Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Pentingnya Sebuah Kesadaran

×

Pentingnya Sebuah Kesadaran

Sebarkan artikel ini

Oleh : Sanah Najwa
Pemerhati Sosial Kemasyarakatan

Dalam kehidupan, manusia pasti melakukan berbagai aktivitas/amal, tentu berdasarkan apa yang dia ketahui, pahami dan sadari. Karena tanpa pengetahuan, pemahaman dan kesadaran, manusia cenderung pasif dan tidak mau bergerak.

Kalimantan Post

Pemahaman artinya kemampuan untuk mengerti, mengetahui, atau menangkap makna dari sesuatu. Dalam konteks yang lebih luas, pemahaman juga bisa berarti kemampuan untuk menafsirkan, menjelaskan, atau bahkan menerapkan pengetahuan yang dimiliki.

Sedangkan kesadaran, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesadaran diartikan sebagai “keinsafan; keadaan mengerti”. Ini bisa berarti seseorang memiliki pemahaman terhadap sesuatu, seperti situasi atau kondisi yang sedang terjadi, dan bagaimana seharusnya meresponsnya.

Seseorang akan bertindak sesuai apa yang ia pahami dan sadari. Jika informasi yang didapatkan benar, maka pemahaman nya, kesadaran nya dan tindakannya juga benar. Begitu pula sebaliknya. Maka dari itu, kesadaran adalah hal yang sangat penting untuk menggerakkan seseorang agar bertindak atau bergerak, sebagaimana peran mesin pada kendaraan.

Sehingga tidak heran jika seringkali kita mendapati berbagai kegiatan berupa sosialisasi dan edukasi. Semisal sosialisasi untuk pola hidup bersih dan sehat, gencar diadakan sosialisasi dan edukasi gerakan buang sampah pada tempatnya, buang hajat pada tempatnya, tidak sembarangan. Karena bisa merusak/mencemari lingkungan dan menjadi sumber penyakit. Begitu juga seperti berbagai sosialisasi dan edukasi tentang kesetaraan gender, perlindungan perempuan dan anak yang gencar dilakukan pemerintah.

Tentu untuk membentuk kesadaran di tengah-tengah masyarakat akan kesetaraan posisi laki-laki dan perempuan, agar tidak ada diskriminasi, serta terpenuhi dan dilindungi hak-hak perempuan dan anak yang hari ini pada kenyataannya memang mengalami banyak permasalahan.

Mungkin ada yang bertanya, apa pentingnya dakwah yang hanya dilakukan secara lisan. Kenapa tidak dengan aksi nyata dengan terjun langsung ke lapangan, atau masuk kedalam elemen pemerintahan. sehingga bisa langsung didengar aspirasinya sebagaui dakwah untuk mempengaruhi kebijakan.

Baca Juga :  Lonjakan Kekerasan Anak dan Perempuan di Banjarmasin: Sistem Perlindungan Kita Salah Arah

Mau disadari atau tidak, sebenarnya dakwah secara lisan itu adalah aksi nyata, dakwah secara lisan juga merupakan bentuk sosialisasi dan edukasi terhadap objek dakwah. Dan itu bukanlah hal yang tiada artinya.

Coba kita perhatikan maraknya pembacaan Maulid Habsyi, Maulid Diba’I, Aqidatul’Awam, Hadrah Basaudan yang seringkali dibawakan pada saat Majelis Dzikir dan Majelis Ta’lim. Tentu semua itu tidak terlepas dari peran penting para ulama yang menyampaikan betapa agungnya hal tersebut. Yang berbuah pada kesadaran masyarakat.

Begitu juga halnya dakwah menyerukan agar kembali kepada Islam secara kaffah adalah aksi nyata berupa sosialisasi dan edukasi di tengah masyarakat agar kembali kepada Ilahi Rabbi. Allah yang Maha Menciptakan (Al-Khaliq) dan Maha Pengatur (Al-Mudabbir). Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah dan Para Sahabat, selama kurang lebih 13 tahun dakwahnya di Mekkah, hanya dilakukan secara lisan kepada berbagai kalangan. Baik itu penguasa, kepala kabilah maupun rakyat biasa. Rasulullah tidak ikut bergabung dalam lingkaran kekuasaan kala itu.

Karena Penguasa Kota Makkah tidak mau menerima dan menerapkan Islam dalam pemerintahannya. Rasulullah Muhammad saw menolak tawaran kekuasaan yang diajukan oleh kaum kafir Quraisy. Mereka menawarkan kekuasaan dan harta benda kepada Nabi Muhammad agar beliau menghentikan dakwahnya, tetapi Nabi menolak tawaran tersebut dengan tegas.

Tersebarnya Islam di Madinah, tentu tidak terlepas dari adanya dakwah yang terus disosialisasikan dan adanya edukasi oleh Mus’ab bin Umair terhadap masyarakat Madinah dan Penguasanya Suku Aus dan Khazraj. Sehingga mereka memahami dan menyadari betapa agung ajaran Islam dan Pembawa Risalahnya Rasulullah Muhammad SAW. Pada akhirnya mereka menerima Islam diterapkan secara kaffah, yang tidak hanya mengatur ibadah, namun hingga kepada sistem pemerintahannya, Rasulullah lah sebagai Kepala Pemerintahannya.

Baca Juga :  Mungkinkah Pendidikan Dasar Gratis?

Menerima dan menerapkan Islam secara kaffah adalah bentuk ketaatan kepada Allah, merupakan bentuk keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rasul Nya. Sebagaimana perintah Allah berikut, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 208).

Redaksi “Kaffah” adalah Perkataan/Kalamullah, bukan berdasarkan nafsu manusia. Karena dakwah adalah kewajiban dari Allah, baik individu maupun berjamaah. Maka dakwah kepada Islam secara kaffah juga adalah Sunnah nya Rasulullah. Mendakwahkannya juga adalah bentuk kasih sayang kepada seluruh umat manusia, bahkan alam. Karena Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.

Sehingga mendakwahkan kepada Islam Kaffah juga adalah bentuk edukasi kepada masyarakat bahwa sebagai seorang Muslim juga harus beriman dan bertaqwa kepada Allah dengan melaksanakan semua yang Allah perintahkan dan meninggalkan semua yang Allah larang, agar selamat dunia akhirat.

Wallahu A’lam bish Shawab.

Iklan
Iklan