Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

PEMIMPIN DI HARI KIAMAT

×

PEMIMPIN DI HARI KIAMAT

Sebarkan artikel ini

Oleh : CAKRAWALA BINTANG

Islam sangat menganjurkan kepemimpinan, karena ada amanat, serta pengambilan keputusan pada sebuah jalan yang mengalami dilema. Dilema itu sebuah keputusan bisa tetap berada di jalan yang lurus atau sebaliknya bisa berada di luar jalur. Walaupun dengan bertiga, karena bertiga justru bisa terjadi empat pendapat. Pendapat yang keempat adalah hasil dari perpaduan diskusi mereka. Dengan demikian tak ubahnya seperti lokomotif, pemimpin yang di depan akan menarik gerbong-gerbong yang ada di belakangnya.

Baca Koran

Jia di Al-Qur’an surat yang ke 42 mengenai Asy-Syura, mengenai Musyawarah, dibuka dengan huruf yang cukup unik seperti juga pada surat ke-19 mengenai Maryam. Ha mim ‘ain sin qaf ha mim, pada biasanya mengenai masalah hukum,kemudian sin dan qaf, sepertinya manusia atau sin kemudian melihat mengenai Q atau Al-Qur’an. Itu semua karena insting dan kebiasaan pada melihat pada huruf-huruf Al-Qur’an. Memang kode-kode dimulai pada huruf-huruf awal itu, seperti pada tanda-tanda lalu lintas. Kemudian pembandingnya pada surat 19 tentang Maryam, atau kelahiran Nabi Isa. Kaf, ha, ya,‘ain, shad, dimana huruf awalnya kaf seperti kun atau kehendak dan Qudrat Allah SWT, kemudian ha dan ya atau hati manusia, ‘ain atau pandangan yang melihat shad atau jalan-jalan kehidupan. Pada huruf pembuka surat 19, satu ayat, kemudian pada Asy-Syura, ha mim ayat ke satu, kemudian ‘ain sin qaf pada ayat ke dua. Itu ada fenomena dan pembeda yang menjadi pembanding.

Kembali kepada surat Asy-Syura, dimana ayat 3 nya berbunyi, “Begitulah Allah mewahyukan kepada engkau dan kepada orang-orang yang sebelum engkau, Dia Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”. Pentingnya pendalaman surat Asy-Syura demi melihat jika Pemilu saja dapat dikatakan demokrasi atau seperti musyawarah atau hasil musyawarah. Islam telah lama menerapkan makna kepemimpinan atau demokrasi, namun tunduk atau menyerahkan diri pada koridor menuju serta tunduk kepada sistim Tauhid. Maka bagi muslim, sistim Tauhid yang berada jauh sebelumnya di dalam lubuk hati yang paling dalam, adalah hal yang merupakan sebelum seseorang itu menafsirkan makna demokrasi. Karena demokrasi atau musyawarah itu melahirkan sistim hukum atau Undang-Undang. Termasuk UU Korupsi, yang mana banyak pejabat daerah provinsi terkena OTT, atau tidak terkena OTT namun juga bermakna korupsi, akan nampak sekali jika ada ketimpangan dalam arah pembangunan di Republik Indonesia ini. Sangat hancur jika tiga pilar itu secara bersamaan terkena dampaknya, yaitu ambruknya eksekutif atau gubernur, hancurnya pengawasannya atau legislatif, serta kemudian ambruknya universitas sebagai panutan serta pendidikan moral untuk pembangunan yang menopang kedua badan itu.

Baca Juga :  Umat Beragama dan Pemerintah Membina

Pada dasarnya kepemimpinan dalam Islam tetap berada pada Rasulullah SAW, sebagai tonggak utamanya. Dimana tidak beriman daripada kamu semuanya, jika Rasulullah tidak dicintai, lebih daripada semua yang ada, serta manusia semuanya. Semua itu adalah ajaran Allah SWT. Dapat dikatakan sebagai demokrasi alam semesta. Dimana sangat jelas doanya pada ketika menunggu shalat wajib setelah antara azan dan qomat, “Wahai Tuhanku yang mempunyai seruan yang sempurna ini, dan sembahyang yang akan didirikan ini, berikanlah dengan limpah karuniamu kepada Muhammad, wasilah (kedudukan yang paling tinggi dalam surga) dan keutamaan, serta limpahkanlah kepadanya maqam yang terpuji yang telah Engkau janjikan”.

Iklan
Iklan