
BEBERAPA penumpang yang menggunakan e-Money duduk santai menunggu bus Transbanjarmasin di halte persinggahan di Titik Nol Kilometer Banjarmasin, Selasa (20/5/2025).
Calon penumpang ini dengan sabar menunggu bus yang di kelola Pemko Banjarmasin menuju Kayutangi arah Rumah Sakit Ansyari Saleh Banjarmasin.
Di antara calon penumpang tiba-tiba saja muncul seorang perempuan bernama Tjiu Ye Lan membawa botol air mineral bekas dalam sebuah kantongan besar dan menyerahkan ke petugas jaga dari Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin untuk dihitung.
Ahmad Riyadi yang kebetulan sebagai petugas piket kemudian menghitung botol-botol plastik air mineral milik Tjiu Ye Lan tersebut.
“Ada 18 botol ukuran sedang ditukar dengan 6 tiket Transbanjarmasin dan 15 botol ukuran kecil yang bisa ditukar dengan tiket,” ujar Riyadi yang sehari-hari menjadi kondektur ini.
Dijelaskannya, botol mineral bekas yang ditukar dengan eco tiket ini berlaku selama satu bulan.
Diceritakan Riyadi, ada sekitar 100 eco tiket yang ditukar dengan botol air minuman bekas. “Sebenarnya paling banyak penukaran eco tiket dengan air mineral di Terminal Antasari,” paparnya.
Mendapat sembilan eco tiket Transbanjarmasin ini membuat sumbringah Tjiu Ye Lan.
“Adanya eco tiket ini saya berpergian naik bus Transbanjarmasin untuk berjalan-jalan di dalam kota tak perlu keluar uang lagi,” ujarnya.
Ditambahkannya, dirinya mendapatkan botol air mineral bekas ini dengan mengumpulkan diberbagai tempat dan jalan.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin, Slamet Begjo mengungkapkan penumpang yang ingin naik bus Transbanjarmasin bisa menggunakan eco tiket yang mereka kelola.
“Terobosan kami lakukan dengan eco tiket dengan ditukarkan dengan botol air mineral bekas sudah lebih sebulan, tepatnya per awal Mei 2025 lalu,” paparnya.
Ide ini muncul, lanjut dia, sewaktu melakukan studi banding ke Surabaya dan Yogyakarta. “Yogya bisa top up dengan botol kemasan. Kita belum punya mesin, kita hanya simpel tapi edukasi masyarakat bisa memilah sampah sudah syukur,” ucapnya.
Dijelaskan Slamet, pelaksanaan eco tiket oleh Dishub Kota Banjarmasin ini tak lain untuk membantu terkait persoalan sampah yang terjadi di Banjarmasin.
“Kami juga ingin memberikan edukasi dan merubah prilaku masyarakat di Kota Banjarmasin tentang sampah, salah satu dari sektor angkutan. Kami kepengin juga turut serta bagaimana edukasi itu bisa yang dimulai pemberlakuan eco tiket Transbanjarmasin yang dibayar dengan botol air mineral bekas atau juga cup air mineral yang bervariatif,” ujarnya.
Dijelaskannya, kalau ukuran 1.500 cukup tiga botol, bila yang sedang ukuran 600 mili meter itu kurang lebih ada lima botol dan lebih kecil ada 10 buah serta cup ada 15 buah.
“Tapi eco tiket ini berlaku untuk satu kali perjalanan atau berangkat. Kalau mau bolak balik menyediakan dua kali jumlahnya,” paparnya.
Animo masyarakat menukar air mineral bekas dengan eco tiket cukup tinggi. “Masyarakat ada yang bertas-tas membawa, sehingga kami mencoba kalau mereka bisa mengumpulkan kalau sehari satu perjalanan dianggap satu tiket, bila 10 kita diberikan kartu marchingvase atau kartu e-money nya tapi masih kosong,” ujarnya.
Lalu apa dampak bagi masyarakat terkait dengan sampah tadi? “Saya pikir sekali pun kecil, ada dampaknya. Pertama kalau masyarakat sementara naik transbanjarmasin haus pakai E-money, kalau sementara itu tidak punya itu bisa dengan botol air mineral bekas,” tandasnya.
Disisi lain, lanjut dia, karena botol bekas itu akan diuangkan dengan bank sampah berarti ini jadi sumber PAD. Jadi, hanya sebatas itu kerjasama dengan Bank Sampah.
“Nanti kami akan MoU tentang teknis pengambilan seperti apa. Kapan harus diambil. Kalau bisa diuangkan bisa menjadi PAD tidak melihat besarnya karena sekilo plastik.cukup banyak,” paparnya.
Yang lebih penting, kata Slamet, ini merupakan edukasi kepada masyarakat dimana memilah sampah khusus yang bernilai ekonomis lebih cepat. Kalau yang lain perlu waktu.
“Kalau inikan hanya memilah mana air mineral botol dan kemasan untuk bisa naik bus Transbanjarmasin sesuatu perlu waktu tetapi secara ekonomi kan bisa bergulir, ekonomis sirkulatif,” ceritanya.
Namun, kata dia, penerapan eco tiket penekanan lebih kepada pendidikan memilah sampah di tengah-tengah masyarakat.
Ada pun tempat penukaran eco tiket ada tempat yaitu di Nol Kilometer dan di Terminal Antasari. Jadi masyarakat yang mau menukarkan botol mineral kemasan itu dengan tiket transbanjarmasin di dua tempat.
“Harapan nanti bisa dikembangkan dibeberapa untuk memudahkan atau mendekatkan layanan kepada ke masyarakat,” tukasnya.
Untuk bus trans ini ada dua yaitu Banjarbakula dan Transbanjarmasin saja.
Masyarakat sementara memang belum familiar membedakan itu.
“Kalau Transbanjarbakula yang koridornya Banjarmasin sampai ke Martapura dan bahkan ke Pelaihari. Kalau Transbanjarmasinkoridornya hanya ada di Banjarmasin saja. Koridornya terbatas, karena baru empat koridor tetapi yang efektif baru tiga,” ceritanya. (Tim/K-3)