Pertumbuhan ekonomi Kalteng triwukan I tahun berjalan hanya berada di angka 2,95 persen. Dibandingkan triwulan ke IV tahun 2019, ekonomi Kalteng mampu tumbuh 6,02 persen. Sedangkan triwulan I ini secara nasional ekonomi tumbuh 2,97 persen. Ini berarti ada pelambatan pertumbuhan.
PALANGKA RAYA, KP — Pandemi Covid 19 baik lokal, nasional bahkan internasional sangat memperngaruhi sisi pertumbuhan ekonomi. Bahkan Kalteng berada dibawah nasional.
Kepala Bank Indonesia Rihando dalam siaran pers, Selasa (12/5) merilis kalau pertumbuhan ekonomi Kalteng triwukan I tahun berjalan hanya berada di angka 2,95 persen.
Dibandingkan triwulan ke IV tahun 2019, ekonomi Kalteng mampu tumbuh 6,02 persen. Sedangkan triwulan I ini secara nasional ekonomi tumbuh 2,97 persen. Ini berarti ada pelambatan pertumbuhan, terang Rihando.
Ditegaskan, pihak Bank Indonesia (BI) akan terus mencermati dampak pandemi covid 19, secara global maupun regional, bahkan skala lokal, guna kajian dan disiasati antar Pemerintah dan lembaga terkait.
Hal itu bertujuan untuk menjaga stabilitas baik ekonomi, moneter maupun sosial lainnya, agar tetap aman dan terkendali. Di bidang ekonomi, agar ketersedian pangan dan daya beli masyarakat tidak melemah.
Mengutif catatan Badan Pusat Statistik (BPS) secara parsial sisi pengeluaran, penurunan pertumbuhan ekonomi nasional diakui disebabkan turunnya permintaan domestik.
Kosumsi rumah tangga tercatat hanya ,2,84 persen (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan kinerja smester IV tahun lalu yang mencapai 4,97 persen. Triwulan I sudah memasuki pandemi covid 19, sedangkan triwulan IV tahun lalu itu belum ada.
Berikutnya yang melambat bidang investasi hanya mampu tumbuh 1,70 persen, terumata invrstasi bangunan. Sedikit bisa tumbuh berkat adanya respon positif dari kosumsi Pemerintah mencapai 3,74 persen. Di sektor lainnya menunjukkan angka negatif dibandingkan triwulan sebelumnya.
Demikian pula di Kalteng, baik sisi pengeluaran, dan pengaruh eksternal memberi kontrubusi signifikan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Bahkan eksport terkontraksi mencapaj – 9,41 persen, padahal triwulan IV tahun lalu meski terkontraksi hanya 6,61 persen. (drt/k-10)