BANJARMASIN, KP – Tingkatkan literasi warga Kota Banjarmasin serta mengajak masyarakat kota Baiman untuk semakin membudayakan gemar membaca, Pemko Banjarmasin menggelar talk show dengan narasumber nasional dari Perpustakaan Nasional RI dan Duta Baca Indonesia Najwa Shihab.
Walikota Banjarmasin, H Ibnu Sina mengatakan, minat baca di Banjarmasin terus meningkat dari tahun ke tahun. Disebutkannya pada tahun 2018 yang lalu, kunjungan ke perpustakaan daerah milik Pemko Banjarmasin mencapai belasan ribu pengunjung.
“Tahun ini minat baca atau literasi kita meningkat, sudah ada 11.000 pengunjung yang terdata di perpustakaan Banjarmasin pada tahun 2018 lalu,’’ kata Ibnu Sina disela Talk Show Budayakan Gemar Membaca di Himalaya Ballroom HBI Banjarmasin, Kamis (5/12).
Senada dengan itu, Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional RI, Sri Sumekar menyebut, minat baca di Kota Banjarmasin pun dinilainya masuk kedalam kategori sedang.
Sementara itu, ia membeberkan pada tahun 2015 dalam skala nasional yakni di Indonesia minat baca masih rendah, namun demikian pada tahun 2019, Indonesia mampu menempati urutan ke-16 di dunia dengan indeks tingkat baca sedang.
“Kegemaran membaca Indonesia menempati urutan ke-16 se Dunia pada tahun 2019 ini, artinya indeks budaya membaca di Indonesia itu meningkat dari urutan yang beberapa puluh menjadi ke-16,’’ ucapnya.
Sri Sumekar menyebut, untuk mengukur tingkat minat baca maupun literasi dapat dilihat dari 10 indikator, diantaranya jumlah kunjungan masyarakat di perpustakaan, jumlah koleksi buku di perpustakaan, jumlah anggaran membeli buku dari pemerintah daerah untuk perpustakaan.
“Selain itu kita juga menengok jumlah itu di berbagai rumah di kawasan itu, berapa dan apa saja jenis koleksi buku yang terdapat di rumah penduduk,’’ ungkapnya.
Adapun Duta Baca Indonesia yang juga dikenal sebagai presenter kondang tanah air, Najwa Shihab mengungkapkan soal survei minat baca maupun literasi jika dimuat dalam perdebatan maka tidak akan mendapati ujung, pasalnya setiap survei selalu memiliki sampel dan indikator yang berbeda.
“Berdebat soal survei tidak ada habisnya, indikator bisa berbeda-beda dari yang satu dan yang lainnya,’’ bebernya.
Dijelaskannya, literasi bukan hanya soal membaca, namun menggunakan seluruh potensi dalam diri, ada literasi finansial, literasi technology, literasi sains, literasi numerik dan masih banyak literasi lainnya.
“Permasalahan kita, saya berkeliling di Indonesia itu yang susah akses tantangannya jumlah ketersediaan buku berkualitas,’’ terangnya.
Ia mengakui, tugas mencerdaskan anak bangsa tidak hanya milik kepala negara maupun kepala daerah seperti walikota, tentu hal ini harus kolaborasi dengan peran pemerintah daerah harus merangkul seluruh stakeholder.
“Yang saya lakukan adalah menjadi mak comblang, dimana menghubungkan satu instansi ke instansi lainnya agar membuka akses literasi seperti pojok baca di Samsat dan Bandara,’’ paparnya.
Ditambahkannya, Bank Bank maupun perusahaan swasta juga turut harus membantu gerakan literasi lewat program corporate sosial responsibility (CSR), “Dana ini misalnya digunakan untuk pengadaan buku, ini turut mendongkrak minat baca juga,’’ pungkasnya. (zai/K-5)