Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Bencana dan Solusi Pragmatis Ala kaptalis

×

Bencana dan Solusi Pragmatis Ala kaptalis

Sebarkan artikel ini

Oleh : Nikmah Faizah, S. Pd
Pemerhati Lingkungan

Bencana banjir bandang yang terjadi di Sumatera sungguh sangat memprihatinkan. Alam goyah dan tidak mampu bertahan sehingga luapan air disertai ranting-ranting dan kayu gelondongan menerjang pemukiman warga. Banyak korban meninggal, hilang dan mengungsi. Bahkan ada beberapa desa yang diberitakan hilang, rumah dan bangunan hanyut terbawa air atau pun rata tertutup lumpur.

Kalimantan Post

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari bencana kali ini. Pertambangan dan alih fungsi lahan sering dituding menjadi penyebabnya. Luasan hutan dengan ekosistem alami semakin berkurang digantikan dengan pohon-pohon sawit yang rapi berjejer sehingga serapan air dihulu semakin rendah. Dan ternyata kondisi itu tidak jauh berbeda dengan banua kita.

KalSel sendiri sudah memulai langkah rehabilitasi hutan dan lahan kritis. Dinas kehutanan Provinsi memulihkan 250 hektare hutan dan lahan kritis melalui penanaman Program Result Based Payment (RBP) pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+), yang tersebar di lima Lokasi yakni Banjarbaru, HSU, HST, Kabupaten Banjar dan Kotabaru. Dan menurut Kepala Dishut Kalsel Fathimatuzzahra, berdasarkan data KLHK luas lahan kritis di kalsel semakin berkurang dari tahun-tahun sebelumnya. (antaranews.com, 27/11/2025)

Sementara itu Departemen Advokasi dan Kampanye Walhi Kalsel Muhammad Jefry Raharja menyebutkan sejak tahun 2001 Kalsel kehilangan lebih dari 150 ribu hektar tutupan pohon, terutama akibat ekspansi tambang dan sawit. Dari total luas Kalsel, 51,57% telah dibebani izin konsesi, dan ini ancaman nyata jika tata Kelola lingkungan selalu berpihak pada kepentingan ekonomi elit, ungkapnya. (radarbanjarmasin.com, 02/122025)

Di satu sisi pemerintah melakukan rehabilitasi dengan harapan memulihkan tutupan hutan, mendukung ekonomi masyarakat serta memperkuat ketahanan ekologis terhadap bencana dan perubahan iklim. Namun disisi lain izin yang jor-joran juga terus diberikan pada pengusaha untuk membuka hutan secara besar-besaran untuk aktivitas tambang dan kebun sawit tanpa adanya pengkajian lebih dalam terhadap dampak yang ditimbulkannya.

Baca Juga :  Perubahan Iklim dan Bencana Kapitalistik

Inilah yang terjadi dalam sistem sekuler yang diterapkan saat ini. Solusi yang dilakukan pragmatis dimana hanya berfokus pada angka tutupan hutan, emisi karbon atau hasil ekonomi, bukan tanggung jawab moral manusia terhadap alam, agar alam selalu terjaga dan lestari. Solusi yang tambal sulam dan tidak menyelesaikan masalah hingga ke akarnya merupakan ciri khas sistem kapitalistik yang hanya mengutamakan keuntungan secara materi. Solusi diberikan ketika masalah telah muncul dan mulai dirasakan dampak negatifnya.

Islam mempunyai pandangan yang khas terkait pengelolaan dan kerusakan hutan juga alam yang akhir-akhir ini sering terjadi. Menurut Islam, manusia yang berpaham sekuler kapitalistik telah mengabaikan amanah yang telah Allah berikan yakni sebagai khalifah di bumi. Demi memenuhi nafsu keserakahan mengejar keuntungan materi, hutan dibabat dan eksploitasi tambang dilakukan secara tidak bertanggung jawab. Keseimbangan ekosistem tidak lagi diperhatikan dan pemerintah tidak benar-benar serius menangani pengusaha nakal seperti ini.

Dalam Islam, hutan dan sumber daya alam dikelola sebagai milik umum, dimana negara memastikan pemanfaatan berkelanjutan dan adil. Hutan bisa terus terjaga dan generasi kedepan bisa turun temurun merasakan manfaatnya. Pemanfaatan hutan dan sumber daya alam secara ekonomi oleh negara digunakan untuk kesejahteraan rakyat secara keseluruhan, jadi tidak hanya menguntungkan segelintir orang.

Sistem Islam juga akan memberikan sanksi yang tegas bagi orang-orang atau pengusaha yang melakukan eksploitasi liar, pembakaran hutan dan perusakan pesisir. Semua dilakukan untuk menjaga dan merawat anugerah yang telah Allah berikan, sehingga manusia-manusia serakah tadi tidak akan dengan mudah memenuhi hawa nafsunya. Mereka akan berpikir berulang-ulang akan efek yang bisa didapatkan jika sampai ketahuan oleh negara Ketika melakukan pelanggaran.

Baca Juga :  Banjir dan Kita

Program rehabilitasi untuk memulihkan hutan yang telah terlanjur rusak dilakukan bukan hanya karena proyek teknis, motif ekonomi atau kekhawatiran akan dampak bencana semata. Tetapi lebih dari itu, menjaga keseimbangan ekologis merupakan tanggung jawab untuk menjaga makhluk hidup lain ciptaan Allah sebagai bentuk kesyukuran karena Allah telah memberikan alam yang begitu luar biasa untuk bisa dimanfaatkan manusia.

Dengan demikian, konservasi hutan merupakan pilar Pembangunan peradaban Islami, lestari, berkeadilan dan diberkahi sebagai bentuk tanggung jawab baik secara moral, sosial maupun spiritual. Wallahu A’lam bi ashshowab

Iklan
Iklan