Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Deforestasi, Pertanian, Perkebunan dan Tambang Batubara Kalsel

×

Deforestasi, Pertanian, Perkebunan dan Tambang Batubara Kalsel

Sebarkan artikel ini
Rofi Zardaida bw
ROFI ZARDAIDA

ROFI ZARDAIDA
Wartawan Senior, Wirausaha, Kepala Perwakilan Kalimantan Post di Jakarta

BANUA tercinta, Kalimantan Selatan adalah provinsi dengan kekayaan alam yang melimpah, kini menghadapi tantangan besar yang mengancam keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakatnya. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) antara tahun 2000 hingga 2020, Kalimantan Selatan kehilangan sekitar 1,5 juta hektar hutan. Penyebab utama deforestasi ini adalah konversi lahan untuk pertanian, perkebunan dan tambang batubara. Hal ini sudah selayaknya menjadi perhatian serius 100 hari kepemimpinan daerah dan semua pihak yang berkepentingan.

Baca Koran

Sebagai salah satu wilayah penting bagi paru-paru dunia, Kalsel juga merupakan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna yang terancam punah. Kehilangan 1,5 juta hektar bukan perkara kecil, hal ini bermakna Kalsel berpotensi kehilangan keanekaragaman hayati yang sangat penting bagi ekosistem dan mendorong peningkatan emisi karbon dioksida yang mempengaruhi perubahan iklim global.

Eksploitasi sumber daya merupakan dilema pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Meski demikian keseimbangan yang memperdulikan 3P yakni People (manusia), Planet (alam semesta) dan Profit (laba usaha) harus menjadi fokus utama pemerintah pasangan Gubernur Kalsel H. Muhidin dan Wakil Gubernur Hasnur Sulaiman. Persoalannya mampukah dua pemimpin yang notabene juga berpengalaman sebagai bos tambang ini berlaku adil dan professional saat kini menjabat sebagai pejabat publik ?

Secara matematis, meski sektor tambang batubara di Kalsel telah menjadi salah satu pilar ekonomi daerah dengan tingkat produktivitas mencapai 30 juta ton per tahun, namun Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Kalimantan Selatan masih cukup tinggi yaitu mencapai 6,5% pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada potensi ekonomi dari tambang batubara, manfaatnya belum dirasakan secara merata oleh masyarakat. Hal tersebut belum termasuk dampak sosial yang ditimbulkannya, permasalahan terkait penggusuran dan perpindahan masyarakat ketika hutan ditebang, pertikaian sumber daya dan perjuangan hak, banjir dan menurunnya kualitas hidup akibat hilangnya sumber air bersih dan makanan merupakan bagian dari drama industri tambang, pertanian maupun perkebunan di Kalsel.

Baca Juga :  Korporasi Pertanian, Solusi Untuk Ketahanan Pangan?

Apakah pertanian merupakan sektor lebih baik dibanding batubara ? jawabnya tidak juga. Dalam hal dampaknya terhadap kesuburan tanah, pertambangan batubara maupun pertanian mempunyai kontribusi besar terhadap menurunnya kualitas kesuburan tanah baik secara fisik maupun kimiawi jika tidak dilakukan rehabilitasi lahan yang tidak memadai. Oleh karena itu penting untuk mulai diterapkan praktik pengelolaan tambang dan pertanian yang berkelanjutan dimulai dari pemberlakukan rehabilitasi lahan.

Rehabilitasi lahan adalah proses penting untuk memulihkan ekosistem yang terdegradasi dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Dengan pendekatan yang tepat, termasuk keterlibatan masyarakat dan penggunaan metode yang sesuai, rehabilitasi lahan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat. Upaya ini tidak hanya membantu memulihkan kesuburan tanah, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat.

Harapan besar kita letakkan pada para pimpinan daerah hasil pilkada 2024. Dalam 100 hari pertama kita tunggu kesungguhannya memperjuangkan bumi dan alam semesta Kalsel dengan cara antara lain :

  1. Pemberlakukan zonasi wilayah yang jelas untuk membedakan antara area yang boleh di eksploitasi dan area yang dilindungi.
  2. Pemberlakukan penegakan hukum yang tegas dan penerapan regulasi lebih ketat terhadap kegiatan penebangan hutan dan eksploitasi tambang.
  3. Digalakkan kembali program rehabilitasi dan restorasi lingkungan untuk memulihkan ekosistem serta meningkatkan kualitas udara dan mengurangi emisi karbon.
  4. Menggali potensi diversifikasi ekonomi untuk pengembangan sektor ekonomi alternati yang berkelanjutan seperti pariwisata ekologi yang banyak terhampar di wilayah Loksado dan Geopark Sultan Adam, pengembangan pertanian organik dan urban farming dirumah-rumah warga.
  5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dengan aktif melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan yang terkait tentang rencana penggunaan lahan maupun pengelolaan sumber daya alam. Pendekatan komunitas ini mendorong semangat gotong royong kayuh baimbai yang menjadi tradisi urang Banjar dalam membina kerukunan.
Baca Juga :  Laskar Pelangi

Selamat bekerja para pemimpin dan wakil rakyat Kalimantan Selatan. Ingatlah, melalui tindakan yang tepat, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang, di mana lingkungan dan ekonomi dapat berjalan seiring. Insyaa Allah.

Iklan
Iklan