Oleh : Ahmad Barjie B
Pemerhati Keagamaan
Setiap ajakan kebenaran, selalu saja ada orang-orang yang memusuhi dan mendustakannya. Hal ini pula yang dialami oleh Nabi Muhammad Saw dan para pengikut beliau ketika pertama kali menyebarkan Islam. Para pemimpin yang memusuhi Nabi itu melakukan berbagai bentuk makar, melakukan daya upaya, tipu daya untuk menghalangi dakwah beliau. Tetapi semua itu tidak berhasil, karena akhirnya mereka akan dikalahkan.
Orang-orang yang memusuhi Nabi dan menentang ajarannya, serta memusuhi para pengikut Nabi, selalu dialami oleh para pembawa kebenaran, dalam arti tidak ada Nabi dan Rasul serta para ulama garis lurus yang mulus dalam berdakwah, selalu saja ada orang yang menentangnya, terutama dari kalangan penguasa atau para pihak yang merasa terganggu dengan dakwah.
Bila dicermati sejarah dakwah Rasulullah Saw, ada tiga faktor utama masyarakat suku Quraisy terutama para pemimpinnya menentang dakwah Nabi, yaitu: Pertama, persaingan berebut kekuasaan. Dalam kafilah besar Quraisy sejak lama terdapat golongan keluar besar yang saling bersaing berebut pengaruh, kekuasaan dan kepemimpinan di tengah masyarakat. Tunduk kepada agama Muhammad, menurut pandangan mereka, sama saja dengan tunduk dan menyerahkan pimpinan atau kekuasaan kepada keluarga mereka, yaitu Bani Hassyim atau Bani Abdul Muthalib. Para penentang dakwah ini tidak dapat membedakan antara kenabian dengan kekuasaan. Memang saat antara Bani Hasyim dengan Bani Umayyah terjadi persaingan, dan para penentang dakwah Islam umumnya berasal dari kalangan pemimpin Bani Umayyah.
Kedua, ajaran persamaan hak dan derajat yang dibawa oleh Islam. Masyarakat suku Quraisy telah lama menghidupkan pola hidup feodalistik, para pemimpin dari golongan bangsawan merasa lebih tinggi derajatnya dari orang biasa dan golongan lainnya. Agama Islam yang mengusung persamaan derajat (equality), kecuali atas dasar taqwa saja (QS. al-Hujurat ayat 13), menurut pandangan para pemimpin Quraisy itu akan menurunkan derajat mereka dan merugikan posisi terhormat yang selama ini mereka sandang. Oleh karena itu agama Islam harus ditentang.
Ketiga, taklid kepada nenek moyang. Para pemimpin dan masyarakat Quraisy yang menentang dakwah itu pada dasarnya terdiri dari orang-orang yang berakal, berilmu, pintar, tetapi akalnya tidak digunakan untuk menyerap kebenaran. Mereka bahkan memilih bertaklid, segala adat istiadat, kepercayaan-kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan yang mereka warisi dari para leluhur, diterima dan diperpegangi secara membabi buta (QS. al-Maidah ayat 104). Itulah sebabnya ajaran-ajaran yang membawa kebenaran dan perubahan, tidak dapat mereka terima, bahkan dimusuhi.
Pada permulaannya, dakwah Islam itu lebih banyak diterima oleh kalangan orang awam, bahkan banyak terdiri dari para hamba sahaya, seperti Bilal bin Rabah, Amar bin Yasir dan Zaid bin Haritsah. Barulah sesudah itu agama Islam terus berkembang luas. Dengan perantaraan Abu Bakar, banyak orang dari kalangan menengah dan bangsawan Makkah juga tertarik pada Islam, antara lain Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidullah, Abu Ubaidah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, Fathimah binti Khattab (adik Umar bin Khattab) dan suaminya Said bin Zaid dan beberapa penduduk Makkah lainnya, yang diberi gelar al-Sabiqquna al-Awwalun, orang-orang yang terdahulu masuk Islam.
Tetapi kemudian dari pengikut yang sedikit itulah pengikut Islam terus bertambah. Syaikh Ali Thantawi menggambarkan, pengemban Islam itu mulanya hanya empat orang, yaitu Muhammad Saw, istrinya Khadijah, Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar. Kemudian menjadi 40, yang tergabung dalam al-Sabiquna al-Awwalun, kemudian berkembang menjadi 300 orang yang mampu memenangkan Perang Badar, kemudian menjadi 10.000 orang saat kaum muslimin berhasil menaklukkan Makkah, dan kemudian menjadi 100.000 orang saat mereka mampu menaklukkan dunia.
Jadi walau mengalami permusuhan dari kaumnya, khususnya dari pemimpin Makkah, namun kemudian dakwah Islam berangsur sukses sehingga Islam tersebar ke mana-mana sampai ke negeri kita, dengan pengikut yang sangat banyak. Kini umat Islam sudah berjumlah di atas satu miliar jiwa, dan ada hampir di semua negara.