Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Sektor Tambang dan Konsumsi Masih Jadi Penopang Ekonomi Kalsel

×

Sektor Tambang dan Konsumsi Masih Jadi Penopang Ekonomi Kalsel

Sebarkan artikel ini

Oleh : Mariatul Adawiyah, ST
Aktivis Muslimah

Di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan (Kalsel) pada triwulan I tahun 2025 cukup solid sebesar 4,81%. Kepala Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Selatan Catur Ariyanto Widodo dalam acara Publikasi Alco Regional di Aula DJPb Kalsel, Selasa (24/6/2025) mengatakan pertumbuhan ini mencerminkan resiliensi ekonomi daerah dalam merespons dinamika eksternal, sekaligus menunjukkan keberhasilan menjaga stabilitas dan mendorong aktivitas ekonomi domestik, dikutip dari (Kalimantanpost.com).

Kalimantan Post

Sektor Pertambangan dan Penggalian menjadi motor utama penggerak pertumbuhan dengan kontribusi sebesar 28,33% terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Peran strategis sektor ini tetap dominan, terutama dalam mendukung ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen terbesar dalam struktur PDRB Kalimantan Selatan, dengan kontribusi sebesar 48,55%. Tingginya peran konsumsi ini mencerminkan daya beli masyarakat yang relatif terjaga serta optimisme terhadap kondisi ekonomi ke depan, dikutip dari (Pajak.go.id).

“Pertambangan dan penggalian adalah sumber pertumbuhan tertinggi untuk pertumbuhan ekonomi Kalsel menurut lapangan usaha, yakni 1,40%,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel Martin Wibisono saat menyampaikan berita resmi statistik secara daring di Banjarbaru, Jumat (5/5/2023). Menurut pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin, pertumbuhan ekonomi Kalsel bisa saja tetap berada di atas 5 persen atau bahkan lebih tinggi dari capaian tahun 2022 sebesar 5,11%. Namun, pertumbuhan itu sangat bergantung pada beberapa kondisi hingga akhir tahun ini.

Pertama, faktor harga batubara di pasar global. Jika tidak ada guncangan besar dalam perekonomian global, permintaan energi dan harga minyak tidak jatuh, ekspor batubara Kalsel masih memainkan peranan besar dalam mengangkat pertumbuhan ekonomi. Kedua, inflasi terkendali. Jika tidak ada guncangan harga minyak mentah di pasar global, pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak yang dapat memicu inflasi tinggi. Pada saat yang sama, produksi bahan pangan dan distribusi bahan kebutuhan pokok diharapkan berjalan lancar sehingga akan menjaga daya beli masyarakat, dikutip dari (Kompas.id).

Baca Juga :  Merefleksi Indonesia Lewat One Piece

Dilihat dari pemaparan statistik terhadap pertumbuhan ekonomi Kalsel, sektor pertambangan masih menjadi andalan utama ekspor dan penerimaan negara. Konsumsi rumah tangga pun terbilang tinggi, artinya aktivitas belanja masyarakat menjadi motor pertumbuhan ekonomi.

Padahal ketergantungan pada tambang bisa menciptakan ketimpangan wilayah dan kerusakan lingkungan permanen. Konsumsi rumah tangga memang besar, akan tetapi bukan tanda kesejahteraan. Karena banyak konsumsi berasal dari kredit dan utang. Ini mencerminkan budaya konsumtif dan tidak memperkuat fondasi ekonomi nasional.

Islam sebagai ideologi tidak membangun ekonomi hanya dari sektor instan, tapi dari struktur ekonomi kokoh dan seimbang. Dalam Khilafah, tambang berskala besar adalah milik umum, dikelola negara, bukan korporasi, swasta atau asing. Keuntungan dari tambang dikembalikan ke rakyat dalam bentuk pendidikan gratis, kesehatan, infrastruktur, dan subsidi kebutuhan pokok.

Islam mendorong produksi barang halal yang dibutuhkan umat, serta melarang penimbunan dan eksploitasi riba. Sistem ekonomi Islam memotong akar konsumsi berlebihan lewat larangan iklan manipulatif dan dorongan gaya hidup qana’ah. Islam punya mekanisme zakat, larangan riba, dan pembatasan kepemilikan agar kekayaan tidak hanya berputar di elite.

Model ekonomi Islam mengarah pada pemerataan kesejahteraan, bukan pertumbuhan semu. Ekonomi yang bergantung pada tambang dan konsumsi ibarat membangun rumah di atas pasir. Rentan, tidak adil, dan tidak berkelanjutan. Islam hadir dengan visi ekonomi produktif, adil, dan berpihak pada umat. Hanya sistem Islam yang mampu memutus siklus ketergantungan dan mengangkat ekonomi dari fondasi yang benar.

Iklan
Iklan