Oleh : Yoseph Yoneta Motong Wuwur
Fakultas Pertanian Universitas Flores, Ende
Pertanian lahan kering identik dengan pemanfaatan air sekecil mungkin dalam usahanya. Pertanian lahan kering beriklim kering selalu bergantung pada curah hujan. Sehingga usaha tani lahan kering sering dihubungkan dengan rendahnya produktivitas. Di samping itu, lahan kering selalu terdiri dari lahan dengan topografi tidak merata yang mempunyai lereng cukup besar sehingga keberadaan solum tanah atas selalu terusik oleh erosi yang terjadi.
Lahan kering beriklim kering perlu mendapat perhatian yang serius khususnya terkait dengan sumber air dan pengelolaannya. Ketersediaan air merupakan faktor pembantas utama. Wilayah dengan kategori rawan pangan dicirikan oleh daya dukung lahan pertanian untuk kebutuhan produksi pangan relatif terbatas, sumber daya manusia rendah, sarana dan prasarana terbatas, penguasaan lahan pertanian terbatas, rata-rata pendapatan di bawah garis kemiskinan.
Oleh karena itu curah hujan yang rendah di wilayah beriklim kering menyebabkan tanah tidak mengalami pencucian yang intensif. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan lahan kering beriklim kering dibanding wilayah beriklim basah, di mana pencucian sangat intensif sehingga tanah miskin hara. Tingkat pencucian dan pelapukan ini mengakibatkan solum tanah di wilayah iklim kering umumnya dangkal dan di wilayah beriklim basah umumnya dalam. Ancaman lain seperti curah hujan yang semakin tidak menentu, perubahan pola hujan dengan periode hujan lebih singkat tetapi dengan intensitas yang lebih tinggi.
Optimalisasi lahan kering iklim kering sering kali terbentur pada kendala sosial ekonomi, dan akses petani ke input produksi sangat terbatas. Rendahnya produksi juga disebabkan lahan tidak dikelola secara tepat sehingga mudah terdegradasi, sedangkan upaya konservasi membutuhkan biaya tinggi yang sulit dipenuhi oleh masyarakat petani.
Inovasi teknologi pertanian untuk pengembangan lahan kering iklim kering sudah banyak dihasilkan meliputi varietas toleran kekeringan dan tahan hama/penyakit serta pengelolaan hara dan tanah. Kendala lainnya ialah rendahnya akses dan adopsi teknologi tersebut oleh masyarakat. Pengembangan pertanian di lahan kering iklim kering diutamakan untuk memanfaatkan potensi sumber daya air yang tersedia dengan teknologi yang sederhana dan murah, dipadukan dengan penggunaan varietas unggul, sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan.
Mempertimbangkan beberapa permasalahan yang ada, maka pengelolaan lahan kering menitikberatkan pada tata cara untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan. Pertama, kemiringan lahan dan berbagai kemungkinan akibat negatif ikutannya, Kedua, ketidakmampuan tanah berfungsi sebagai lumbung air serta kemiskinan bahan organik. Mengatasi permasalahan lahan kering berserta kemungkinan pemanfaatannya akhirnya akan sampai kepada terciptanya pola tanam konservasi yang cocok untuk lahan pertanian tersebut.
Masalah yang timbul akibat adanya berbagai tingkat kemiringan lahan adalah aliran permukaan dan erosi beserta potensi kesuburan. Pembuatan teras bertujuan mengurangi panjang lereng serta pada akhirnya mengurangi kecepatan aliran permukaan. Terdapat suatu hubungan antara tingkat kemiringan dengan perlakuan bentuk permukaan tanah guna mengurangi laju aliran permukaan ini, mulai dari sekadar membuat guludan sampai berbagai bentuk teras yang harus diterapkan.
Penerapan teknik konservasi tanah selayaknya mempertimbangkan tiga hal, yaitu curah hujan yang sering terjadi, kondisi lahan yang meliputi kemiringan, ketebalan solum dan sifat-sifat tanah, serta kemampuan petani setempat untuk mengadopsi baik menyangkut biaya, waktu dan ketersediaan tenaga kerja.
Pemilihan teknik konservasi diterapkan berdasarkan kemiringan lahan, solum tanah, dan kepekaan tanah terhadap erosi. Konservasi mekanik dalam bentuk pembuatan guludan dan teras bangku merupakan teknik konservasi yang lebih sesuai. Konstruksi guludan lebih cocok diterapkan di atas lahan dengan kemiringan kurang dari 15 persen baik yang bersolum dangkal maupun dalam yang ditanami tanaman pangan.
Sedangkan jika kemiringan lahan kurang dari 5 persen cukup dibuat guludan yang diperkuat dengan penanaman berbagai jenis rumput pakan ternak. Guludan berfungsi untuk memperpendek panjang lereng, mengurangi terjadinya erosi permukaan dan alur, mencegah timbulnya erosi parit, dan meningkatkan laju infiltrasi air ke dalam tanah.
Teras bangku dapat diterapkan di atas lahan dengan kemiringan 10-30 persen, bersolum dalam. Secara umum teras bangku ini mempunyai fungsi memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran limpas dengan kekuatan yang tidak merusak, dan meningkatkan laju infiltrasi air ke dalam tanah. Jika kemiringan lahan berkisar antara 8-15 persen, sebaiknya dibuat konstruksi teras bangku yang dilengkapi dengan saluran pembuang, yang memudahkan aliran air permukaan secara terkendali.