Oleh : Ade Hermawan
Dosen Universitas Borneo Lestari
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah merasakan dua hal yang bertolak belakang yaitu perasaan suka dan tidak suka. Kita pasti mengalami dua emosi yang berlawanan yaitu suka dan tidak suka. Perasaan ini alami dan manusiawi, tetapi kita sering tidak menyadari betapa besar pengaruhnya terhadap cara kita memandang dunia dan membuat keputusan.
Perasaan suka adalah respon emosional yang positif. Perasaan ini muncul ketika kita menemukan sesuatu yang menyenangkan, menarik, atau sesuai dengan keinginan kita. Suka bisa diartikan sebagai adanya ketertarikan yang membuat kita merasa nyaman, bahagia, atau senang.
Ada beberapa ciri yang menandai perasaan suka, yaitu : Kita tertarik pada sesuatu atau seseorang, baik dari segi fisik, sifat, atau kesamaan minat. Hati kita merasa gembira, bersemangat, dan ingin berinteraksi lebih lanjut dengan hal tersebut. Perasaan suka bisa datang dan pergi. Contohnya, kita suka lagu baru, tapi beberapa minggu kemudian kita bisa saja bosan. Suka bisa berkembang menjadi perasaan yang lebih dalam, tapi pada dasarnya ia seringkali bersifat superfisial, yaitu lebih fokus pada hal-hal yang terlihat atau dirasakan di permukaan saja.
Sebaliknya, perasaan tidak suka adalah respons emosional yang negatif. Perasaan ini muncul ketika kita menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan, tidak pantas, atau bertentangan dengan keinginan kita. Ketidaksukaan adalah bentuk penolakan atau ketidaknyamanan.
Ciri-ciri ketidaksukaan adalah Kita cenderung menghindari, menjauhkan diri, atau menolak berinteraksi dengan objek tersebut. Kita bisa merasa tidak nyaman, kesal, atau bahkan marah. Perasaan-perasaan ini seringkali membuat kita ingin segera mengakhiri interaksi. Ketidaksukaan seringkali terbentuk dari pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalu, sehingga kita mengaitkannya dengan pengalaman buruk yang pernah terjadi.
Jadi, apa yang membuat kita menyukai atau tidak menyukai sesuatu ? Jawabannya terletak pada pengalaman pribadi dan nilai-nilai yang kita pegang. Pengalaman pertama yang menyenangkan akan membuat kita cenderung menyukainya, sementara pengalaman buruk dapat menimbulkan perasaan tidak suka. Hal yang sama berlaku untuk nilai-nilai. Jika sesuatu sejalan dengan prinsip kita, kita cenderung menyukainya. Sebaliknya, jika bertentangan dengan kita, kita cenderung menolaknya.
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa kedua perasaan ini tidak selalu mutlak. Perasaan dapat berubah seiring waktu. Mungkin kita pernah tidak menyukai sayuran, tetapi setelah mencoba resep baru, kita akhirnya menyukainya. Mungkin kita pernah tidak menyukai seseorang, namun setelah mengenalnya lebih baik, kita jadi menerima dan menghargainya.
Memahami suka dan tidak suka adalah kunci untuk menjadi orang yang lebih bijak. Daripada sekedar mengikuti kesukaan kita dan menghindari ketidaksukaan kita, cobalah bertanya, Mengapa saya menyukai ini ? atau Mengapa saya tidak menyukainya ? Dengan cara ini, kita dapat belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri, membuka diri terhadap pengalaman baru, dan tumbuh menjadi individu yang lebih dewasa. Perasaan-perasaan ini hanyalah sekedar penuntun, bukan satu-satunya penentu jalan hidup dan kemanusiaan kita, namun seringkali kita tidak menyadari betapa besar pengaruhnya terhadap cara kita memandang dunia dan mengambil keputusan.
Perasaan Suka
Rasa suka muncul ketika kita merasa tertarik, nyaman, atau terhubung dengan orang lain. Ini merupakan bentuk dasar ikatan sosial yang mendorong kita untuk berinteraksi dan membangun hubungan. Perasaan suka ini hadir dalam berbagai tingkatan dan bentuk, mulai dari yang sederhana hingga yang lebih kompleks.
Beberapa aspek utama dari rasa suka meliputi rasa suka berdasarkan ketertarikan awal, rasa suka berdasarkan keakraban dan kenyamanan, dan rasa suka yang berorientasi pada ketertarikan emosional dan intelektual.
Suka berdasarkan ketertarikan awal adalah bentuk rasa suka yang paling dasar, seringkali muncul dari kesan pertama. Ketertarikan dapat berasal dari faktor-faktor yang dangkal, seperti seseorang yang memiliki wajah atau gaya yang menarik secara visual, seseorang yang tampak ramah, humoris, atau antusias, atau kita merasa memiliki minat, hobi, atau pandangan hidup yang sama.
Seiring waktu dan interaksi yang lebih sering, rasa suka dapat berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam. Kita mulai merasa nyaman dan dekat dengan orang tersebut. Bentuk rasa suka ini seringkali ditemukan dalam persahabatan. Ciri-cirinya adalah Kita merasa bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi, kita mencari kesempatan untuk bertemu, berbincang, atau beraktivitas bersama, dan ada rasa saling mendukung dan pengertian, baik di saat senang maupun susah.
Kita menyukai orang lain karena apa yang mereka bawa ke dalam hidup kita, seperti cara berpikir mereka yang unik, ide-ide cerdas mereka, atau pengetahuan mereka yang luas. Kita menyukai mereka karena mereka pendengar yang baik dan mampu memahami perasaan kita. Kita mengagumi kejujuran, kebaikan, atau prinsip hidup mereka yang kuat.
Perasaan Tidak Suka
Ketidaksukaan terhadap orang lain muncul ketika kita merasa tidak nyaman, terganggu, atau tidak setuju dengan kehadiran atau tindakan orang lain. Seperti halnya rasa suka, perasaan ini juga merupakan bagian alami dari interaksi sosial, dan dapat muncul dalam berbagai bentuk dan penyebab.
Beberapa aspek utama ketidaksukaan terhadap orang lain adalah Ketidaksukaan yang berdasarkan ketidakcocokan sederhana, ketidaksukaan yang berdasarkan nilai dan sikap yang bertentangan, dan ketidaksukaan yang berasal dari pengalaman masa lalu.
Ketidaksukaan yang berdasarkan ketidakcocokan adalah bentuk ketidaksukaan yang paling umum dan seringkali tidak mendalam. Perasaan ini muncul dari perselisihan kecil, seperti seseorang yang berbicara terlalu keras, menyela kita, atau memiliki kebiasaan yang kita anggap mengganggu. Kita mungkin merasa sulit bergaul dengan seseorang yang minat atau perspektifnya sangat berbeda dengan kita. Mungkin saat pertama kali bertemu, kita menganggap orang tersebut arogan atau tidak ramah, yang menyebabkan perasaan tidak suka.
Ketidaksukaan yang berdasarkan nilai dan sikap yang bertentangan lebih serius dan mendalam karena melibatkan prinsip atau nilai yang kita junjung tinggi. Hal ini bisa terjadi ketika kita tidak menyukai seseorang yang tidak jujur, berbohong, atau mengingkari janji. Seseorang yang menunjukkan perilaku merendahkan, menghina, atau tidak hormat terhadap orang lain akan memicu perasaan tidak suka yang kuat. Kita secara alami tidak menyukai orang yang berperilaku merugikan, baik yang merugikan kita secara pribadi maupun orang lain secara umum.
Terkadang, perasaan tidak suka muncul karena kita pernah memiliki pengalaman negatif di masa lalu dengan orang tersebut atau dengan orang lain yang memiliki karakteristik serupa. Misalnya, seseorang yang pernah dikhianati mungkin tidak menyukai atau merasa sulit mempercayai orang lain yang menunjukkan tanda-tanda pengkhianatan serupa di masa lalu. Kita mungkin tidak menyukai seseorang karena mereka memiliki karakteristik kelompok yang pernah merugikan kita.
Sikap Terbaik
Perasaan menyukai dan tidak menyukai orang lain adalah hal yang wajar dan tak terelakkan. Keduanya merupakan panduan emosional kita dalam interaksi sosial. Namun, sikap kita terhadap perasaan ini akan menentukan kualitas hubungan dan kedewasaan pribadi kita.
Sikap terbaik yang dapat kita terapkan saat menghadapi perasaan menyukai adalah Ketika kita menyukai seseorang, entah karena penampilannya yang menarik atau kepribadiannya yang menyenangkan, jangan langsung menempatkannya pada posisi yang sempurna. Setiap manusia memiliki kekurangan. Sikap terbaik adalah memandang mereka secara seimbang, menghargai kekuatan mereka tetapi menyadari bahwa mereka juga memiliki kelemahan.
Jika perasaan menyukai berkembang menjadi persahabatan atau hubungan romantis, berikan ruang untuk saling menghormati dan hindari ketergantungan yang berlebihan. Perasaan yang sehat adalah perasaan yang mendorong kedua belah pihak untuk berkembang, bukan saling membatasi.
Gunakan perasaan menyukai sebagai motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Misalnya, jika kita menyukai wawasan seseorang, kita dapat termotivasi untuk belajar lebih banyak. Atau, jika kita menyukai kebaikan seseorang, kita dapat terinspirasi untuk berbuat baik juga.
Sikap terbaik terhadap perasaan tidak suka bukanlah membencinya, melainkan mengelola emosi dan pikiran kita secara dewasa. Alih-alih sekadar menghindari atau membencinya, cobalah bertanya pada diri sendiri, Mengapa saya tidak menyukai orang ini ? Apakah karena perilakunya yang menyebalkan, atau karena ia mengingatkan saya pada pengalaman buruk di masa lalu? Memahami akar permasalahan dapat membantu kita memproses emosi dengan lebih baik.
Hanya karena kita tidak menyukai seseorang bukan berarti kita harus menjadikannya musuh. Sikap terbaik adalah menjaga jarak dan membatasi interaksi hanya pada hal-hal yang diperlukan. Perlakukan mereka secara profesional dan sopan, terutama di lingkungan kerja atau sekolah, tanpa memaksakan keintiman.
Seringkali, perasaan tidak suka muncul karena perbedaan pendapat, latar belakang, atau gaya hidup. Sikap terbaik adalah menghargai bahwa setiap orang memiliki cara hidupnya masing-masing. Kita tidak harus setuju atau menyukai mereka, tetapi kita tetap dapat menghargai keberadaan mereka sebagai sesama manusia.