Iklan
Iklan
Iklan
BanjarmasinTRI BANJAR

Merawat Kerukunan Beragama Menjelang Natal

×

Merawat Kerukunan Beragama Menjelang Natal

Sebarkan artikel ini

Oleh : Habibah Auni
Mahasiswa Universitas Gajah Mada

Polda Metro Jaya belakangan ini diberitakan sudah bergerak untuk mencegah terjadinya kegiatan intoleransi agama menjelang momen Natal. Polda Metro Jaya sudah menurunkan 8.196 personel keamanan gabungan untuk menjaga jalannya perayaan Natal. Menurut Mahfudz tindakan seperti intoleransi antar umat beragama harus diantisipasi sedini mungkin.

Ribuan personel ini diarahkan untuk mengamankan 3.000 fasilitas umum yang setidaknya menjadi tempat berkumpulnya masyarakat umum (Firmansyah, 2019). Hal demikian dikatakan oleh Kurniawan (2016) yang berpendapat bahwa kegiatan intoleransi beragama seperti aksi terorisme Natal biasanya menargetkan tempat/fasilitas umum.

Akibatnya, sebagian masyarakat merasa was-was dan ketakutan untuk pergi ke fasilitas umum tersebut (Kurniawan, 2016). Saiful Muljani Research and Consulting (SMRC) menambahkan bahwa sebagian masyarakat Indonesia merasa tidak aman dengan adanya ancaman terorisme di Indonesia.

Akan tetapi, nampaknya ketakutan masyarakat Indonesia terhadap isu terorisme ini, tidak dibarengi dengan daya kritis masyarakat terhadap isu terorisme. Alhasil, para teroris sangat leluasa dalam beraksi di lapangan. Oleh karena itu, perlu dibangun kesadaran kritis warga Indonesia terhadap isu terorisme.

Kemudian kita bias bersepakat bahwa daya kritis masyarakat terhadap terorisme dapat ditumbuhkan, salah satunya dengan merawat kerukunan beragama masyarakat Indonesia. Seperti kata Mahfudz, “Mari kita pastikan bahwa penyelenggaraan ibadah keagamaan penuh toleransi, aman dan damai di seluruh Tanah Air agar tercipta sebagai cerminan kerukunan hidup beragama masyarakat Indonesia’’. (Merdeka, 2019).

Menurut Nazmudin (2017), kerukunan adalah istilah yang memiliki makna `

baik’’ dandamai’’. Hakikatnya, kerukunan adalah hidup bersama masyarakat dengan kesatuan hati’’ danbersepakat’’ untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran. Dengan demikian, kerukunan adalah menjadi pedoman ideal yang didambakan oleh peradaban manusia. (Nazmudin, 2017).

Baca Juga:  Bentuk Kepengurusan FPTI Kalsel, Rosehan NB Ingin Provinsi dan Daerah Sejalan

Nurcholish Madjid menyatakan bahwa kerukunan beragama seharusnya menjadi wadah bertemunya berbagai penganut agama untuk bertemu dalam suatu landasan bersama (common platform). Maka dari itu, diperlukan sikap terbuka antar seluruh anggota masyarakat tanah air. Karena keterbukaan terhadap antar agama menunjukkan kesempurnaan agama(Gunawan, 2015).

Selain itu, Maftuh Basuni (2008:79) berpendapat bahwa kerukunan antar umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang dinamis, karena itu harus dipelihara terus dari waktu ke waktu. Sehingga merawat kerukunan beragama menjadi kewajiban warga Indonesia, termasuk merawat kerukunan beragama menjelang Natal.

Tugas mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia sudah menjadi tugas bersama seluruh umat beragama di Indonesia. Setiap individu dan kelompok umat beragama perlu memahami secara benar dan tepat akan arti kerukunan hidup umat beragama

Karena Indonesia sebagai Negara yang memiliki karakteristik macam-macam, memiliki local wisdom, memiliki heterogenitas budaya dan hetergoneitas agama selalu terlibat dan berhubungan satu sama yang lain. (Qodir, 2008).

Perbedaan tersebut janganlah dijadikan penghalang atau bahkan ditolak keberadaannya. Karena apabila perbedaan beragama tidak terpelihara dengan baik, bisa-bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang malah memicu ketidakdamaian.

Konstitusi Indonesia sendiri mencita-citakan suatu masyarakat dimana agama-agama dapat hidup berdampingan dan berperan secara konstruktif, yang mana solidaritas antar seluruh lapisan masyarakat bisa dibangun.

Pengakuan akan hak-hak seluruh warga Negara seperti hak kebebasan beragama, perlu diakui oleh negara. Dalam mewujudkan pengakuan akan hak kebebasan warga negara, dialog antar umat beragama bias menjadi salah satu alternatif yang baik.

Kalau kata Mukti Ali (1975: 54), “Dialog adalah suatu proses dimana individu dan kelompok belajar untuk menghilangkan saling curiga dan saling takut, serta berusaha untuk mengembangkan hubungan-hubungan yang didasarkan kepada saling percaya mempercayai. Dialog adalah merupakan hubungan yang sejuk dan ditunjukan untuk hidup bersama, berbuat bersama dan mendirikan dunia baru bersama’’.

Baca Juga:  Bakal Ada Sidak Masakan Ramadan

Oleh karena itu, tema dialog antar umat beragama yang mengarah pada masalah kemanusiaan seperti moralitas, etika, dannilai spiritual, juga menjadi sarana efektif dalam merawat kerukunan beragama, terutama menjelang natal. Dialog antar umat beragama juga bias digunakan untuk menghindari suatu keinginan untuk mendominasi pihak lain.

Dengan demikian dalam merawat kerukunan beragama menjelang Natal, diperlukan rasa saling menghormati, rasa keterbukaan dan rasa persahabatan antar umat beragama. Kerukunan beragama ini sepatut-patutnya diwujudkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dialog terbuka antar umat beragama nampaknya bisa menjadi salah satu senjata yang mampu menjaga perdamaian bangsa.

Iklan
Iklan