oleh: H AHDIAT GAZALI RAHMAN
SURGA dunia, terdiri dari dua kata yakni surga dan dunia. Jika kita tanya, apa itu dunia? Semua orang yang hidup dalam dunia ini akan menjawab apa itu dunia sebagaimana mereka yang rasakan, ada yang mengatakan dunia ini hanya panggung sandiwara, dunia adalah permainan, dunia penuh derita, dan lain-lain jawaban yang diberikan sesuai apa yang mereka rasakan. Tapi jika mencoba meminta pendapat ahli, khususnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah dunia memiliki beberapa pengertian, tetapi secara umum merujuk pada bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, termasuk semua manusia, alam, dan lingkungan hidup. Dalam konteks agama Islam, dunia juga sering dipahami sebagai kehidupan sementara yang penuh dengan ujian, kontras dengan akhirat yang kekal. Dalam Islam, kehidupan dunia dan akhirat merupakan dua konsep yang berhubungan, tetapi memiliki peran yang berbeda. Dunia adalah tempat yang sementara, tempat di mana manusia diuji untuk menuju kehidupan yang lebih kekal, yaitu akhirat. Islam mengajarkan agar memahami dan mempersiapkan keduanya dengan baik. Dunia menurut Islam diciptakan oleh Allah hanya bersifat fana dan akan binasa serta penuh dengan permainan dan senda gurau. Penciptaannya bertujuan untuk menguji manusia sebagai penghuninya. Manusia diyakini dapat mencapai kebahagiaan di dunia jika mengikuti ajaran Islam dan memperoleh kesengsaraan jika berbuat dosa.
Sedangkan pengertian surga dunia dalam Islam, surga dunia bisa merujuk pada dua hal, yakni kebahagiaan dan ketenangan hati yang dirasakan oleh seorang mukmin saat menjalankan ketaatan kepada Allah, atau tempat-tempat di dunia yang keindahannya menyerupai surga, meskipun tidak kekal. Surga dunia juga bisa berarti kehidupan yang baik dan penuh kenikmatan yang Allah janjikan bagi orang beriman di dunia, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Dan carilah apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu di akhirat dan jangan lupa bagianmu di dunia dan berbuat baiklah kamu (kepada sesama manusia) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, karena Allah tidak suka kepada orang yang berbuat kerusakan”. (QS. Al Qashash : 77).
Umat beragama khususnya Islam yang sangat percaya dengan Al Quran sebagai petunjuk dalam kehidupannya, maka dia akan yakin bahwa Al Quran memiliki tuntunan dan merupakan kitab suci dan sejumlah doktrin untuk membangun relasi dengan Tuhan, manusia dan alam semesta dengan baik dan seimbang, supaya tercipta suasana yang harmonis dan damai. Islam, sesuai dengan nama yang diberikan oleh Tuhan, adalah agama perdamaian dan keselamatan. Belum dianggap ber-Islam jika masih belum dapat menciptakan kedamaian dan keselamatan, baik selamat di dunia maupun di akhirat. Maka, ber-Islam artinya membangun relasi etis secara vertikal maupun horizontal dengan baik dan berimbang, karena manusia beragama khususnya Islam memiliki tiga dimensi relasional, yaitu pertama, relasi manusia dengan Tuhannya yang secara vertikal dilakukan melalui ibadah mahdhah atau arkn al-lsl?m yang lima (syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji); kedua, relasi manusia dengan sesama manusia yang dilakukan dengan berbuat baik dan berprilaku terpuji seperti jujur, amanah, adil, tanggungjawab, toleran dan seterusnya; ketiga, relasi manusia dengan alam semesta yang dilakukan dengan merawat dan menjaga kelestarian alam dan ekosistem, termasuk merawat lingkungan darat maupun laut. Jika manusia bersedia mentaati printah Tuhan di atas dan konsisten menegakkan tiga dimensi relasional tersebut, maka harmoni dunia akan terjaga dan akan tenteram selamanya. Itulah surga dunia, sebuah miniatur surga di kelak kemudian yang semua orang beriman mendambakannya. Oleh sebab itu membangun surga di sini adalah sebuah tuntutan, yaitu membangun keamanan dan kedamaian dunia dengan menegakkan prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara secara adil dan demokratis menuju kemakmuran dan kesejahteraan sosial.