Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Menembus Ruang Sosial Masyarakat Pesisir Kalsel-Kalteng

×

Menembus Ruang Sosial Masyarakat Pesisir Kalsel-Kalteng

Sebarkan artikel ini
IMG 20250804 110540
Dr. Didi Susanto

Penulis : Dr. Didi Susanto

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com — Kita hidup dalam zaman yang serba cepat, serba canggih, dan serba penuh tuntutan. Setiap hari kita dikejar waktu, dikepung notifikasi, dan diseret dalam pusaran kompetisi yang seolah tak ada akhirnya. Kita jarang punya waktu untuk berhenti sejenak, mengamati sekitar, apalagi untuk benar-benar meresapi makna kehidupan. Namun, ketika kaki ini melangkah keluar dari zona rutinitas menyusuri daerah-daerah yang jauh dari gemerlap kota, seperti pesisir Kota Banjarmasin hingga pesisir Kabupaten Kuala Kapuas—barulah hati ini terasa disentuh oleh kehidupan yang berbeda.

Kalimantan Post

Di sana, kita bertemu dengan masyarakat yang mungkin tak pernah masuk dalam beranda media sosial kita. Mereka hidup jauh dari sorotan, namun justru merekalah yang memberi kita pelajaran paling berharga. Dengan keluguan, kesederhanaan, dan tawa lepas yang begitu tulus, mereka menyambut siapa pun yang datang, seolah berkata: “Kami tidak memiliki banyak, tapi kami punya ketulusan.”

Masyarakat di pesisir itu tidak sibuk mempercantik citra diri. Mereka tidak merasa perlu membandingkan hidupnya dengan orang lain. Mereka tidak diburu kecemasan karena algoritma. Justru dari kehidupan mereka yang tampak ‘sederhana’, kita diajak kembali kepada esensi kemanusiaan yang sejati—yaitu hidup dalam syukur, dalam kejujuran, dan dalam kebersamaan.

Kita pun merenung, betapa selama ini kita sering merasa kekurangan, padahal telah diberi begitu banyak. Betapa kita sibuk mengejar pengakuan manusia, sementara melupakan bahwa ridha Allah adalah tujuan utama. Padahal, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan bumi dan seluruh isinya untuk kita kelola dengan bijak, bukan untuk kita eksploitasi semaunya. Allah ingin kita belajar dari setiap sudut kehidupan, termasuk dari masyarakat yang jauh dari pusat perhatian.

Baca Juga :  Perlawanan untuk Membebaskan Palestina

Tawadhu’—rendah hati—bukan sekadar konsep indah dalam ceramah atau buku motivasi, tetapi nyata dalam kehidupan mereka. Mereka tidak tinggi hati meski mampu hidup mandiri dengan hasil laut atau kebun yang mereka olah sendiri. Mereka tidak silau oleh gawai mewah, karena yang lebih penting bagi mereka adalah silaturahmi yang hidup, sapaan hangat di pagi hari, atau sekadar duduk bersama sambil tertawa tanpa beban.

Di saat banyak dari kita merasa kesepian di tengah keramaian kota, masyarakat di sana justru menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan yang sederhana. Di saat kita berlomba menampilkan versi terbaik dari diri kita secara digital, mereka justru menghadirkan versi terbaik dari diri mereka dalam dunia nyata—jujur, tulus, dan apa adanya.

Maka sudah saatnya kita membuka mata lebih lebar dan hati lebih dalam. Sudah saatnya kita berhenti mengeluh, berhenti merasa selalu kekurangan. Karena bisa jadi, yang tampak ‘kurang’ dalam pandangan kita, justru menyimpan ‘lebih’ dalam pandangan Allah.

Keluar dari lingkungan kita sehari-hari bukan hanya untuk melihat pemandangan baru, tetapi untuk memperluas wawasan jiwa. Kita belajar bahwa pendidikan tidak hanya ada di ruang kelas, tetapi juga di perkampungan nelayan, di ladang sunyi, di senyum anak-anak yang berlarian di jalan becek. Kita belajar bahwa dakwah tidak harus melalui mimbar, tapi juga melalui teladan hidup dan kehadiran yang membumi.

Mari kita belajar untuk lebih bijaksana. Bijaksana dalam menilai orang lain, bijaksana dalam memaknai rezeki, dan bijaksana dalam menggunakan waktu dan kesempatan yang Allah berikan. Karena sesungguhnya, setiap perjumpaan dengan masyarakat yang berbeda adalah cara Allah untuk mengingatkan kita: bahwa dunia ini luas, bahwa kehidupan ini berwarna, dan bahwa kebaikan bisa ditemukan di tempat-tempat yang paling sederhana sekalipun.

Baca Juga :  SABAR MENAHAN PERIH

Akhirnya, semoga dari perjalanan singkat ini, hati kita menjadi lebih lunak, lebih bersyukur, dan lebih berserah. Semoga kita tidak hanya kembali dengan kenangan, tapi juga dengan perubahan dalam cara pandang, dalam cara bersikap, dan dalam cara bersyukur kepada Allah yang Maha Pengasih.(KPO-1)

Iklan
Iklan