Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Ubah Limbah Jadi Emas Hijau, Dosen UNISKA MAB Revolusi Peternakan Banjar

×

Ubah Limbah Jadi Emas Hijau, Dosen UNISKA MAB Revolusi Peternakan Banjar

Sebarkan artikel ini
IMG 20250923 WA0031

BANJAR, Kalimantanpost.com – Di Desa Padang Panjang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, suasana tampak berbeda dari biasanya. Sejumlah peternak sapi dan kambing berkumpul di balai desa, menyimak dengan penuh perhatian materi yang disampaikan oleh tim dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) MAB.

Mereka hadir untuk mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Penguatan Kelompok Tani Ternak Berbasis Ekonomi Sirkular melalui Pemanfaatan Limbah Peternakan sebagai Pupuk Organik”. Program ini diinisiasi oleh para akademisi UNISKA sebagai wujud nyata semangat Kampus Berdampak, yang menjembatani pengetahuan dari dunia kampus ke masyarakat.

Kalimantan Post

Tim pengabdian dipimpin oleh Dr. Suharlina, S.Pt., M.Si., dengan anggota Prof. Dr. Ir. Hj. Tintin Rostini, S.Pt., M.P., IPM., ASEAN Eng., serta Dr. Ir. Hj. Ilhamiyah, MM. Tidak hanya sekadar memberi ceramah, mereka juga menyiapkan sesi praktik langsung dan pendampingan intensif agar peserta bisa menguasai teknik pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk organik.

“Selama ini, limbah peternakan sering dianggap masalah lingkungan. Padahal, dengan pendekatan ekonomi sirkular, limbah tersebut dapat menjadi sumber pupuk organik yang bernilai ekonomis. Peternak bukan hanya menjaga kebersihan kandang, tetapi juga mendapatkan tambahan penghasilan,” ujar Dr. Suharlina dalam sambutannya.

Materi pelatihan mencakup cara memisahkan kotoran ternak, teknik fermentasi sederhana, hingga cara mengemas pupuk agar lebih menarik bagi pasar lokal. Para peternak tampak antusias mencatat setiap langkah yang dijelaskan, bahkan beberapa di antaranya langsung mencoba mengolah limbah yang mereka bawa dari rumah.

Salah satu peserta, mengaku baru menyadari besarnya potensi limbah di sekitar kandangnya.

“Biasanya kami hanya menumpuk kotoran di belakang kandang. Setelah pelatihan ini, saya jadi semangat mencoba membuat pupuk sendiri. Kalau berhasil, bisa dijual dan menambah pendapatan keluarga,” tuturnya.

Baca Juga :  Aksi Boikot di Banjarmasin, Seruan Moral untuk Kemanusiaan Palestina
IMG 20250923 WA0030

Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Banjar yang hadir langsung memantau proses pelatihan. Dukungan pendanaan datang dari Direktorat Pendidikan dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui skema hibah pengabdian tahun anggaran 2025.

Pendanaan tersebut, menurut tim dosen, menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam memperkuat riset dan pengabdian perguruan tinggi agar memberikan dampak positif yang terukur.

Melalui kegiatan ini, Kelompok Tani Ternak Mekar Tani diharapkan dapat meningkatkan kapasitas manajemen usaha mereka. Selain itu, Mekar Tani diharapkan menjadi contoh nyata bagi desa-desa lain dalam mengelola limbah peternakan secara produktif dan ramah lingkungan.

Tak hanya berhenti pada satu kali pelatihan, UNISKA MAB merencanakan tindak lanjut berupa pendampingan berkelanjutan. Para dosen akan membantu peserta memantau hasil pengolahan pupuk, melakukan evaluasi, serta membantu mempromosikan produk organik buatan mereka ke pasar lokal dan regional.

“Kami ingin memastikan program ini tidak hanya berhenti sebagai pengetahuan, tetapi menjadi keterampilan yang memberi manfaat ekonomi. Semangat ekonomi sirkular ini bisa menjadi jalan keluar bagi banyak persoalan limbah peternakan,” ujar Prof. Tintin Rostini menambahkan.

Dengan adanya program pengabdian seperti ini, keberadaan perguruan tinggi terasa nyata di tengah masyarakat. Kampus bukan hanya tempat mencetak lulusan, tetapi juga pusat solusi yang mampu menjawab tantangan lingkungan sekaligus membuka peluang usaha baru.

Di akhir acara, para peternak pulang dengan membawa semangat baru, bukan hanya tentang kebersihan kandang, tetapi juga tentang bagaimana “emas hijau” yang selama ini terbuang bisa menjadi jalan menuju kesejahteraan. (fin/KPO-1)

Iklan
Iklan