oleh: Haritsa
Pemerhati Generasi dan Kemasyarakatan
Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi pada 2045. Usia produktif, 15-65 tahun akan melebihi baik usia 0-14 tahun dan juga usia tua, diatas 65 tahun. Berlimpahnya generasi produktif ini menjadi keuntungan sekaligus tantangan bagi umat Islam di negeri ini. Generasi produktif harus menjadi kekuatan dan problem solver. Pemuda harus menjadi agen perubahan menuju tatanan kehidupan hakiki, yaitu sistem Islam. Bisakah menaruh optimisme pada pemuda hari ini?
Korban Kapitalisme
Pemuda hari ini hidup dalam situasi dimana dampak penerapan sistem sekuler kapitalisme terakumulasi atau menumpuk. Ibarat penyakit, keparahannya sudah stadium akhir. Ekonomi yang sulit dan kerusakan alam sangat terasa. Berbagai krisis dari krisis iklim, energi hingga pangan melingkupi hidup pemuda. Imbasnya, 9.89 juta gen Z terkategori NEET, not ini Education, Employment and Training atau tanpa kegiatan alias menganggur. Pengangguran bukan hanya problem lokal dan nasional, namun sudah menjadi fenomena global. Puncak kekuatan pada pemuda dengan fisik dan daya pikir tersia-siakan.
Pemuda juga dibina dan dididik dalam metodologi pendidikan sekuler baik secara formal di lembaga pendidikan maupun dalam keluarga dan masyarakat. Pemikiran sekuler turut membentuk sekaligus merusak. Kepribadian sekuler, kesakitan mental dan distraksi media menggerus karakter unggul dan luhur. Sudahlah intelektualitas minim, spiritualitas juga kosong. Yang ada adalah generasi stroberi, tampak manis dan glowing, tapi rapuh.
Potensi besarnya dibajak. Produktivitasnya justru tersesatkan dan terkuras untuk melayani kapitalisme yang sebenarnya biang perusak kehidupan termasuk kehidupan pemuda. Bukannya menciptakan arus perubahan, tapi malah terjebak dan hanyut pada arus yang merusak. Pinjol, judi online, tren bunuh diri, pergaulan bebas dan liberal, narkoba dan perilaku kriminal dan amoral adalah potret buruk pemuda hari ini. Selebihnya pemuda hari ini tersia-siakan dan rentan mengalami masalah.
Berharap pada Islam
Sistem hari ini merusak generasi. Namun bukan berarti harapan pupus. Karena secara alamiah, pemuda-pemuda bisa bertahan dan memiliki imunitas terhadap daya rusak dari sistem sekuler kapitalisme. Mereka merespon realita dengan daya pikir kritis bahkan bisa berbalik arah menggerakkan perubahan kepada sistem yang sahih, yaitu sistem Islam. Selajutnya pembinaan generasi diambil alih oleh sistem Islam dalam naungan Khilafah. Sistem Islam akan menjadi lingkungan dan kebun subur yang secara sistematis melahirkan generasi yang cemerlang.
Pemuda harus mengarahkan produktivitasnya untuk berjuang menegakkan sistem Islam. Insan pemuda seperti generasi sahabat Nabi SAW, Shalahuddin Al Ayyubi dan Muhammad Ali Fatih dapat lahir dari pembinaan yang intens. Potensi manusia sama di semua zaman.
Pemuda harus dibina secara serius untuk meng-install Islam pada mereka. Kepribadian Islam harus dibentuk sampai ke level kepribadian Islam yang kuat atau tinggi. Membangun kepribadian Islam dimulai dari penanaman akidah Islam. Akidah Islam sesuai dengan fitrah manusia, walaupun sangat mendalam tetapi gampang dimengerti, cepat membuka akal dan hati manusia, cepat diterima dan mudah dipahami –untuk mendalami isinya, sekalipun kompleks— disertai semangat dan kesungguhan. Tertanamnya akidah akan mengarahkan pada keterikatan dengan hukum syariat dan memahami syariat secara kaffah.
Penanaman baik akidah dan syariat harus dengan metode talaqqi fikri, yaitu proses penyampaian yang mendorong pemikiran. Dialog dan diskusi harus aktif diprogramkan. Generasi muslim juga memahami Islam dengan penyadaran politis, yaitu kesadaran terhadap pengurusan hidup hari ini dan problem yang dihadapi karena pengaturan yang sekuler, yang tidak sesuai dengan Islam. Pemuda harus melek politik dan terlibat dengan dakwah pemikiran dan politik. Mereka juga harus bergabung dengan partai politik hakiki yang membina kesadaran terhadap Islam ideologis dan politik Islam.
Jika pemuda terbina dengan Islam, maka umat akan menemukan pemuda agen perubahan dan calon pemimpin, generasi pilar peradaban Islam. Wallahu alam bis shawab.