Sebelum ambruk kondisi titian sudah miring, namun warga tetap melintasinya karena jalan tersebut satu-satunya jalan penghubung keluar masuk
BANJARMASIN, KP – Upaya mitigasi terhadap ancaman ambruknya bangunan atau jalan di tepi sungai, dari Pemko Banjarmasin masih perlu ditanyakan, pasalnya jika menengok kejadian mutakhir robohnya titian di Kampung Hijau Sungai Bilu menjadi bukti bahwa lemahnya mitigasi dini.
Bahkan, kejadian ambruknya jalan titian di Sungai Bilu tersebut hampir menelan korban jiwa. Padahal titian ini menjadi salah satu urat nadi bagi penduduk setempat yang berdomisili di kawasan itu.
Kesaksian saei warga sekitar, titian tersebut sebelum ambruk sudah memberi tanda berupa kemiringan lantai, lalu peristiwa ini pun sangat disayangkan, karena Pemerintah Kota Banjarmasin dinilai lambat memperbaiki sebelum terjadi ambruk.
“Sebelum ambruk kemaren, kondisi titian sudah miring, namun warga tetap melintasinya karena jalan tersebut satu-satunya jalan penghubung keluar masuk,” kata Rizkan, salah satu warga yang ikut terisolir.
Bahkan, jauh hari sebelum terjadinya ambruk, Rizkan menyebutkan, kondisi titian sudah semakin miring, dijelaskannya kemiringan itu malah sejak sekitar dua tahun belakangan, karena tidak diperbaiki akhirnya titian ambruk.
Akibat insiden itu, aktivitas warga terganggu total. Selain terisolir, pasokan air ledeng dan aliran listrik di sejumlah rumah ikut terputus. Bahkan salah satu objek wisata Banjarmasin itu menjadi beda sebelum ambruknya titian tersebut.
“Sekarang ini, air dan listrik juga ikut mati disini. Kami sangat bergantung pada titian ini setiap hari, jadi kami harap semoga pihak terkait segera menangani,” ucap Rizkan.
Padahal ujarnya, sekitar titian yang ambruk itu juga sedang berlangsung pengerjaan perbaikan titian.
Menyikapi peristiwa itu, Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUPR Kota Banjarmasin, Damayanti mengungkapkan bahwa perbaikan sebelumnya hanya ditargetkan pada segmen sepanjang 68 meter.
“Namun, pasca ambruk, kerusakan meluas lebih jauh dari perkiraan awal, perbaikan pun akan kami lakukan sesuai dengan APBD murni yang dimiliki Dinas PUPR,” ujarnya tadi malam.
Damayanti menyoroti soal kondisi eksisting untuk menghitung kebutuhan biaya perbaikan. Saat ini, estimasi sementara untuk beberapa lokasi perbaikan mencapai Rp2 miliar lebih.
Menurut Damayanti, ambruknya titian disebabkan kondisi struktur yang sudah miring dan abrasi arus sungai.
Dibeberkannya, pengerjaan sebelumnya hanya memotong bagian atas titian, belum sampai ke bagian bawah. Bagian bawah yang runtuh ini kemungkinan menggantung, ditambah aktivitas warga di atasnya dan gerakan air di bawah, sehingga menyebabkan ambruk,” jelasnya.
Sebagai langkah darurat, Dinas PUPR Kota Banjarmasin, akan membuat akses sementara untuk dua rumah yang kini tidak dapat dijangkau.
Selain itu, penerangan umum juga akan dipasang di jalan darurat yang melewati area kuburan, agar warga tetap bisa beraktivitas.
Dampak dari ambruknya titian ini dirasakan oleh delapan rumah, enam di antaranya masih bisa diakses, sedangkan dua rumah lainnya kini benar-benar terisolasi. (Sfr/K-3)