Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Barito Kuala

Expose Antara Kajian PUD Barito Kuala 2025: Sektor Pertanian Dan Konstruksi Pegang Kendali Pertumbuhan

×

Expose Antara Kajian PUD Barito Kuala 2025: Sektor Pertanian Dan Konstruksi Pegang Kendali Pertumbuhan

Sebarkan artikel ini
dinas

Marabahan, KP — Pemerintah Kabupaten Barito Kuala melalui Bappedalitbang menggelar Expose Antara Kajian Produk Unggulan Daerah (PUD) Tahun 2025 di Aula Bahalap Setda Barito Kuala. Kegiatan ini menjadi bagian penting dalam proses pemetaan potensi ekonomi lokal berbasis data yang terukur dan berdampak nyata.

Dipandu oleh Kabid Litbang, Lasiman, MP, acara dibuka secara resmi oleh Kepala Bappedalitbang, Munadi, ST, yang menekankan bahwa “langkah perencanaan harus berpijak pada data yang akurat dan mampu menjawab kebutuhan pembangunan daerah.”

Kalimantan Post
exp1

Paparan pengantar disampaikan oleh Dr. Hj. Dewi Merdayanti, MAP (Peneliti Ahli Utama), yang memaparkan kerangka analisis sektor unggulan berdasarkan pendekatan kuantitatif. Sementara hasil utama disampaikan oleh Junaidy, M.I.Kom., M.AB (Peneliti Madya), yang menjelaskan bahwa sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, serta Konstruksi menempati posisi strategis dalam struktur ekonomi Barito Kuala. Temuan ini diperkuat oleh analisis Shift Share, Location Quotient (LQ), dan Dynamic LQ.

Jeruk Siam, Nenas, dan Padi Pimpin Komoditas Unggulan

Dari hasil identifikasi, terdapat 10 komoditas unggulan yang diklasifikasikan ke dalam tiga kategori: Unggul, Andal, dan Prospektif. Berikut sorotan datanya:

  • Jeruk Siam: Kontribusi 58% terhadap produksi provinsi, nilai relatif 0,58, kategori Unggul.
  • Nenas: Produksi mencapai 130.120 ton (97% provinsi), kategori Unggul, potensi hilirisasi sangat tinggi.
  • Padi: Produktivitas 3,74 dan nilai relatif 0,89, peringkat 1 se-Kalsel.
  • Bandeng dan Kakap: Menjadi perhatian karena tingginya produktivitas dan peluang budidaya berkelanjutan.
  • Sawit dan Daun Bawang: Masuk kategori “perlu evaluasi” karena rendahnya nilai tambah dan keterbatasan hilirisasi.

Junaidy menambahkan, “Kami mengukur performa berdasarkan kontribusi produksi, peringkat provinsi, nilai relatif, serta produktivitas, agar setiap komoditas dapat dipetakan secara objektif dan strategis.”

UMKM Sektor Hilir: Pilar Baru Ekonomi Kreatif Daerah

Tim peneliti juga menyoroti kontribusi UMKM sebagai tulang punggung ekonomi kreatif lokal. Berdasarkan survei lapangan, empat unit usaha hilir terjaring sebagai contoh UMKM unggulan:

  1. Tambak Bandeng Tabunganen Pemurus (Skor 820), menyerap 115 tenaga kerja dan memasarkan hingga luar daerah.
  2. Pondok Bahaur Bahagia (Skor 820), skala menengah, memiliki potensi kerja sama hilirisasi dan UMKM lokal.
  3. Karya Bunda Bersama (Skor 760), fokus pada olahan nenas berbasis zero waste, dikelola oleh 20 perempuan, dengan potensi pengemasan modern dan sertifikasi halal/PIRT.
  4. Diang Cafe & RM (Skor 780), sektor kuliner lokal dengan 14 tenaga kerja, dinilai siap melakukan digitalisasi pemasaran.

menjelaskan bahwa pemilahan UMKM dilakukan berdasarkan kriteria skor produktivitas, skala usaha, potensi hilirisasi, serta kesiapan adopsi teknologi dan kemitraan pasar.

Dialog Lintas OPD: Kritik, Dukungan, dan Validasi Data

Expose ini juga menghadirkan sesi diskusi terbuka dengan pimpinan OPD terkait. Berbagai tanggapan kritis dan korektif disampaikan, di antaranya:

  • Kadis Pertanian menyoroti kekuatan data padi sebagai penopang ketahanan pangan.
  • Kadis Perikanan mempertanyakan absennya ikan air tawar lokal dalam daftar unggulan, serta perlunya meninjau ulang keberadaan kakap dan bandeng.
  • Kadis Perkebunan mengusulkan hilirisasi sawit melalui penguatan Unit Pengolah Hasil (UPH).
  • Kadis Kehutanan menyebutkan potensi kayu galam yang mendukung sektor konstruksi.
  • Dinas Pariwisata menekankan peran kuliner dan produk lokal dalam mendukung wisata religi.
  • Kadis PTSP mendorong integrasi data hasil kajian ke dalam peta peluang investasi strategis daerah.
  • Diskoperindag menegaskan pentingnya klasifikasi UMKM dan penguatan koperasi “Merah Putih”.

Seluruh masukan dijawab langsung oleh tim peneliti, termasuk oleh Risky Syubhan, M.AB, yang menjelaskan metodologi klasifikasi dan alasan pemilihan komoditas berdasarkan nilai relatif dan produktivitas sektoral.

Sektor Hilir dan Ekonomi Kreatif: Kunci Nilai Tambah

Paparan juga menyoroti pentingnya penguatan sektor hilir melalui pengembangan ekonomi kreatif dan UMKM:

  • Produk hasil pertanian dan perikanan seperti kuliner khas dan kerajinan lokal memiliki daya dukung kuat terhadap ekonomi kreatif dan pariwisata.
  • Pengembangan kemasan, pemasaran digital, dan sinergi antar pelaku usaha kecil menjadi strategi utama peningkatan nilai tambah.
  • Pemerintah daerah didorong memperluas program penguatan koperasi produktif yang berbasis komoditas lokal.

Catatan BRIN dan Penegasan Penutup

Menjelang penutupan, dari tim  BRIN Ir. Suhandojo, MSi Peneliti Ahli Madya bidang Ekonomi Wilayah  Pusat Riset Pemerintahan Dalam Negeri, Organisasi Riset TKPEKM, BRIN,  memberikan masukan agar laporan PUD turut memperhatikan integrasi spasial dan kolaborasi lintas sektor. Junaidy menutup expose dengan penegasan bahwa seluruh komoditas ditentukan berdasarkan data faktual dan rasional, bukan sekadar persepsi.

exp2

“Kami ingin memastikan bahwa produk unggulan daerah benar-benar mencerminkan kekuatan ekonomi lokal dan siap berkompetisi di pasar regional maupun nasional,” tegasnya. Expose ini menjadi langkah awal penting untuk menyusun roadmap pengembangan ekonomi daerah Barito Kuala yang inklusif, kompetitif, dan berbasis potensi nyata.

Iklan
Iklan