Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Kuliah Malam Jumat Mulia Hati: Ujian Kebaikan dan Pertolongan dari Langit

×

Kuliah Malam Jumat Mulia Hati: Ujian Kebaikan dan Pertolongan dari Langit

Sebarkan artikel ini
IMG 20251127 WA0059

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Pengajian rutin Mulia Hati Banjarmasin malam Jumat kembali menghadirkan satu kisah yang mengenai cerita tentang seorang hamba yang menolong seekor ular dan bagaimana kebaikan, sekecil apa pun, tidak pernah hilang dari perhitungan Tuhan. Kisah ini dibuka dengan pengingat sederhana bahwa amal baik besar atau kecil tetap bernilai selama dijalankan dengan ketulusan dan istiqamah.

Dikisahkan ada seorang laki-laki bernama Muhammad Ibnu Hamir, seorang ahli ibadah yang siang hari berpuasa dan malamnya selalu bangun untuk qiyamul lail. Suatu hari, saat ia dalam perjalanan berburu, seekor ular menghadangnya dan meminta pertolongan. Ular itu mengaku sedang dikejar musuh dan memohon agar diselamatkan dari kejaran orang yang hendak membunuhnya.

Kalimantan Post

Percakapan keduanya berlangsung panjang, hingga akhirnya ular itu meminta untuk bersembunyi dalam mulut Ibnu Hamir. Meski ragu, Ibnu Hamir tergugah oleh sumpah sang ular yang bersaksi tak akan mencelakainya. “Demi Allah, tak mungkin aku tega membunuhmu,” ujar si ular saat itu. Ucapan itulah yang membuat Ibnu Hamir akhirnya membuka mulutnya dan membiarkan ular itu masuk ke dalam tubuhnya.

Tak lama kemudian, ia berpapasan dengan orang yang membawa parang musuh si ular. Ibnu Hamir menutupinya dengan beristighfar, mengaku tidak tahu apa pun soal ular tersebut. Setelah orang itu pergi, ular itu pun keluar dan menunjukkan sifat aslinya. Ular itu justru mengancam akan membunuhnya. “Ada dua pilihan untukmu,” katanya, “aku hancurkan limpamu atau aku lubangi hatimu dan membiarkanmu tanpa ruh.”

Di titik itulah Ibnu Hamir benar-benar putus asa. Ia meminta waktu sejenak untuk naik ke sebuah gunung. Di sana ia mengangkat pandangan ke langit dan berdoa memohon pertolongan Allah, seraya membaca doa khusus agar dilindungi dari kejahatan ular tersebut. Doa itu ia panjatkan dengan penuh kesungguhan, satu-satunya harapan yang tersisa.

Baca Juga :  Yamin: “Tidak Ada Ruang untuk Anggaran tak Efektif", APBD 2026 dan Dua Perda Baru Disahkan

Dalam perjalanan turun, datang seorang lelaki rupawan, berwangi harum dan tampak bersih mendekatinya. Dengan lembut ia bertanya apa yang membuat Ibnu Hamir terlihat begitu sedih. Setelah mendengar penjelasan bahwa musuhnya berada di dalam perut, lelaki itu memberikan sehelai daun hijau dan memintanya mengunyah dan menelannya. Seketika, ular itu berputar-putar di dalam tubuh Ibnu Hamir sebelum keluar dalam keadaan hancur.

Terkejut dengan pertolongan itu, Ibnu Hamir bertanya siapa sebenarnya sosok tersebut. Dengan senyum, lelaki itu menjawab, “Apakah kamu belum mengenalku, wahai Muhammad?” Ia lalu memperkenalkan diri sebagai malaikat Ma’ruf, utusan Allah yang turun setelah para malaikat mendengar doa dan keluhan Ibnu Hamir di langit. “Kebaikan yang kau lakukan tidak pernah sia-sia,” ujarnya, “sekalipun tidak dihargai makhluk yang kau bantu.”

Kisah ini disampaikan kembali oleh Syekh Ahmad bin Hijazi al-Fasyani dalam kitab al-Majalisus Saniyyah. Pesannya jelas: kebaikan tidak pernah hilang. Meski tidak dibalas manusia, Allah akan menyiapkan balasan dari arah yang tak pernah diduga. Dan sering kali, pertolongan itu datang tepat di saat seseorang berada di ujung kesabarannya.

Pengajian malam Jumat kali ini ditutup dengan harapan agar kisah tersebut menjadi pengingat bagi para jamaah. Kebaikan selalu kembali kepada pelakunya. “Kebaikan tak akan pernah sia-sia, bahkan bisa menjadi penyelamat di saat kita paling membutuhkan,” begitu pesan yang kembali ditegaskan dalam majelis malam ini. (nug/KPO-1)

Iklan
Iklan