Oleh: ADE HERMAWAN
Dalam perlombaan hidup yang serba kompetitif dan penuh tekanan hidup seperti zaman sekarang ini, setiap individu mencari formula rahasia menuju kesuksesan. Ada yang mengandalkan pendidikan tinggi, jaringan luas, atau kecerdasan finansial. Namun, di balik semua perhitungan logis dan strategi duniawi tersebut, terdapat satu kekuatan spiritual yang sering kali luput dari kalkulasi, yaitu doa dan rida (kerelaan hati) seorang Ibu.
Dalam kehidupan modern sekarang ini, di mana anak-anak semakin tenggelam dalam kesibukan pribadi dan teknologi, kita sering lupa untuk kembali kepada sumber berkah utama. Waktu yang kita luangkan, perhatian yang kita berikan, dan tindakan yang menunjukkan birrul walidain (berbakti kepada orang tua) adalah cara kita “memanen” doa dan rida seorang ibu.
Sosok ibu adalah poros utama, sumber kekuatan tak terbatas, dan perwujudan cinta yang paling murni. Namun, lebih dari sekadar kasih sayang, terdapat dua elemen spiritual yang diyakini memiliki daya magis dan menentukan kesuksesan hidup seorang anak, yaitu Doa dan Rida seorang ibu.
Mengapa dua hal ini sangat penting, bahkan dianggap sebagai kunci utama dalam membuka pintu kesuksesan seorang anak ?
Doa seorang ibu bukanlah sekadar permintaan biasa. Ia adalah manifestasi cinta paling murni yang diucapkan dengan keyakinan total, tanpa pamrih. Dalam banyak tradisi keagamaan, doa ibu ditempatkan pada posisi istimewa, dipercaya memiliki kecepatan dan daya tembus spiritual yang luar biasa. Ketika seorang ibu menengadahkan tangan untuk mendoakan anaknya, ia sedang mengirimkan gelombang energi positif dan perlindungan ilahi. Doa ini berfungsi sebagai “perisai” yang melindungi anak dari bahaya yang tak terduga, memudahkan urusan yang terasa buntu, dan menyuntikkan keberanian saat jiwa dilanda keraguan.
Keberhasilan hidup tidak hanya mencakup kekayaan materi, tetapi juga kedamaian batin dan keberkahan, sering kali berakar dari doa-doa sunyi yang dipanjatkan oleh seorang ibu di sepertiga malam terakhir atau di setiap sujudnya.
Masyarakat kita sering kali memandang doa ibu sebagai jimat pelindung yang paling ampuh. Keyakinan ini bukan tanpa dasar. Dalam banyak ajaran, doa seorang ibu dianggap sebagai salah satu doa yang mustajab karena kedekatan spiritualnya yang unik dengan Sang Pencipta, serta pengorbanan tanpa batas yang telah ia berikan.
Ketika seorang anak memulai perjalanan hidupnya, mulai dari menghadapi ujian sekolah, mencari pekerjaan, mendirikan rumah tangga, atau bahkan ketika ia terjerumus dalam kesulitan, hal pertama yang dicari adalah restu dan iringan doa dari ibunya. Doa ini bukan hanya permintaan kepada Tuhan, melainkan juga sebuah transfer energi positif, sebuah keyakinan yang disuntikkan ke dalam jiwa si anak bahwa ia sanggup menghadapi tantangan.
Namun, di samping doa, ada satu aspek yang memiliki bobot spiritual yang jauh lebih berat, yaitu rida (kerelaan hati) seorang ibu.
Jika doa adalah permohonan, maka rida ibu adalah penerimaan dan restu yang membuka jalan bagi keberkahan. Rida adalah kerelaan hati yang tulus dari seorang ibu terhadap tindakan, pilihan, dan nasib anaknya. Rida Ibu diibaratkan sebagai “visa” spiritual yang memuluskan perjalanan hidup. Tanpa rida ini, meskipun seorang anak mencapai puncak karier atau mengumpulkan harta melimpah, sering kali kesuksesan itu terasa hampa, rapuh, atau mudah hilang. Sebaliknya, dengan rida yang sempurna, langkah yang kecil pun terasa ringan, rezeki yang didapat terasa cukup, dan masalah seberat apapun terasa memiliki solusi.
Sebuah pepatah bijak mengingatkan bahwa Surga berada di bawah telapak kaki ibu. Makna hakiki dari ungkapan ini adalah bahwa jalan menuju kebahagiaan sejati dan keselamatan spiritual sangat erat kaitannya dengan cara kita memperlakukan dan mendapatkan kerelaan hati dari ibu.
Rida adalah penerimaan tulus dan kerelaan hati seorang ibu terhadap jalan dan nasib anaknya, serta keadaan dirinya sendiri. Rida ini melampaui ucapan, ia adalah kondisi batin. Jika seorang ibu telah memberikan rida kepada anaknya, seolah-olah seluruh alam semesta ikut merestui langkah-langkah anak tersebut. Kesuksesan yang diraih menjadi lebih berkah, kesulitan yang dihadapi terasa lebih ringan, dan kebahagiaan yang dirasakan menjadi lebih utuh.
Sebaliknya, ada kengerian kolektif dalam masyarakat kita terhadap kemurkaan atau ketidakrelaan seorang ibu. Meskipun tidak ada seorang ibu pun yang ingin melihat anaknya celaka, ketidakrelaan yang muncul karena rasa sakit hati yang mendalam, atau rasa diabaikan, dipercaya dapat menjadi penghalang tak terlihat yang mempersulit jalan hidup si anak. Ini adalah peringatan keras bagi kita semua untuk menghormati, mengasihi, dan memuliakan ibu bukan sekadar kewajiban moral, melainkan investasi spiritual untuk masa depan kita.
Marilah kita senantiasa ingat bahwa pondasi terkuat kesuksesan seorang anak tidak dibangun dari kecerdasan semata, koneksi, atau harta benda, melainkan dari kedalaman spiritual yang dipancarkan oleh Doa dan Rida seorang ibu. Ia adalah harta yang tak ternilai, kunci pembuka gerbang kemudahan, dan selimut pelindung dari segala marabahaya.
Bagaimana cara kita memastikan bahwa kunci sukses ini selalu berada di tangan kita? Perlakukan ibu dengan penuh kasih, hindari perkataan yang menyakiti hati, dan utamakan kebutuhannya di atas kepentingan pribadi yang tidak mendesak. Tunjukkan kerendahan hati untuk mendengarkan nasihatnya, karena nasihat seorang ibu sering kali adalah firasat yang dibimbing oleh cinta. Luangkan waktu, berikan perhatian, dan penuhi haknya. Tindakan berbakti inilah yang secara otomatis akan ‘mengaktifkan’ rida dan doa terbaik dari seorang ibu.
Kesuksesan sejati dalam hidup bukanlah tentang seberapa tinggi posisi yang Anda raih, melainkan seberapa kuat ikatan spiritual yang Anda jaga dengan sumber cinta dan restu tak terbatas dari Ibu Anda. Jangan biarkan kesibukan dunia merenggut kesempatan Anda untuk mengunci sukses hidup Anda melalui Doa dan Rida Ibu. Mereka adalah harta yang paling berharga, dan ketiadaan keduanya adalah kerugian terbesar bagi setiap anak.












