BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Tren penjualan motor bekas di Kota Banjarmasin mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika pada 2024 penjualan bulanan bisa menembus 15 unit, kini jumlah itu susut menjadi sekitar 10 unit per bulan, bahkan kadang lebih sedikit. Lesunya usaha warga di sekitar disebut menjadi salah satu pemicu.
“Jauh dari pada dulu, sekarang paling sepuluh biji sebulan. Kalau 2024 itu sebulan sampai lima belas unit,” ungkap Jumari, penjual motor bekas di Jalan Veteran Banjarmasin yang sudah berjualan hampir dua dekade saat diwawancarai pada Kamis (14/8/2025).
Motor matic tetap menjadi primadona di pasaran karena kepraktisannya. Dengan harga bervariasi antara Rp3 juta hingga Rp10 juta, motor jenis ini banyak diburu, terutama merek Honda yang dikenal memiliki harga stabil.
“Ringkas saja, tinggal gas, sehingga paling dicari itu Honda, harganya juga turunnya sedikit,” ujar Jumari.
Meski matic mendominasi, pasar Kalimantan Tengah justru lebih banyak mencari motor bergigi seperti Jupiter, Karisma, atau MX untuk kebutuhan perkebunan sawit. Motor bergigi dengan kondisi baik harganya tetap tinggi dan penurunannya tipis.
Sistem pembelian kini kian mudah dengan hadirnya berbagai layanan pembiayaan seperti Mandiri, BAF, Adira, dan WOM. Persyaratannya pun relatif sederhana, mulai dari fotokopi KTP suami-istri, rekening listrik, kartu keluarga, hingga surat domisili bagi penyewa. “Kalau kurang dana, bisa masukkan BPKB ke pembiayaan untuk menutupi kekurangannya.” jelas Jumari.
Wilayah pemasaran Jumari cukup luas, mencakup Kabupaten Banjar seperti Gambut, hingga Kalimantan Tengah. Namun, untuk pembelian tunai, pembelinya cenderung datang dari daerah yang lebih jauh. “Kalau ke Kalteng, biasanya yang gigi lebih laku, mereka pakai buat angkut hasil sawit.” ujarnya.
Dulu, sebagian besar stok motor diperoleh dari lelang. Namun, persaingan yang kian ketat, terutama di sistem lelang daring, membuatnya mengandalkan sumber lain.
“Kalau lelang online itu banyak persaingan, kadang ada kongsiannya masing-masing, susah menang kalau bukan jaringan mereka.” keluhnya.
Meski keuntungan tidak sebesar dulu, Jumari tetap bertahan dengan mengandalkan teknik negosiasi dan menjaga hubungan baik dengan pembeli. “Yang penting bisa menutupi kebutuhan sehari-hari. Dalam jual beli ini, orang menawar itu harus pintar kita menghadapinya, supaya sama-sama enak,” tutupnya diakhir wawancara. (nug/KPO-3)