BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Upaya menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan terus digalakkan oleh dunia pendidikan. Salah satunya dilakukan oleh Tim Dosen Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al-Banjari, yang menggelar kegiatan Pelatihan Manajemen Kelas Anti–Bullying bagi guru dan tenaga pendidik di SD Negeri Pasar Lama 6 Banjarmasin.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diselenggarakan sebagai bentuk kontribusi perguruan tinggi dalam menjawab tantangan nyata dunia pendidikan dasar, khususnya terkait isu perundungan (bullying) yang kerap terjadi di sekolah dan berdampak serius terhadap perkembangan psikologis anak.
Ketua Tim Pelaksana, Farial, S.Psi., M.Pd., menyampaikan bahwa pelatihan ini bertujuan memperkuat kapasitas guru dalam mengenali, mencegah, dan menangani kasus perundungan di sekolah.
“Guru memiliki peran strategis dalam membentuk karakter anak. Mereka bukan hanya pengajar, tetapi juga figur yang membangun iklim sosial di kelas. Melalui pelatihan ini, kami ingin membekali para pendidik agar mampu menciptakan suasana kelas yang aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan,” ujar Farial.
Pelatihan dilaksanakan melalui empat tahapan, yakni persiapan, pelaksanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahapan dirancang dengan metode partisipatif, seperti ceramah interaktif, diskusi kelompok, studi kasus, hingga simulasi role play, sehingga peserta tidak hanya memahami teori, tetapi juga langsung mempraktikkan pendekatan manajemen kelas yang berkeadilan.
Kegiatan yang berlangsung selama empat jam intensif ini menghadirkan Eka Sri Handayani, M.Psi., Psikolog, sebagai narasumber utama. Dalam penyampaiannya, Eka mengulas dampak psikologis bullying terhadap perkembangan emosi dan sosial anak, serta memperkenalkan pendekatan keadilan restoratif (restorative justice) dalam penyelesaian konflik antar siswa.
“Pendekatan restoratif menekankan empati, tanggung jawab, dan pemulihan hubungan antar siswa. Ini jauh lebih efektif daripada sekadar memberi hukuman, karena anak belajar memahami dampak perilakunya dan memperbaiki kesalahan,” jelas Eka Sri Handayani.
Peserta juga diajak menyusun aturan kelas anti–bullying, mendesain strategi komunikasi yang menumbuhkan rasa aman, serta membuat Classroom Action Plan (CAP) yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran sehari-hari.
Pelatihan ini tidak hanya berlangsung interaktif, tetapi juga menghasilkan data kuantitatif yang menunjukkan peningkatan nyata pada kompetensi guru. Berdasarkan hasil evaluasi, nilai rata-rata pre-test sebesar 59,78 meningkat menjadi 87,17 pada post-test, dengan selisih 27,39 poin.
Hasil uji statistik paired sample t-test menunjukkan nilai t = 231,65 dan p-value = 0,000, yang berarti pelatihan berdampak signifikan terhadap peningkatan kemampuan peserta dalam memahami konsep dan strategi manajemen kelas anti–bullying.
Selain itu, tingkat kepuasan peserta terhadap kegiatan ini juga sangat tinggi. Berdasarkan survei, diperoleh skor rata-rata 4,78 (kategori sangat baik) mencakup aspek materi, penyampaian, relevansi, dan keterterapan dalam praktik pembelajaran.
“Setelah pelatihan ini, saya jadi lebih peka terhadap dinamika sosial siswa. Saya tahu cara mengenali tanda-tanda awal bullying dan bagaimana menanganinya tanpa membuat anak merasa dipermalukan,” ungkap salah satu guru peserta pelatihan dengan antusias.
Kepala SD Negeri Pasar Lama 6, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, menyampaikan apresiasi atas dukungan UNISKA dalam memperkuat kapasitas guru-guru di sekolahnya.
“Kami berterima kasih kepada tim UNISKA yang telah berbagi ilmu dan pendampingan. Kegiatan seperti ini sangat membantu guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif. Kami berharap program ini bisa berkelanjutan,” ujarnya.
Pelatihan ini diharapkan menjadi model praktik baik (best practice) bagi sekolah-sekolah lain di Kalimantan Selatan yang ingin menekan angka perundungan di lingkungan pendidikan dasar. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wujud nyata peran perguruan tinggi dalam penerapan tridarma — pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNISKA, yang terdiri atas:
Farial, S.Psi., M.Pd. – Ketua Tim, Dr. H. Jarkawi, M.Pd. – Anggota, Anga Taufan Dayu, M.Pd. – Anggota Eka Sri Handayani, M.Psi., Psikolog – Narasumber
Tim berharap, kegiatan ini menjadi awal dari gerakan lebih luas untuk membangun sekolah ramah anak dan bebas kekerasan, sesuai dengan semangat Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Satuan Pendidikan.
“Manajemen kelas anti–bullying bukan hanya upaya mencegah konflik, tetapi bagian penting dari pendidikan karakter yang menumbuhkan empati, saling menghargai, dan tanggung jawab sosial di kalangan siswa,” tutup Farial mewakili tim.
Dengan hasil yang positif dan respon peserta yang tinggi, Pelatihan Manajemen Kelas Anti–Bullying UNISKA diharapkan menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lain untuk terus berinovasi dalam menciptakan ekosistem pembelajaran yang aman, sehat, dan berkeadilan di Banua. (Fin/KPO-1)














