Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Gangguan Kesehatan Mental Remaja : Bunuh Diri Jalan Pintas Atasi Masalah?

×

Gangguan Kesehatan Mental Remaja : Bunuh Diri Jalan Pintas Atasi Masalah?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Nikmah Faizah, S.Pd
Pemerhati Pendidikan dan Generasi

Bunuh diri adalah kata yang tidak asing ditelinga kita akhir-akhir ini. Menjadi pilihan terakhir disaat jalan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang mendera telah buntu. Ketika tidak lagi menemukan titik terang akan adanya kebahagiaan yang menunggu. Dan seolah hidup ini hanya sebatas logika manusia yang lemah dan penuh ragu. Jadilah bunuh diri diambil sebagai langkah akhir agar penderitaan tak lagi membelenggu.

Kalimantan Post

Tidak hanya orang dewasa yang penuh dengan himpitan hidup yang mengambil jalan ini, bahkan tak sedikit remaja dengan hidup seumur jagung dan masih punya jalan panjang untuk meraih harapan menjadi korbannnya. Dibanua kita sendiri juga ada kasus bunuh diri remaja, seperti yang terjadi disatui Tanah Bumbu (kalsel.pikiran-rakyat.com, 02/10/2025) dan yang sebelumnya terjadi di banjarbaru (Kompas.com, 05/02/2025).

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan data mengkhawatirkan dari program pemeriksaan Kesehatan jiwa gratis yang diselenggakan Kementrian Kesehatan dan menjangkau sekitar 20 juta jiwa, terdapat lebih dari 2 juta anak yang mengalami gangguan kesehatan mental. (republika.co.id/ 30 Oktober 2025)

Ini adalah angka yang besar. Disaat stress dan tantangan kesehatan jiwa adalah hal yang tidak dapat dihindari setiap hari, maka depresi dan keinginan bunuh diri juga punya peluang yang semakin besar menimpa generasi. Rapuhnya kepribadian mayoritas remaja, menjadi faktor pendorong mereka melakukan bunuh diri disaat realitas kehidupan tidak sesuai yang mereka harapkan.

Disaat sistem kapitalis sekuler yang diterapkan, termasuk dalam sistem pendidikannya, dimana peran agama dikerdilkan, maka yang menjadi orientasi utama manusia dalam menjalani kehidupan adalah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya kenikmatan dan kepuasan materi. Tidak terkecuali para remaja, segala sesuatu dipandang dengan sudut pandang materi. Sehingga gambaran remaja yang sukses adalah ketika disekolah mendapatkan nilai yang tinggi dengan berbagai prestasi, mempunyai paras cantik dan menarik, keluarga yang lengkap dan harmonis, disenangi guru dan semua teman, serta punya materi yang cukup sehingga tidak ketinggalan gaya hidup yang lagi viral.

Baca Juga :  PT Pindad Menjadi Ujung Tombak Implementasi Kebijakan Mobil Nasional Prabowo

Inilah gambaran hidup ideal yang remaja kejar. Ketika hidup tidak seindah yang dibayangkan. Permasalahan hidup datang silih berganti, baik keluarga yang broken home, himpitan ekonomi yang semakin sulit, bullying yang tidak bisa dihindari dan datang bertubi, atau pun berbagai masalah lainnya. Membuat remaja semakin oleng karena tidak jelasnya arah hidup yang ingin dicapai. Permasalah hidup dianggap beban yang harus dihindari dan kalau bisa lari darinya. Jika sudah buntu dan tak bisa menghindar maka tidak sedikit yang mengambil langkah bunuh diri sebagai solusi akhir.

Paradigma batas usia anak juga berpengaruh. Pendidikan Barat menganggap anak baru dewasa ketika berusia 18 tahun. Sehingga sering kali anak yang sudah baligh namun masih belum berusia 18 tahun sering diperlakukan sebagai anak dan tidak dididik untuk menyempurnakan akalnya. Apa yang mereka lakukan sering mendapatkan toleransi walaupun itu pelanggaran terhadap aturan Allah dengan anggapan mereka masih kecil dan berproses. Suatu saat nanti mereka akan berubah. Namun upaya untuk mengubahnya dan menanamkan pemahaman yang benar sering terlupakan.

Remaja yang kuat dan kokoh seperti karang yang tak hancur walau diterpa ombak berkali-kali menjadi sulit dicari. Remaja dengan ketaatan penuh pada Allah swt sang maha pencipta yang meyakini bahwa hidup ini adalah ujian sehingga mempunyai mental yang sehat dan tak mudah menyerah. Remaja yang meyakini bahwa disetiap kesulitan pasti ada kemudahan dan disetiap masalah pasti ada Solusi. Dan remaja yang memandang hidup didunia ini tidak hanya untuk mengejar kenikmatan dunia dengan menghalalkan segala cara, tetapi sebagai sarana untuk meraih Ridha-Nya.

Hanya dengan penerapan sistem Islam lah profil remaja diatas dapat diwujudkan. Dalam Islam dasar pendidikan dalam keluarga, sekolah dan seluruh jenjang pendidikan adalah akidah Islam sehingga anak memiliki kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi setiap kesulitan. Tujuan sistem pendidikan Islam adalah membentuk pola pikir dan pola sikap Islam, sehingga pada diri mereka terbentuk kepribadian Islam yang kokoh. Kurikulum pendidikan Islam yang diterapkan oleh Daulah khilafah memadukan penguatan kepribadian Islami (karakter) dengan penguasaan kompetensi ilmu. Sehingga mereka mampu menyikapi berbagai persoalan kehidupan dengan cara syar’i, sesuai petunjuk dari Allah swt.

Baca Juga :  Kapitalisasi Air: Potret Ketamakan Kapitalis dan Solusi Islam

Dalam Islam ketika baligh anak juga diarahkan untuk menggunakan potensi akal yang Allah berikan sehingga pendidikan anak sebelum baligh adalah Pendidikan yang mendewasakan dan mematangkan akal untuk menyempurnakan kepribadian Islamnya. Sehingga Ketika baligh mereka siap melaksanakan semua syariat yang Allah perintahkan dan meyakini setiap yang Allah bebankan kepadanya pasti mampu untuk dijalankan dan dihadapi.

Penerapan Islam secara kaffah juga mencegah terjadinya gangguan mental, sekaligus memberikan solusi persoalan ini secara tuntas, karena Islam mewujudkan kebaikan pada aspek non klinis, seperti jaminan kebutuhan pokok bagi seluruh rakyat, edukasi yang kontinu agar tercipta keluarga harmonis, juga media yang mengarahkan orang untuk selalu hidup dalam ketaatan, bukan provokasi untuk hidup mewah dan hedonis.

Dengan pengaturan Islam yang sempurna dan berasal dari Allah yang maha pencipta, gangguan Kesehatan mental apalagi sampai bunuh diri pasti dapat teratasi dengan tuntas. Wallahu A’lam bi ashshowab

Iklan
Iklan