BANJARMASIN, Kalimantanpost.com –
Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan solusi teknologi vokasi yang aplikatif dan berkelanjutan. Melalui Program Berdikari/Kemdiktisaintek yang didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Poliban melakukan pemasangan alat deteksi dini asap dan api di salah satu kebun kelapa sawit milik PTPN Wilayah 4 Danau Salak, Kabupaten Banjar.
Berbeda dengan sistem deteksi konvensional, inovasi ini dirancang dalam kerangka teaching factory Poliban, yang tidak hanya menghasilkan teknologi, tetapi juga menekankan aspek pembelajaran nyata bagi mahasiswa.
Lebih dari itu, seluruh perangkat didukung oleh energi listrik alternatif bertenaga surya, sehingga sistem mampu beroperasi secara mandiri tanpa bergantung penuh pada jaringan listrik PLN.
Tim Peneliti Poliban,
Reza Fauzan didampingi, Abdul Rozaq, Effan Najwaini, Agus Pebrianto, Rahimi Fitri, Evi Widiastuti menjelaskan, penggunaan tenaga surya adalah wujud nyata dari komitmen perguruan tinggi vokasi dalam mendukung transisi energi terbarukan.
“Kami ingin menunjukkan inovasi vokasi tidak hanya fokus pada sisi teknologi digital, tetapi juga pada keberlanjutan energi. Dengan teaching factory, mahasiswa belajar merancang, memasang, dan mengoperasikan sistem yang benar-benar bermanfaat di lapangan,” ungkap Reza, Sabtu (6/9/2025).
Sistem deteksi dini yang dipasang di kebun PTPN ini memanfaatkan kombinasi sensor, kamera, serta algoritma kecerdasan buatan (AI) untuk mengenali keberadaan asap atau api sejak dini. Data terhubung secara real-time ke pusat monitoring sehingga tim lapangan dapat segera melakukan tindakan pencegahan sebelum kebakaran meluas.
Penggunaan tenaga surya memastikan perangkat dapat tetap beroperasi 24 jam meski terjadi pemadaman listrik, sekaligus memberikan efisiensi biaya energi.
Pihak PTPN Wilayah 4 Danau Salak menyambut baik kolaborasi ini. Mereka menilai kehadiran sistem deteksi yang ramah energi tersebut sangat relevan untuk mengurangi risiko kebakaran sekaligus mendukung praktik perkebunan berkelanjutan.
“Kami melihat bukan hanya teknologi deteksi yang dibawa Poliban, tetapi juga semangat kemandirian energi yang penting untuk jangka panjang,” ujar perwakilan manajemen kebun, Hasnan Fauzi.
Dengan langkah ini, Poliban tidak hanya berperan sebagai pusat pendidikan vokasi, tetapi juga laboratorium hidup (living lab) bagi solusi teknologi berbasis potensi lokal. Pemasangan sistem deteksi asap dan api berbasis energi surya menjadi contoh nyata bagaimana riset vokasi dapat menjawab tantangan perkebunan di Kalimantan Selatan, sekaligus mendukung agenda nasional transisi energi bersih. (Adv/ful/KPO-3)