Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Ironis Hari Kebangkitan Nasional Versus Kebangkitan VOC Lokal

×

Ironis Hari Kebangkitan Nasional Versus Kebangkitan VOC Lokal

Sebarkan artikel ini
IMG 20250519 WA0031 e1747649667992

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Kota Banjarmasin memperingati Hari Kebangkitan Nasional satu hari sebelum tanggal peringatan. Namun hal menariknya bukan soal peringatan lebih awal, tetapi tentang implementasi generasi muda dalam kasus meneladani nilai-nilai yang diwariskan oleh para tokoh yang terlibat dalam peringatan tersebut.

Hal ini pun kemudian mengundang perhatian khusus dari salah seorang pakar politik dan kebijakan publik dari Universitas Islam Kalimantan Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin, yang tidak lain adalah Dr Muhammad Uhaib As’ad, MSi.

Baca Koran

Pria yang juga menjabat sebagai President International Institute of Influencers Indonesia tersebut menegaskan saat ini generasi muda belum mewarisi nilai-nilai perjuangan para tokoh yang melatar belakangi Hari Kebangkitan Nasional.

Menurut Uhaib, Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei untuk mengenang semangat persatuan dan nasionalisme yang mulai tumbuh pada awal abad ke-20 justru menjadi ritual rutinitas dan sebatas seremonial.

Apalagi, ujarnya, ditengah terjadinya kemunduran demokrasi saat ini, menurut Uhaib, kondisi negeri ini sangat memprihatinkan dimana para penguasa dan pengusaha sangat dominan menjalankan roda ekonomi kerakyatan.

“Kalau dulu kita dijajah oleh kolonial putih dalam hal ini VOC, saat ini dengan kondisi seperti ini, rakyat dijajah oleh bangsa sendiri atau VOC lokal,” ujar Uhaib kepada awak media ini.

Bukan tanpa alasan, Ia menganggap VOC lokal itu diisi oleh para pengusaha, oligarki yang mampu memainkan peran seorang penguasa. Uhaib berpandangan saat ini di Indonesia terjadi perpecahan golongan antara kaum borjuis dan kaum proletar.

“Dimana kaum borjuis ini merupakan kelas sosial yang memiliki modal dan alat-alat produksi dalam sistem kapitalis, mereka mampu mengontrol proses produksi dan mengambil keuntungan dari kerja kaum proletar,” ujarnya.

Baca Juga :  Dewan Kota Banjarmasin Hormati Keputusan Mundurnya Dirut PAM Bandarmasih

“Mereka lebih dikenal sebagai pemilik pabrik, perusahaan, atau bisnis yang mengendalikan sumber daya ekonomi,” tambah Uhaib.

Lebih lanjut, dijelaskannya, tujuan dari Hari Kebangkitan Nasional saat ini belum mampu tercapai oleh negeri ini, dimana tujuan adalah meningkatkan pendidikan, budaya, dan kesejahteraan masyarakat pribumi.

Peringatan ini ujar Uhaib, bertepatan dengan lahirnya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908, yang menjadi tonggak awal gerakan nasional Indonesia. Budi Utomo didirikan oleh Dr. Soetomo dan para mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA).

“Nah tujuan organisasi ini menjadi contoh bagi organisasi-organisasi pergerakan lainnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, saat ini tujuan keberlanjutannya, belum mampu dicapai oleh negeri ini, dimana banyak rakyat dan kaum buruh kecil yang masih belum merasakan nikmatnya kemerdekaan,” jelas Uhaib.

“Nikmat kemerdekaan ini seperti kesejahteraan yang menyeluruh, coba lihat, masih banyak kaum proletar, atau buruh yang untuk makan saja kesulitan, jadi negara ini hanya dikuasai oleh VOC lokal atau kaum-kaum borjuis pemilik modal,” sambungnya.

Uhaib pun mengajak kepada para pemangku kebijakan, agar bersama-sama mengutamakan kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan rakyat, bukan untuk memperkaya diri sendiri.

Bahkan, ia menyuarakan suara kaum proletar dimana cita-cita dalam UUD 1945 yang tertuang dalam Pasal 27 ayat 2 dengan bunyinya, menjamin hak warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.

“Ini mencakup jaminan akses terhadap pekerjaan yang memberikan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas hidup,” terangnya.

Selain itu beber Uhaib sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, alinea keempat yang menyebutkan tujuan negara untuk memajukan kesejahteraan umum, yang mencakup upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga :  Akhir Pekan Nanti, Sampah di Banjarmasin Bisa Ditukar Sembako

“Mari kita bersama-sama perjuangkan hak kita yang sudah termuat dalam UUD 1945, dimana hari ini kesenjangan terjadi dimana-mana, karena ciri negara yang maju ialah rakyatnya yang sejahtera,” kata Uhaib.

“Padalah 117 tahun yang lalu, rakyat kita ini sudah dibekali warisan semangat juang bersatu untuk bangkit, jika awal abah 20 lalu bangkit untuk merdeka, sekarang justru harusnya kita mampu bangkit untuk sejahtera,” tutupnya. (sfr/KPO-4)

Iklan
Iklan