Jakarta, kalimantanpost.com – Hari ini (22/10/2025), suasana haru sekaligus bangga menyelimuti Gedung Rektorat Universitas Sahid Jakarta saat sidang terbuka promosi doktor ilmu komunikasi saudara Rico digelar. Dengan tajuk penelitian “Kearifan Lokal Huma Betang Sebagai Wujud Karakter Komunikasi Budaya Suku Dayak Pasca Reformasi”, Rico berhasil menunjukkan kedalaman risetnya tentang kearifan budaya lokal dan implikasinya terhadap dinamika komunikasi dalam masyarakat.
Huma Betang, sebagai salah satu simbol hunian tradisional masyarakat Dayak, tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga cerminan nilai-nilai kehidupan dan cara berkomunikasi yang telah diwariskan turun-temurun. Dalam presentasinya, Rico menggali lebih dalam bagaimana reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 mempengaruhi interaksi sosial dan pola komunikasi di kalangan suku Dayak.
“Setelah reformasi, terjadi perubahan signifikan dalam cara masyarakat Dayak berkomunikasi, baik antaranggota komunitas maupun dengan dunia luar. Kearifan lokal seperti nilai gotong royong dan musyawarah tetap menjadi landasan yang kuat, namun terbuka untuk adaptasi terhadap perubahan zaman,” ujar Rico dalam presentasinya.

Sidang promosi doktor dihadiri oleh sejumlah akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum. Para penguji memberikan berbagai pertanyaan kritis yang memacu Rico untuk mendalami lebih jauh aspek-aspek kearifan lokal dan bagaimana hal tersebut berfungsi dalam konteks komunikasi di era modern.
Selain berfokus pada kearifan lokal, Rico juga mengangkat tema penting tentang identitas budaya. Ia menyatakan bahwa komunikasi bukan hanya sekedar transfer informasi, tetapi merupakan proses yang membentuk identitas kolektif sekaligus memperkuat solidaritas di tengah perubahan sosial.

Para penguji yang terdiri dari ahli ilmu komunikasi dan antropologi budaya memberikan apresiasi terhadap kelengkapan penelitian yang telah dilakukan oleh Rico. Mereka menilai bahwa penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi untuk ilmu komunikasi tetapi juga bagi pengembangan budaya lokal di Indonesia.
Setelah melalui proses yang cukup ketat, Rico akhirnya dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude. Kegembiraan dan rasa syukur tampak jelas di wajahnya ketika menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga, dosen, dan semua pihak yang telah mendukung perjalanannya.
Dengan selesainya sidang promosi doktor ini, diharapkan penelitian Rico dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda dalam melestarikan kearifan lokal dan memperkuat komunikasi budaya, khususnya di kalangan masyarakat Dayak. Diharapkan, kearifan lokal yang terintegrasi dalam praktik komunikasi dapat terus berkembang seiring perjalanan bangsa.














