BANJARMASIN, kalimantanpost.com – Komitmen menghadirkan pendidikan alternatif yang berkualitas terus ditunjukkan oleh HSC Baitul Izzah Banjarmasin. Melalui kegiatan Penyuluhan Optimalisasi Pembelajaran Homeschooling, lembaga ini berupaya meningkatkan kompetensi tenaga pendidik sekaligus memperkuat sarana pembelajaran sebagai penunjang utama kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan yang digelar pada 17 Juni 2025 ini diikuti oleh 10 guru dan kepala sekolah HSC Baitul Izzah. Bertempat di lingkungan sekolah dan berlangsung secara tatap muka, penyuluhan ini dikemas secara interaktif melalui metode ceramah, demonstrasi, dan diskusi partisipatif yang dipandu oleh tim pengabdian masyarakat dari Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari.
Ketua tim pengabdian, Dr. Agustina Rahmi, M.Pd, menjelaskan bahwa kegiatan ini berfokus pada dua hal utama: pemenuhan standar kompetensi guru dan penyediaan sarana pembelajaran yang efektif.
“Homeschooling membutuhkan guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi fasilitator dan pendamping belajar anak secara personal,” ujarnya.
Dari hasil evaluasi yang dimuat dalam Jurnal Al-Ikhlas Uniska, penyuluhan ini terbukti memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kapasitas guru. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, terjadi peningkatan rata-rata pemahaman dalam lima aspek utama:
Kompetensi guru homeschooling naik 50%, Strategi pembelajaran meningkat 70%,
Penggunaan media pembelajaran bertambah 50%, Pendekatan psikologis meningkat 40%,
Komunikasi dengan orang tua naik 30%.
“Angka ini menunjukkan bahwa pelatihan seperti ini sangat dibutuhkan. Guru-guru menjadi lebih percaya diri dan kreatif dalam mengelola pembelajaran,” ungkap salah satu peserta dengan penuh semangat.
Selain peningkatan kompetensi guru, kegiatan ini juga menghasilkan inovasi nyata, yakni terbentuknya perpustakaan mini serta penyusunan bahan ajar baru yang disesuaikan dengan karakteristik siswa homeschooling berbasis nilai-nilai keislaman.
Kepala Sekolah HSC Baitul Izzah turut memberikan apresiasi tinggi.
“Kami merasa sangat terbantu. Melalui penyuluhan ini, para guru tidak hanya memahami teori, tetapi juga mendapat contoh praktik langsung yang bisa diterapkan di kelas homeschooling,” ujarnya.
Kegiatan ini sekaligus menegaskan pentingnya kolaborasi antara lembaga pendidikan, perguruan tinggi, dan orang tua dalam membangun sistem homeschooling yang bermutu. Hal ini sejalan dengan amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Permendikbud Nomor 16 Tahun 2007 mengenai standar kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian — termasuk bagi pendidik di jalur nonformal seperti homeschooling.
Tim pengabdian masyarakat Uniska yang tergabung dalam Jurnal Al-Ikhlas ini terdiri atas Dr. Agustina Rahmi, M.Pd, Dr. Husnul Madihah, M.Pd, dan Dr. M. Yuliansyah, M.Pd. Mereka berharap kegiatan serupa dapat menginspirasi lembaga homeschooling lain untuk terus berinovasi dan meningkatkan mutu pembelajaran.
“Homeschooling bukan sekadar alternatif, tapi bagian dari masa depan pendidikan yang lebih fleksibel, manusiawi, dan berkarakter,” tegas Dr. Agustina Rahmi menutup kegiatan. (Fin/KPO-1)














