (Ant/KPO-3)