Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

Mengenal Bakat, Minat dan Kemampuan Diri

×

Mengenal Bakat, Minat dan Kemampuan Diri

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ida Norfia
Guru SMPN 1 Karang Bintang

Tidak ada orang yang sama di dunia ini. Sama bentuk fisiknya, sifatnya, pemikirannya, kesukaannya, juga kemampuannya. Setiap orang memiliki ciri yang berbeda yang menjadikan ia unik atau memiliki kekhasan.

Baca Koran

Keunikan/kekhasan itu termasuk dalam hal minat, bakat dan potensinya. Coba kita bandingkan dengan teman-teman disekitar kita, adakah di antara mereka yang memiliki minat, bakat dan potensi yang sama persis antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada bukan? Tentu masing-masing memiliki sisi plus dan minus, yang harus dipahami oleh mereka sendiri. Dengan demikian mereka termasuk kita bisa mengembangkan sisi ‘plus’ dan menambal kekurangan di sisi ‘minus’ kita.

Setiap orang pasti memiliki potensi. Potensi adalah modal kemampuan yang sebenarnya kita miliki akan tetapi belum kita asah dan kita gunakan. Sekecil apapun, jika potensi yang kita miliki diasah maka potensi tersebut akan menjadi kelebihan atau kekuatan kita. Misalkan ada di antara kita yang suka menuangkan ide dalam bentuk tulisan, tetapi hanya disimpan sendiri dalam catatan pribadinya. Seandainya kemampuan itu diasah misalkan melalui latihan menulis artikel, mengisi majalah dinding di sekolah, mengirim tulisan ke berbagai media, atau mengikuti lomba penulisan tentu lama-lama kemampuan itu akan terasah dan kita menjadi lebih terampil dalam menulis. Lalu bagaimana agar potensi yang kita miliki itu bisa terasah dan kita menjadi lebih terampil? Syaratnya adalah kita paham dengan diri kita sendiri dan tekun dalam mengasah potensi diri.

Terkadang, ada orang yang under estimate (terlalu rendah dalam menilai kemampuan diri) atau sebaliknya over estimate (terlalu tinggi dalam menilai kemampuan diri). Orang yang memiliki pandangan under estimate melihat dirinya sebagai orang yang tidak memiliki kelebihan apapun. Bahkan ia hanya melihat banyak kekurangan yang dimiliki dirinya.

Baca Juga :  PERDA KEBUDAYAAN, "SAHIBAR" PROYEK SOSPER?

Orang dengan tipe seperti ini merasa tidak akan bisa berbuat banyak untuk meraih prestasi atau kesuksesan apapun bahkan perasaan seperti ini akan berkembang menjadi tidak punya harapan apapun dan merasa hanya menjadi beban bagi orang lain. Hopeless atau tidak punya harapan ini bisa berkembang lagi menjadi cepat menyerah dalam berusaha, tidak bersemangat, tidak kreatif dan menjadi tidak percaya diri dan akhirnya menarik diri dalam pergaulan. Menghadapi masalah, orang dengan tipe seperti ini melihatnya sebagai ancaman dan hambatan yang harus dihindari. Dia tidak suka tantangan dan tidak bisa melihat peluang. Kesempatan yang datang sering hanya lewat begitu saja. Bagi orang yang under estimate ia lebih memilih untuk tidak mengambil kesempatan daripada gagal.

Sedangkan sebaliknya, ada orang yang over estimate dalam menilai diri. Orang yang over estimate melihat dirinya punya banyak kelebihan dan tidak punya kekurangan. Dia melihat dirinya sendiri sebagai orang yang memiliki bagitu banyak kemampuan dan tidak bisa melihat kekurangan diri. Orang dengan tipe seperti ini biasanya memiliki semangat yang sangat tinggi, sangat percaya diri namun juga tidak bisa menerima kekurangan atau kelemahan diri, apalagi kegagalan. Kegagalan baginya adalah aib atau sesuatu yang sangat memalukan. Selain itu biasanya orang yang over estimate tidak suka dikritik dan mudah meremehkan orang lain. Lalu bagaimana baiknya?

Yang terbaik adalah jika kita tidak di antara keduanya, terlalu rendah maupun terlalu tinggi dalam menilai diri sendiri. Kita harus realistis dan obyektif melihat kemampuan dan potensi diri. Dengan demikian kita akan lebih proporsional melihat seberapa banyak kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Kita juga akan lebih rileks dalam menerima masukan atau kritikan dan tidak mudah meremehkan orang lain. Dan jika kita melihat suatu kesempatan kita bisa melihatnya sebagai tantangan yang harus disambut dengan persiapan yang matang. Kegagalan dan keberhasilan disikapinya dengan sikap yang wajar dan dianggap sebagai proses pembelajaran.

Baca Juga :  Kampus Mengelola Tambang: Disorientasi Yang Berbahaya?

Apa saja yang harus kita lihat dari diri kita sendiri, yang bisa menjadi tolak ukur seberapa banyak kemampuan dan potensi yang kita miliki. Kemampuan atau potensi yang kita miliki berasal dari bakat kecerdasan yang kita miliki, karena berawal dari kecerdasan itu kita bisa memikirkan dan melakukan banyak hal.

Teori tentang kecerdasan saat ini sudah berkembang pesat. Kecerdasan tidak hanya diukur dari dua komponen saja yaitu : linguistik-verbal dan logis-matematis. Kedua komponen kecerdasan ini berkaitan dengan IQ atau Intelegence Qoutiont yaitu kecerdasan berpikir/bernalar atau sering disebut kecerdasan intelegensia dan prestasi akademik. Sehingga biasanya kita bisa mengukur nilai kecerdasan linguistik-verbal dan logis-matematis kita dari prestasi akademik yang kita raih di sokolah.

Namun dalam perkembangannya, teori kecerdasan berkembang lagi karena pada kenyataannya kesuksesan seseorang tidak hanya tergantung dari dua komponen tadi. Meskipun demikian bukan berarti kedua komponen kecerdasan tadi boleh kita abaikan. Contoh: Bill Gates, seorang warga Amerika terkaya di dunia dan pemilik perusahaan Microsoft, bukanlah orang yang unggul dalam bidang akademis tetapi ia orang yang mengalami sukses luar biasa dalam bisnisnya. Demikian juga Tiger Woods, seorang kulit hitam warga Amerika, dia menduduki posisi puncak atlet pegolf dunia dan atlet terkaya, meskipun ia tidak unggul secara akademis tetapi ia berhasil sukses di bidang lain. Dan banyak contoh lainnya yang bisa menggambarkan bahwa seseorang juga bisa meraih kesuksesan lain di samping kesuksesan secara akademik. Semoga kita dapat mengenal bakat dan minat kita untuk memacu prestasi belajar guna pengembangan karir ke depan serta memiliki rencana untuk mengasah kemampuan diri.

Iklan
Iklan