Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

MUHARRAM

×

MUHARRAM

Sebarkan artikel ini
Ahmad Barjie B
Ahmad Barjie B

Oleh : AHMAD BARJIE B

Bulan Muharram 1447 H telah meninggalkan kita. Kini sudah memasuki Safar. Sebelum lebih jauh meninggalkan Muharram, ada baiknya sedikit mengulang kaji tentang kandungan atau keistimewaan Muharram. Sebuah informasi di media online menyebutkan, di bulan Muharram taubat Nabi Adam dan istrinya diterima, kapal Nabi Nuh berlabuh di bukit Zuhdi setelah banjir besar, Nabi Ibrahim selamat dari siksaan api Namruj, Yusuf bebas dari penjara, Nabi Luth disembuhkan dari penyakitnya, Musa dan pengikutnya selamat dari kejaran Firaun dan firaun beserta balatentaranya tenggelam di Laut Merah, dan Nabi Yunus selamat dari perut ikan.

Kalimantan Post

Di antara yang perlu kita garisbawahi adalah bahwa kebenaran pada akhirnya akan mengalahkan kebatilan. Memang hal itu tidak sekaligus, melainkan berproses melalui perjuangan yang lama, melelahkan dan penuh pengorbanan. Nabi Musa misalnya, ia telah mendakwahi Bani Israil dan penduduk Mesir sekian lama. Ada yang menuruti seruannya, dan ada yang menolak. Yang menolak tidak hanya dari orang-orang sekitar firaun, tapi juga dari kaumnya sendiri. Termasuk Qarun, adalah bagian dari kaum Musa sendiri, dan kita sudah tahu kisahnya.

Musa dibekali mukjizat, tongkatnya bisa menjadi ular. Musa berdakwah ditemani saudaranya Harun. Fir’aun menolak seruan dakwahnya dan memposisikan Musa dan kaumnya sebagai musuh negara. Akhirnya Musa mengajak kaumnya, bangsa Ibrani, yang berjumlah sekitar 800 ribu orang dan terdiri dari 12 suku, untuk secara sembunyi-sembunyi melakukan eksodus, pulang ke Palestina dengan menyeberangi laut Merah, dan melalui pertolongan Allah saat dilewati laut itu terbelah.

Fir’aun dan pasukannya yang menyusul kemudian tenggelam dalam laut tersebut. Ketika sakaratul maut, Fir’aun insyaf dan mengaku beriman kepada Tuhannya Musa, namun sudah terlambat. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya, selama ruh belum mencapai kerongkongan” (HR Tirmidzi). Allah berfirman, “Maka Kami siksa dia (Fir’aun) dan bala tentaranya lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, sedang dia dalam keadaan tercela’ (az-Zariyat/51: 40). Kematian Fir’aun ini ditanggapi beragam oleh Bani Israil yang selamat, bahkan ada yang tidak percaya, disebabkan besarnya kekuasaan dan kekuatan Fir’aun dan tentaranya semasa hidupnya. Nabi Musa yang terkenal gagah dan berani pun sering ragu dan takut ketika Allah perintahkan untuk mendakwahi Fir’aun.

Baca Juga :  Ulama Sebagai Mitra Pemerintah

Namun Allah kemudian melemparkan jasad Fir’aun ke pantai, dan orang-orang Israil dan Mesir melihat dan mengenalinya, dari perisai perangnya yang berlapis emas. Allah lemparkan jasad Fir’aun itu ke pantai sebelum membusuk, supaya orang-orang yang mempertuhankannya melihat jasad Fir’aun yang sudah tanpa ruh, yang jangankan menyelamatkan orang lain, menolong dirinya saja tidak mampu. Allah tidak melenyapkan jasad Fir’aun itu ke dalam laut, sebab kalau hilang ditelan ombak atau dimangsa binatang laut, nanti akan ada orang yang mengatakan bahwa Fir’aun, tuhan mereka, menghilang dan akan kembali suatu saat nanti.

Meskipun keterangan Alquran begitu jelas, namun dalam versi film The Ten Commandement, disebutkan Fir’aun Ramses II tidak mati di laut, melainkan sambil berdiri di atas kereta kencana dan bersama pasukan elitnya balik ke istananya, setelah melihat Musa berhasil menyeberangi laut. Hanya sebagian tentaranya yang mencebur ke laut. Namun ia mengakui kebenaran Nabi Musa dan pertolongan Tuhannya.

Setelah berdakwah sekian lama dengan menghadapi kaumnya Bani Israil yang suka membandel, Nabi Musa diwafatkan Allah pada tahun 1160 SM, dalam usia sekitar 120 tahun. Di dalam Tafsir Qurthubi diterangkan, sebelumnya Allah mengutus malaikat maut untuk menguji Nabi Musa, lalu Musa menamparnya karena ada orang masuk rumahnya tanpa meminta izin, sehingga mata malaikat cedera. Musa tidak tahu bahwa orang yang masuk ke rumahnya adalah malaikat maut.

Dalam syariat Taurat memang dibolehkan menampar atau menusuk mata seseorang yang masuk rumah orang tanpa izin atau mengintip-intip orang di dalam rumah. Malaikat mengadu kepada Allah bahwa Musa ternyata tidak menghendaki kematian. Setelah cedera mata malaikat maut dipulihkan oleh Allah, malaikat maut kembali kepada Musa dan menyuruhnya memegang punggung sapi, setiap bulu sapi bernilai setahun umurnya, dan dari sejumlah bulu yang dipegangnya sejumlah itulah umurnya. Setelah habis hitungan itu beliau pun wafat. Letak kuburnya sengaja dirahasiakan atau tidak dipastikan, supaya tidak menimbulkan pemujaan di kalangan Bani Israil.

Iklan
Iklan