Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Pemuda Moderat: Pemuda Berkualitas dan Bangkit?

×

Pemuda Moderat: Pemuda Berkualitas dan Bangkit?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Haritsa
Pemerhati Generasi dan Kemasyarakatan

Pengarusan moderasi beragama kembali digulirkan dengan gencar belakangan ini, khususnya dengan sasaran generasi muda. Moderasi beragama juga digaungkan sebagai solusi untuk realitas keberagaman di negeri ini dimana indikator utama moderasi adalah toleransi dan komitmen kebangsaan.

Kalimantan Post

Namun apa hakikat sebenarnya moderasi beragama? Apakah moderasi bisa menjadi solusi? Apakah moderasi beragama membangun karakter unggul pada pemuda?

Moderasi: Proyek Barat

Sesungguhnya moderasi bukanlah muncul alami dari kebutuhan umat beragama khususnya umat Islam yang mayoritas di negeri ini. Jika ditelisik moderasi juga bukan bagian dari agama Islam meskipun sering dijustifikasi dengan dalil agamanya Islam. Moderasi tidak memiliki basis karena muslim diperintahkan untuk taat, bukan untuk menjadi moderat. Proyek ini juga bukan muncul dari kebutuhan dan tuntutan politik lokal.

Proyek itu justru digagas Amerika Serikat dari kerangka politik globalnya yang ingin mempertahankan dominasi kapitalisme dan menganggap kebangkitan Islam politik sebagai ancaman. Jadi Barat yang dipimpin oleh Amerika yang menganggap Islam politik sebagai lawan. Inilah yang melatarbelakangi proyek moderasi. Adalah lembaga think tank AS, yaitu Rand Corporation yang merumuskan Islam moderat sebagai rekomendasi yang harus dijalankan AS terhadap dunia Islam. Rekomendasi itu tertuang dalam publikasi Building Moderat Muslim Networks (Membangun Jaringan Muslim Moderat). Lembaga ini menyarankan sejumlah langkah untuk pembangunan dan penguatan jaringan muslim moderat di seluruh negeri-negeri muslim. Diharapkan muslim moderat menjadi ‘sekutu’ AS karena mereka mengadopsi sekularisme, serta menjadi perpanjangan tangan melawan Islam politik yang dilabeli ekstrim dan radikal. Ini terlihat dari definisi siapa yang dimaksud moderat, yaitu muslim yang menerima demokrasi, pluralisme, sumber hukum non sektarian, dan kesetaraan g
ender. Intinya Muslim moderat adalah yang menerima Barat seraya menuduh agama sebagai ancaman dengan cap radikal dan teroris.

Baca Juga :  Membincang Pendidikan tanpa Biaya

Jadi meskipun dilandingkan, dibumikan seolah moderasi adalah kebutuhan umat, namun harus disadari bahwa ini bagian dari politik AS. Alasan harmoni dan kerukunan kehidupan beragama atau berbangsa hanyalah dalih dan mengkambinghitamkan agama Islam sebagai penyebab permasalahan multidimensi dan keterpurukan di segala bidang. Padahal yang diterapkan adalah sistem kapitalisme yang sekuler. Jadi moderasi bagian dari perang pemikiran dan perang istilah dalam benturan peradaban antara Islam yang ingin bangkit dan status quo kapitalisme. Moderasi beragama sesungguhnya adalah proyek sekulerisme.

Sekularisme tidak mewujudkan apa-apa kecuali kerusakan dan kelemahan pemuda yang makin parah. Sudahlah mereka hari ini dibelit dengan banyak persoalan akibat sistem kapitalisme sekuler, kondisi makin terpuruk karena menjadi sosok sekuler. Mereka terjerumus dalam persoalan sosial dengan kehidupan liberal, individualis dan hedonis. Mereka jauh dari gambaran pemuda mulia karena sekularisme berorientasi manfaat. Pragmatisme dan oportunisme adalah karakter yang melekat pada orang sekuler.

Nalar dan kritisme mereka tumpul bahwa kapitalisme yang sekuler adalah sistem yang diterapkan dan memproduksi persoalan besar seperti korupsi yang semakin membudaya dan kemiskinan struktural ditengah kekayaan alam berlimpah. Mereka juga cenderung menjadi sekuler radikal, tidak hanya memisahkan agama dari negara dan politik, tapi juga anti dengan agama. Bahkan alih-alih berpikir, mereka juga tidak peduli karena mereka kosong dari kesadaran yang sahih. Sungguh kita tidak boleh lugu dan naif terhadap proyek moderasi ini yang ujungnya adalah mensekulerkan pemuda.

Islam Kaffah: Profil Hakiki

Islam adalah sebaik-baiknya unsur pembentuk pribadi dan sebaik-baik arah hidup manusia. Karena Islam bersifat kaffah dan syumul atau menyeluruh. Islam memberikan pemikiran mendasar sekaligus menyeluruh yang sangat besar pengaruhnya pada manusia. Akidah Islam memberikan arah pandang yang khas terhadap kehidupan dan dasar bagi pemahaman terhadap segala sesuatu. Akidah Islam menuntun pada keterikatan kepada hukum syariat dimana syariat adalah solusi hakiki terhadap setiap persoalan. Pola pikirnya adalah dengan menjadikan pemikiran Islam sebagai standar, dan hukum syariat sebagai patokan terhadap sikap dan perbuatan.

Baca Juga :  Haji dan Umrah Melalui Laut

Mereka menguasai taaqofah, yaitu ilmu-ilmu keIslaman, sekaligus mumpuni dalam ilmu-ilmu kehidupan. Mengapa gabungan ilmu tersebut? Karena Islam tidak dipisahkan dari kehidupan dan negara. Seorang muslim paham hukum thaharah atau bersuci untuk ibadah, namun dia memiliki pemahaman tentang hukum kepemilikan air dan memahami hukum kepemilikan air dan seluk beluk pengelolaan sumber daya air agar bisa dimanfaatkan manusia. Mereka paham tentang aurat sekaligus paham bagaimana peran negara dalam memenuhi kebutuhan rumah bagi rakyatnya.

Demikianlah gambaran Islam membentuk sosok pemuda kepribadian Islam. Sehingga sosok pemuda muslim akan sangat kuat secara spiritual, ruhani dan secara politik, yaitu kepedulian terhadap urusan-urusan masyarakat. Mereka menjadi Abdullah, hamba Allah yang taat sekaligus khalifatullah, sosok pengelola bumi. Mereka berkarakter pemimpin.

Generasi Islam di masa lalu adalah generasi terbaik. Nabi Muhammad SAW sendiri menjadi teladan abadi. Beliau sosok pemimpin yang paling berpengaruh di dunia, baik sebagai pemimpin spiritual sekaligus pemimpin politik. Kepemimpinan beliau diwarisi oleh generasi berikutnya dan menampilkan peradaban Islam yang agung. Peradaban Islam mewujud dengan kemajuan dalam tsaqofah, sains teknologi dan material. Negara muslim menjadi pemimpin yang menentukan arah politik dunia karena disegani semua bangsa dan negara. Kaum muslimin mampu membebaskan Palestina dari penguasaan tentara salib dan peradaban yang sukses merawat dan menaungi keberagaman. Bahkan kegemilangan dan keluhuran peradaban Islam di bawah naungan Khilafah itu tercatat dalam buku sejarah dan diakui para sejarawan non Muslim. Wallahu alam bis shawab.

Iklan
Iklan