Jangan dibayangkan seperti gunung berapi di pulau Jawa yang menjulang tinggi
MISTERI dan ungkap gunung api purba bawah laut Geopark Pegunungan Meratus
Provinsi Kalsel memiliki banyak kekayaan alam yang mengandung misteri kejadian bumi, salah satunya soal batuan purba di wilayah Pegunungan Meratus yang ditetapkan sebagai Geopark (taman bumi).
Bahkan UNESCO sebagai Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengakui Geopark Pengunungan Meratus sebagai warisan geologi (kejadian bumi), yakni masuk anggota UNESCO Global Geopark (UGGp).
Pengakuan ini dengan diterimanya secara resmi sertifikat UGGp tersebut untuk Geopark Pegunungan Meratus oleh Gubernur Kalsel H Muhidin bersama Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Mohamad Oemar dan jajaran pejabat Pemprov Kalsel di Paris, Prancis pada 3 Juni 2025.
Sebenarnya sudah ditetapkan sebagai Geopark Nasional pada 2018, yakni memiliki luas sekitar 3,645.01 km2 dengan 54 situs yang tersebar pada empat rute, yakni Barat, Utara, Timur dan Selatan.
Rute-rute tersebut memiliki arti tentang asal usul terbentuknya Pegunungan Maratus dengan tanda berbagai situs yang terlihat secara kasat mata hingga sekarang.
Salah satu tandanya adalah tebing batuan di Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Posisinya di wilayah Waduk Riam Kanan.
Tebing batuan yang berada di rute Utara Geopark Pegunungan Meratus tersebut diberi nama Gunung Api Purba Bawah Laut.
Gunung Api Purba Bawah Laut menjadi situs ke-31 Geopark Pegunungan Meratus yang sangat dijaga dan dilestarikan sebagai warisan bumi yang sangat berharga.
Gunung Api Purba Bawah Laut, jangan dibayangkan seperti gunung berapi di pulau Jawa yang menjulang tinggi, namun hanya berbentuk bukit yang ada hamparan batuan cukup luas sebagai sisinya.
Gunung Api Purba Bawah Laut itu juga bukan gunung berapi aktif. Hanya sebutan untuk menceritakan sejarah kejadian munculnya batuan itu secara ilmu geologi.
Ahli Geologi Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus, Ali Mustofa menyebutkan, batuan muncul itu tidak terlepas dari fenomena terbentuknya Pegunungan Meratus.
Fenomena terbentuknya Pegunungan Meratus akibat adanya benturan kerak bumi di bawah Samudera disebut ophiolite, yang terangkat ke permukaan sejak 200-150 juta tahun lalu.
Akibat benturan kerak bumi itu menimbulkan vulkanik atau magma panas yang akhirnya membeku menjadi bebatuan dengan proses alam yang sangat lama hingga muncul ke permukaan tersebut.
Kemunculan batuan di Desa Tiwingan Baru atau Bukit Batas akibat hal tersebut sudah diteliti ahli-ahli geologi, dan memang secara ilmiah terbukti berusia purba.
Selain Ali Mustafa, Nur Arif Nugroho yang juga Ahli Geologi Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus menyampaikan, batuan purba itu disebutnya dalam ilmu geologi adalah batuan breksi.
“Batuan ini menarik sekali untuk diteliti lebih lanjut,” ujarnya.
Sebab batuan ini tidak banyak ada di tempat lain, yang bernilai sejarah tinggi hingga membuat Pengunungan Meratus menjadi istimewa.
Tanah Subur
Adanya batuan dari Gunung Api Purba Bawah Laut tersebut tidak membuat tanah di sekitarnya menjadi tandus, malah sebaliknya subur.
Masyarakat Desa Tiwingan Baru bahkan banyak yang berkebun di dataran perbukitan yang penuh batuan tersebut, baik tanaman jenis sayuran maupun buah-buahan.
Kepala Desa Tiwingan Baru Rudiansyah menyampaikan, bahwa di wilayahnya yang ada ditetapkan situs Gunung Api Purba Bawah Laut merupakan tanah subur, meskipun banyak hamparan dan gundukan batu.
Masyarakat desanya sudah mengetahui di wilayahnya ditetapkan ada beberapa situs Geopark Pegunungan Meratus, tidak hanya Gunung Api Purba Bawah Laut, namun juga Pulau Pinus.
Tentunya, masyarakatnya menjaga kelestarian situs-situs itu, karena tidak juga menghalangi mereka berkebun atau bertani dan beternak.
Terlihat di wilayah Desa Tiwingan Baru banyak perkebunan buah seperti durian, mangga, cempedak dan lainnya.
Bahkan pohonnya tumbuh besar meskipun di sela-sela batuan.
Rumah-rumah warga yang rata-rata rumah panggung juga banyak di sekitar batuan besar, seakan tidak bisa di geser.
“Batuan itu jika kita pukul dengan gada atau palu, hanya pecah kulitnya saja, tidak bisa terbelah, keras betul, seperti batu besi saja,” ujar Rudiansyah.
Dengan adanya batuan itu menambah keunikan desanya yang juga memiliki objek wisata, yakni Pulau Pinus dan Bukit Batas, yang dulu disebutnya jika dilihat dari puncak bukit itu Raja Lima Kalsel, karena ada lima pulau yang tergambar.
Dia berharap, dengan adanya penetapan situs Geopark Pegunungan Meratus di desanya berdampak besar untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, selain kelestarian alam.
Dia pun memastikan komitmen masyarakatnya menjaga situs-situs Geopark Pegunungan Meratus tersebut dengan tidak merusak alam sekitarnya.
Merawat
Pegunungan Meratus kini menjadi sangat penting di tanah Borneo, karena satu-satunya wilayah di Kalimantan yang ditetapkan sebagai geopark dunia.
Tugas Pemerintah Provinsi Kalsel dan kabupaten/kota yang di wilayahnya ada situs-situs Geopark bagaimana merawatnya tetap lestari dan bermanfaat bagi umat.
Sebagaimana disampaikan Tim Ahli Gubernur Kalsel yang juga menjabat Wakil Ketua Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus, H Nurul Fajar Desira Ces, menjaga dan merawat Pegunungan Meratus kini jadi tanggung jawab bagi semua, tidak hanya pemerintah.
Namun dia memastikan Pemerintahan Gubernur Kalsel H Muhidin dan Wakilnya H Hasnuryadi Sulaiman HB sangat serius dan komitmen untuk menjaga status Geopark Pegunungan Meratus ini dengan baik.
Karena dengan status geopark ini membawa nama wilayah Kalsel ke tingkat dunia sebagaimana temanya “Jantungnya Borneo”, bagaimana keunikan dan kekayaan alamnya yang begitu istimewa dan bernilai sejarah tinggi bagi dunia pada umumnya.
Geopark ini tidak hanya berbicara tentang konservasi, namun juga didalamnya ada edukasi, sosial dan ekonomi.
Karena geopark tidak hanya tentang keindahan alamnya dan keunikan batuan, flora dan faunanya saja, namun di sana ada masyarakat yang tinggal dengan budayanya dan memberikan manfaat ekonomi bagi mereka.
Manfaat secara ekonomi yang diberikan geopark sangat banyak, hasil alamnya yang pastinya, selain itu menjadi industri pariwisata.
Tentunya industri pariwisata yang ramah alam, karena dalam geopark ini ada wisata kuliner seperti salah satunya pembuatan dodol di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang ditetapkan menjadi situs.
Kemudian Wisata kerajinan pembuatan kain Sasirangan di Kota Banjarmasin, kain batik khas Kalsel yang ruhnya juga dari alam geopark ini. Adapula pembuatan perahu khas Banjar di Pulau Sewangi di Kabupaten Barito Kuala.
Fajar menyampaikan, pemerintah provinsi bersinergi dengan pemerintah kabupaten/kota yang terus berupaya membenahi semua situs geopark, terpenting juga infrastrukturnya.
Karena, status geopark ini akan dievaluasi setiap empat tahun oleh UNESCO, tentunya kita semua tidak menginginkan status itu lepas dengan kelengahan kita bersama menjaga kelestarian alam Meratus.
“Intinya begini, bumi ini bukan warisan para leluhur, tapi pinjaman dari anak cucu kita, harus bisa kita kembalikan dengan utuh nantinya,” ujar Fajar.
Situs Geopark Pegunungan Meratus
Geopark Pegunungan Meratus memiliki 54 situs yang terbagi di empat rute, yakni Barat, Utara, Timur dan Selatan. Rute Barat mempunyai panjang rute sekitar 85 km yang memiliki Pasar Terapung, Lok Baintan, Kabupaten Banjar.
Selain itu, ada Museum Wasaka, Kampung Tradisional Sasiringan, Galeri Terapung Sasirangan, Rumah Adat Tradisional Banjar, Pulau Kembang, Pembuatan Kapal Tradisional Sewangi, Pemandangan Tongkang Batu Bara, serta Konservasi Bekantan Curiak.
Rute ini mempunyai panjang rute sekitar 188,15 kilometer dan memiliki 14 situs.
Tema perjalanan pada Rute Utara adalah Mengikuti Suara Angin Menuju Keajaiban Dayak Meratus, yang artinya ikutilah ke mana arah daun bergoyang tertiup angin.
Adapun situs di rute ini yaitu Batu Sekis Sei Kambang, Matang Kaladan Panoramic, Bendungan Riam Kanan, Jejak Longsoran Bukit Tiwingan, Perikanan Danau Riam Kanan, Rumah Panggung Tebing Danau, Pulau Ulin.
Lalu ada Gunung Api Purba Bawah Laut, Pulau Bekantan, Pulau Pinus, Situs Arkeologi Pulau Sirang, Pohon Saksi Bisu Ba\92ah, Desa Belangian, Hutan Hujan Tropis Kahung, Makam Keramat Tenggelam, Pemukiman yang Ditenggelamkan, serta Batupasir Pembawa Intan.
Sedangkan Rute Selatan mempunyai panjang rute sekitar 67,44 km dan 14 situs.
Tema perjalanan pada rute adalah Sebuah Kilau Perjalanan Dari Hutan Hujan Tropis Menuju Intan, yang artinya Hutan tropis memberi nyawa pada Meratus.
Situs pada rute adalah Taman Hutan Hujan Tropika, Pembuatan Tradisional Purun, Kampung Jamu dan Obat Tradisional, Museum Lambung Mangkurat, Pusat Informasi Geopark, Taman Konservasi Anggrek, 16 Habituasi Satwa Endemik. (*/ant/K-2)