Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

Virus Corona, Bagaimana Islam Menangani Wabah Penyakit?

×

Virus Corona, Bagaimana Islam Menangani Wabah Penyakit?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Aghnia Yanisari
Aktivis Dakwah Banjarmasin

Lagi-lagi Cina membuat dunia begitu heboh. Bagaimana tidak, belum usai pemberitaan genosida muslim Uyghur, kini ditambah dengan berita wabah penyakit yang berujung pada kematian. Novel Corona virus, atau biasa disebut Corona, virus yang berasal dari Kota Wuhan, kini telah menyebar di banyak negara.

Baca Koran

Badan Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menetapkan penyebaran virus Corona sebagai darurat global sebab kian sulit dikendalikan. Korban tewas akibat virus itu kini mencapai 361 jiwa. Bukan hanya kematian di China, bahkan baru-baru ini kasus kematian di luar China terjadi di Filipina. Penyebaran yang massif ke sejumlah negara kini menjadi soal. Hingga saat ini sudah ada 25 negara yang mengkonfirmasi pasien positif corona, yakni Amerika Serikat, Australia, Filipina, Finlandia, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Nepal, Prancis, Russia, Singapura, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Taiwan, Thailand, Vietnam dan Uni Emirat Arab. (CBNC Indonesia)

Virus Corona adalah sejenis virus yang dapat menyebabkan infeksi pada hidung, sinus, atau tenggorokan bagian atas. Virus ini dapat menyebabkan gangguan berbahaya yang menyebabkan gangguan MERS di Arab Saudi pada 2012. Pada awal tahun ini, jenis virus terbaru, yaitu 2019-nCoV ditemukan dan menyerang ribuan orang di Cina.

Hal yang berbahaya adalah penyebaran dari gangguan ini dapat menjangkiti orang lain dengan cara yang sama dengan penyebab flu. Beberapa cara penyebarannya, seperti seseorang yang terinfeksi lalu batuk atau bersin, menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi, menyentuh barang yang telah disentuh oleh seseorang yang terinfeksi, dalam kasus yang jarang melalui kotoran.

Pada dasarnya, gejala yang timbul di awalnya mirip dengan flu, hingga gangguan pada pernapasan, serta mengalamai demam dan batuk. Virus Corona ini juga dapat menyebabkan gejala yang parah. Infeksi dari gangguan ini dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia.

Baca Juga :  Kampus Mengelola Tambang, Hilangnya Fungsi Negara

Meskipun virus ini tidak sampai memasuki Indonesia, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia akan terserang virus yang mematikan ini. Namun nampaknya pemerintah terkesan santai dalam menangani kasus Corona. Dilihat dari lambannya pemerintah melakukan evakuasi WNI di Provinsi Hubei yang berjumlah 243 orang. Begitu pula untuk urusan logistik. Baru akan dicarikan solusi 4-5 hari setelahnya. Yang aneh, Menteri Kesehatan Terawan Agung Putranto hanya mengimbau WNI, terutama yang berada di Wuhan, agar tidak stres. Dia menyebut virus Corona bersifat swasirna. Artinya, pasien terjangkit Corona bisa sembuh sendiri bila kondisi tubuhnya cukup baik.

Sedangkan beberapa negara yang lain tengah memulangkan warganya dari Cina dengan menggunakan pesawat-pesawat sewaan. Penyebaran virus Corona yang makin meluas juga tak membuat pemerintah membatasi wisatawan Cina ke Indonesia. Terbukti, pemerintah hanya penutup penerbangan langsung ke Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei. Namun sebenarnya, pembatalan tersebut terjadi karena ekses kebijakan isolasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Cina, selanjutnya diikuti oleh maskapai penerbangan, bukan berawal dari Kementerian Perhubungan sendiri.

Yang lebih aneh, Wakil Menteri Parekraf Angela Tanoesoedibjo mengatakan, tahun lalu terdapat sebanyak kurang lebih 1,9 juta wisatawan dari Cina. Meski begitu, hingga saat ini pihaknya masih dalam proses perhitungan berapa potensi devisa jika wisatawan dari Cina berkurang. Padahal di media sosial banyak netizen meminta pemerintah untuk sementara menolak kedatangan warga Cina ke Indonesia karena khawatir penularan Virus Corona. Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dr Achmad Yurianto, malah meyakinkan bahwa virus bisa dicegah tanpa harus ada penolakan.

Melihat sikap pemerintah saat ini seakan-akan mampu melindungi rakyatnya dari penyakit berbahaya, menyarankan rakyatnya segera memeriksakan kesehatan ketika sakit, padahal akses mendapatkan pelayanan kesehatan saja masih sangat sulit, dengan biaya yang terus menerus naik. Padahal pelayanan kesehatan rakyat adalah tanggung jawab negara. Negeri yang memiliki sumber daya alam melimpah ruah ini seharusnya mampu mengayomi rakyat dengan prima. Ini dikarenakan pengelolaan SDA yang kacau, akibat kepentingan individu. Kepemilikian umum menjadi kepemilikan individu.

Baca Juga :  Tagar #KaburAjaDulu: Antara Kekecewaan Generasi dan Kesenjangan Ekonomi Dunia

Berbeda dengan Islam, Islam adalah agama sekaligus ideologi paripurna. Mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan di semua aspek. Seperti halnya kesehatan, hingga pelayanan kesehatan gratis, tanpa iuran asuransi. Islam telah mengajarkan umatnya untuk hidup sehat, makan dan minum yang halal, hingga menjaga kebersihan.

Penguasa pun punya peran sentral untuk menjaga kesehatan warganya. Apalagi saat terjadi wabah penyakit menular. Tentu rakyat butuh perlindungan optimal dari penguasanya. Penguasa tidak boleh abai. Para penguasa Muslim pada masa lalu, seperti Rasulullah SAW dan Khalifah Umar bin al-Khaththabra, sebagaimana riwayat di atas, telah mencontohkan bagaimana seharusnya penguasa bertanggung jawab atas segala persoalan yang mendera rakyatnya, di antaranya dalam menghadapi wabah penyakit menular.

Iklan
Iklan