Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Kalsel

Sanggar Bertuah Gaungkan Tradisi Mandi-Mandi di Festival Kayutangi

×

Sanggar Bertuah Gaungkan Tradisi Mandi-Mandi di Festival Kayutangi

Sebarkan artikel ini
IMG 20250816 WA0034 1 e1755352306592

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Suasana Festival Kayutangi Pawai Budaya tahun ini semakin semarak dengan hadirnya Sanggar Bertuah, peserta baru asal Banjarmasin yang tampil memukau lewat sajian tarian Mandi-mandi.

Penampilan sanggar yang baru lahir seumur jagung tersebut berhasil mencuri perhatian penonton dengan mengangkat salah satu tradisi khas Banjar yang kini mulai jarang dikenal generasi muda. Sabtu (16/8/2025).

Kalimantan Post

Awalnya, pawai budaya hanya berfokus pada budaya Banjar. Namun, demi memberi ruang lebih luas bagi berbagai sanggar, tema kemudian diperluas menjadi budaya Kalimantan Selatan.

Dalam konteks itu, Sanggar Bertuah memilih prosesi mandi-mandi sebagai penampilan utama, sebuah tradisi yang sarat makna filosofis dan kerap dilakukan dalam momentum penting kehidupan masyarakat Banjar.

Ketua Sanggar Bertuah sekaligus pelatih, Hasna Illya, menjelaskan alasan pemilihan tema tersebut. “Tradisi mandi-mandi ini harus diperkenalkan kembali karena banyak anak muda sekarang tidak lagi memahami proses dan maknanya, modernisasi membuat hal-hal seperti ini dianggap tidak penting, padahal justru inilah warisan budaya turun-temurun yang harus kita jaga.” ujarnya.

Dalam penampilan pawai, Sanggar Bertuah menampilkan inti prosesi mandi-mandi, khususnya sesi betapung tawar dengan simbol cermin, lawar, dan lilin. Karakter utama sosok yang dituakan juga dihadirkan sesuai dengan tradisi aslinya. Meski gerakan yang dibawakan sederhana agar selaras dengan konsep arak-arakan, namun semangat para penari tetap menyampaikan nilai kebersamaan dan doa dalam prosesi adat ini.

“Persiapan penampilan hanya memakan waktu tiga hari,” papar Hasna.

Hal itu bukan tanpa alasan, karena beberapa anggota sanggar juga tengah mengikuti pertunjukan lain. Meski demikian, dengan latar belakang penari yang sudah terbiasa, eksekusi gerakan menjadi lebih mudah. Yel-yel khas sanggar turut dikumandangkan sepanjang arak-arakan, memperkuat pesan dan energi positif yang dibawa dalam pawai budaya ini.

Baca Juga :  Fakultas Pertanian ULM Ekspose 64 Hasil Inovasi Mahasiswa

Hasna Illya mengungkapkan, total ada 21 penari yang dibaginya dalam beberapa kelompok, selain gerakan sederhana, kami menambahkan yel-yel yang memuat tagline sanggar dan pesan inti dari prosesi mandi-mandi, kami ingin pawai ini bukan hanya tontonan, tapi juga sarana edukasi bagi masyarakat.” jelasnya.

Sanggar Bertuah sendiri baru dibentuk pada Februari 2025 lalu, namun aksinya sudah cukup menonjol. Dalam waktu singkat, mereka telah mengikuti empat kompetisi tari dan berhasil meraih Juara ketiga di dua ajang berbeda: di Mangkapura serta Festival Karya Tari Daerah (FKTD) Kota Banjarmasin pada Juni lalu. Keberhasilan tersebut menjadi motivasi bagi sanggar muda ini untuk terus berkembang.

Meski kategori anak-anak di sanggar masih belum aktif berlomba, Hasna menuturkan mereka sudah mulai dibina sejak usia delapan tahun.

“Beberapa anak datang dengan bekal pengalaman menari dari sekolah, namun ada juga yang benar-benar belajar dari nol di sanggar. Latihan rutin digelar setiap hari Sabtu, menjadikan sanggar ini wadah pembinaan sekaligus pelestarian budaya Banua,” tandasnya.

Jaringan antar sanggar di Kota Banjarmasin juga turut memperkuat perjalanan Sanggar Bertuah. Mereka saling berbagi pelatih, pengalaman, dan informasi prestasi, menciptakan iklim kekeluargaan di antara komunitas seni. Dukungan itu membuat para penari muda semakin percaya diri untuk tampil dan berproses dalam setiap kesempatan.

Dengan semangat baru dan tekad melestarikan tradisi, Sanggar Bertuah hadir bukan sekadar peserta pawai, melainkan pengingat warisan budaya seperti mandi-mandi tetap relevan di era modern. Melalui kreativitas, disiplin, dan semangat kolaborasi, generasi muda Banua diyakini mampu menjaga budaya leluhur agar terus hidup di tengah masyarakat. (nug/KPO-3)

Iklan
Iklan