Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

KEYAKINAN

×

KEYAKINAN

Sebarkan artikel ini
Ahdiat Gazali Rahman
H AHDIAT GAZALI RAHMAN

Oleh : H. AHDIAT GAZALI RAHMAN

Asal kata yakin, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh atau merasa pasti (tentu, tidak salah lagi). Kata ini juga bisa berarti sungguh atau sungguh-sungguh. Dalam Islam adalah ketenangan dan kepastian hati yang tidak disertai keraguan, yang diwujudkan melalui ilmu pengetahuan, keimanan yang mendalam, dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Kata ini berasal dari bahasa Arab yaqîn dan merupakan lawan kata dari sak (ragu). Tingkatan keyakinan ini bisa dibedakan menjadi beberapa tingkatan, seperti ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yaqin, yang menunjukkan derajat keyakinan yang semakin tinggi. 

Kalimantan Post

Tanda-tanda ada keyakinan dalam hati seseorang, setidaknya ada tiga. Pertama, tidak menggantungkan harapan kepada makhluk. Kedua, tidak mengharap pujian ketika memberi. Ketiga, tidak mencaci atau menggerutu ketika ditolak.

Kedudukan Yaqin. Yakin merupakan maqam spritual yang dicapai dan di alami oleh orang-orang yang melewati jalan ma’rifah atau mengenal Allah. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.” (QS. al-Hijr : 99). Untuk mendapatkan atau sampai pada tahapan keyakinan, seorang yang meniti jalan Allah (salik) di awal perjalanannya mesti berusaha melakukan sesuatu yang diperlukan untuk mencapainya, baik melalui sumber pengetahuan, observasi maupun meditasi. Namun demikian, hasil akhir dari semua ini adalah murni merupakan berkah dan karunia Allah. Dengan kata lain, manusia tidak mendatangi keyakinan melainkan keyakinan-lah yang mendatangi manusia. Manusia secara aktif mencari Allah, tetapi secara pasif menerima apapun yang Allah berikan. 

Jika menghubungkan dengan kehidupan sekarang khususnya bangsa Indonesia, apakah bangsa ini punya keyakinan, bahwa Allah itu ada dan selalu melihat gerak gerik umat, sehingga jika ummatnya melakukan suatu kebaikan yakinlah bahwa Allah akan memberikan balasan pahala, dan berlaku sebaliknya, jika umatnya melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan perintahnya, maka akan mendapatkan dosa dan kelak akan mendapatkan siksaan dengan dimasukkan ke dalam neraka. Apakah pernyataan itu hanya merupakan pengetahuan agama yang sama dengan pengetahuan lain. Sesungguhnya pengetahuan itu harus menjadi keyakinan bangsa ini, sehingga semua warga bangsa ini tidak akan melakukan suatu yang bertentangan dengan hukum agama, hukum Negara dan budaya yang sejalan dengan hukum agama, karena umat Islam khususnya dan warga negara Indonesia umumnya yang berkeyakinan bahwa apa yang mereka perbuat akan menimpa diri mereka nanti akhirat. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT, “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, nis

Baca Juga :  Kader Ulama

caya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS. Az Zalzalah :7-8). “Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri…” (QS. A;Isra : 7).

Dari itu seharusnya setiap ummat Islam sebelum melakukan perbuatan terlebih dahulu menilai apakah perbuatan akan mendatang kebaikan atau kerugian bagi dirinya, diachirat kelak.

Ada baiknya kita mengetahui tingkat keyakinan yang ada dalam masyarakat, khususnya umat Islam yakni : 1. Ilmul yaqin. Keyakinan yang didasari oleh ilmu pengetahuan dan dalil, di mana seseorang bisa merasakan kebenaran dengan mata hatinya, meski masih ada “hijab” dunia; 2. Ainul yaqin. Tingkatan yang lebih tinggi dari ilmul yaqin. Seolah-olah seseorang bisa melihat sesuatu secara langsung dengan mata, bukan hanya dengan hati; 3. Haqqul yaqin. Tingkatan keyakinan yang tertinggi. Seseorang telah merasakan langsung kebenaran secara sempurna, bahkan sampai merasakan akibat dari iman itu sendiri. Tingkatan ini dipercaya hanya dapat dicapai oleh para nabi dan rasul. 

Iklan
Iklan