Banjarmasin, KP – Pengajian rutin Mulia Hati Banjarmasin pada malam Jumat ini kembali menarik perhatian jamaah. Tema yang diangkat kali ini cukup menohok kehidupan sehari-hari: “Cinta Harta: Doa Malaikat bagi Orang yang Bakhil.” Materi ini membahas tuntas bagaimana kebiasaan menahan harta bukan hanya merusak hubungan sosial, tapi juga menjadi sebab turunnya doa buruk dari malaikat.
Bahkan dalam penyampaiannya, pemateri menjelaskan bahwa bakhil secara bahasa berasal dari kata al-bakhil yang bermakna menahan sesuatu. Secara istilah, bakhil adalah sikap seseorang yang enggan memberikan sesuatu yang sebenarnya wajib ia keluarkan kepada pihak yang berhak. Sikap ini sering muncul ketika seseorang terlalu mencintai harta, sehingga lupa bahwa harta hanyalah titipan sementara.
Pemateri menyebut, hampir semua manusia menyukai harta dan perhiasan dunia. Masalah muncul ketika kecintaan itu berubah menjadi ketergantungan dan membuat seseorang menahan hak orang lain. Di titik inilah sifat bakhil menjadi penyakit hati yang bisa merusak diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Rasulullah SAW bahkan sudah mengingatkan bahaya besar sikap kikir. Dalam satu hadis, beliau menyebutkan tiga hal yang dapat membinasakan manusia: kebakhilan yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta rasa kagum berlebih pada diri sendiri. Hadis yang diriwayatkan Thabrani ini dinilai hasan oleh para ulama dan menjadi rujukan utama dalam pembahasan sifat bakhil.
Materi kemudian mengulas bagaimana malaikat memandang manusia yang kikir. Disebutkan bahwa malaikat membenci orang yang enggan berinfak di jalan Allah. Bahkan ada doa khusus yang dipanjatkan setiap hari.
Dalam riwayat sahih dari Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa setiap pagi dua malaikat turun ke bumi. Salah satunya berdoa agar Allah memberi pengganti bagi orang yang berinfak, sementara malaikat lainnya memohon agar harta orang yang kikir dihancurkan.
Penjelasan para ulama menambah bobot makna hadis tersebut. Imam al-Qari menegaskan bahwa “kikir” dalam hadis itu bukan hanya soal harta, tetapi juga menahan kebaikan dalam bentuk apa pun. Sedangkan Imam Ibnu Hajar menyebut bahwa “pengganti” yang dijanjikan Allah bisa berupa tambahan harta atau balasan pahala. Banyak orang yang berinfak mungkin tidak sempat melihat balasan duniawi, namun balasan akhirat tetap menanti.
Materi pengajian juga mengutip uraian dari Dr. Fadhl Ilahi dalam kitabnya Man Tushalli ‘alaihimul Malaaikah wa Man Tal‘anuhum. Di dalamnya disebutkan riwayat tambahan yang menggambarkan betapa para malaikat selalu menyeru manusia untuk kembali kepada Allah.
Dua malaikat yang diutus setiap kali matahari terbit dan terbenam menyerukan pesan agar manusia memilih harta yang cukup dan berkah, bukan yang banyak tapi membuat lalai. Dalam seruan yang sama, mereka kembali berdoa agar orang yang berinfak diberi balasan, sementara harta orang yang pelit dihancurkan.
Riwayat lain dari Ahmad dan Ibnu Hibban juga dibeberkan. Disebutkan ada malaikat yang berjaga di pintu langit yang setiap hari berkata, “Siapa yang memberi pinjaman hari ini akan dibalas esok.” Di pintu lain, malaikat lainnya memohon agar orang yang berinfak diberi pengganti, dan kehancuran disegerakan bagi orang yang menahan harta.
Pemateri menegaskan bahwa doa malaikat bukan sekadar ancaman, tetapi juga pengingat bahwa keberkahan harta tidak selalu diukur dari jumlah. Banyak orang merasa hartanya banyak, namun hilang keberkahan karena tidak digunakan di jalan kebaikan. Sebaliknya, ada yang hartanya sedikit namun cukup, karena ia rajin berbagi dan mendapatkan doa kebaikan dari para malaikat.
Pengajian ditutup dengan doa bersama agar jamaah termasuk dalam golongan orang yang ringan tangan dalam berinfak dan mendapat doa kebaikan dari para malaikat. Jamaah juga diingatkan agar tidak terjebak pada sifat kikir yang justru merugikan diri sendiri. (nug/K-5)














