Banjarmasin, KP – Lady Fire Banjarmasin tak ada rasa takut di lokasi kobaran api.
Itu, ketika memberikan pertolongan pada insiden emergency dan lainnya.
Sosok Lady Fire (sebutan bagi anggota pemadam perempuan), tak kalah bersaing dengan anggota pria dan menjadi daya tarik tersendiri di Kota Banjarmasin.
Para anggota Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) se-kota Banjarmasin, banyak perempuan, dan Lady Fire ini mengaku sangat bangga bisa menolong orang walau berbagai rintangan harus dihadapi.
Para Lady Fire inipun melakukan dengan senang hati, membantu masyarakat, yang mengalami musibah
Diketahui, Lady Fire dibentuk pada bulan November, resmi berada di bawah naungan Balakar 654 Banjarmasin.
Para anggotanya antara lain BPK Halmahera, BPK Merah PUtih, BPK Konoy Crane, BPK GP 12, BPK Crome, BPK Seberang Mesjid (SM), BPK MMK, BPK WArpak, BPK Benawa, MDN dan BPK Sampoerna, dengan jumlah Lady Fire sekitar 20 orang.
Saat ditemui salah satu anggota Lady Fire Banjarmasin, anggota BPK Merah Putih, Sumiaty, Minggu (2/8), mengaku bangga.
Perempuan bertubuh kecil ini, menjadi anggota BPK, dan punya kebanggaan tersendiri bisa menjadi anggota dan rintangan demi rintangan pun sudah dialaminya.
Ia, seharinya karyawan pada salah satu toko di Pasar Sudimampir.
“Aku tak bisa mendengar suara sirene, apalagi melihat ada mobil BPK, langsung saja mencari informasi.
Kalau informasi apinya belum bisa dipadamkan, saya bergegas minta izin kepada pemilik toko untuk meninggalkan sebentar,” ucapnya.
Biasanya lanjutnya, pemilik toko sudah mengerti dan memberikan izin.
Pastinya, ia langsung bergegas meluncur ke lokasi kebakaran dengan menggunakan sepeda motor.
“Baju kesatuan BPK kami pun setiap hari aku bawa dan menaruhnya di dalam bagasi sepeda motor.
Sesampainya di lokasi kebakaran aku langsung mencari anggota dan membantu teman-teman yang sudah melakukan penyemprotan,” ungkap Sumiaty.
“Ada tak pernah kulupakan seumur hidup, pada saat kebakaran di Teluk Tiram Banjarmasin Barat.
Waktu itu naik rumah orang tanpa sadar, disana melakukan penyemprotan.
Saat selesai memadamkan api, malah aku bingung mau turun tak bisa.
Aku sampai-sampai mengeluarkan air mata, untungnya ada orang mau menolong dan aku langsung digendong karena badanku sangat kecil,” ungkap Sumiaty tersenyum mengingat pengalaman itu.
Lainnya ada pula seorang anggota BPK Seberang Mesjid, Fifah, yang seorang mahasiswi STIE Banjarmasin.
Ia mengaku selama ini merasa senang hati menjadi anggota relawan, meski tanpa gaji, namun demi kemanusiaan.
“Asalkan bisa membantu masyarakat dan saya sudah pernah melihat manusia terbakar dalam musibah kebakaran ini,” tuturnya.
Pengalamannya, pernah waktu itu mau mengikuti rapat di organisasi kampus, tiba-tiba terdengar sirene BPK, begegas minta izin kepada senior untuk mendatangi lokasi kebakaran guna ikut memadamkan kobaran api.
“Iya baju BPK selalu ada dalam bagasi sepeda motor, dan langsung saya pakai. Sesampainya di lokasi, walaupun pakaian basah yang penting bisa membantu masyarakat terkena musibah,” ceritanya.
Banjarmasin, KP – Lady Fire Banjarmasin tak ada rasa takut di lokasi kobaran api.
Itu, ketika memberikan pertolongan pada insiden emergency dan lainnya.
Sosok Lady Fire (sebutan bagi anggota pemadam perempuan), tak kalah bersaing dengan anggota pria dan menjadi daya tarik tersendiri di Kota Banjarmasin.
Para anggota Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) se-kota Banjarmasin, banyak perempuan, dan Lady Fire ini mengaku sangat bangga bisa menolong orang walau berbagai rintangan harus dihadapi.
Para Lady Fire inipun melakukan dengan senang hati, membantu masyarakat, yang mengalami musibah
Diketahui, Lady Fire dibentuk pada bulan November, resmi berada di bawah naungan Balakar 654 Banjarmasin.
Para anggotanya antara lain BPK Halmahera, BPK Merah PUtih, BPK Konoy Crane, BPK GP 12, BPK Crome, BPK Seberang Mesjid (SM), BPK MMK, BPK WArpak, BPK Benawa, MDN dan BPK Sampoerna, dengan jumlah Lady Fire sekitar 20 orang.
Saat ditemui salah satu anggota Lady Fire Banjarmasin, anggota BPK Merah Putih, Sumiaty, Minggu (2/8), mengaku bangga.
Perempuan bertubuh kecil ini, menjadi anggota BPK, dan punya kebanggaan tersendiri bisa menjadi anggota dan rintangan demi rintangan pun sudah dialaminya.
Ia, seharinya karyawan pada salah satu toko di Pasar Sudimampir.
“Aku tak bisa mendengar suara sirene, apalagi melihat ada mobil BPK, langsung saja mencari informasi.
Kalau informasi apinya belum bisa dipadamkan, saya bergegas minta izin kepada pemilik toko untuk meninggalkan sebentar,” ucapnya.
Biasanya lanjutnya, pemilik toko sudah mengerti dan memberikan izin.
Pastinya, ia langsung bergegas meluncur ke lokasi kebakaran dengan menggunakan sepeda motor.
“Baju kesatuan BPK kami pun setiap hari aku bawa dan menaruhnya di dalam bagasi sepeda motor.
Sesampainya di lokasi kebakaran aku langsung mencari anggota dan membantu teman-teman yang sudah melakukan penyemprotan,” ungkap Sumiaty.
“Ada tak pernah kulupakan seumur hidup, pada saat kebakaran di Teluk Tiram Banjarmasin Barat.
Waktu itu naik rumah orang tanpa sadar, disana melakukan penyemprotan.
Saat selesai memadamkan api, malah aku bingung mau turun tak bisa.
Aku sampai-sampai mengeluarkan air mata, untungnya ada orang mau menolong dan aku langsung digendong karena badanku sangat kecil,” ungkap Sumiaty tersenyum mengingat pengalaman itu.
Lainnya ada pula seorang anggota BPK Seberang Mesjid, Fifah, yang seorang mahasiswi STIE Banjarmasin.
Ia mengaku selama ini merasa senang hati menjadi anggota relawan, meski tanpa gaji, namun demi kemanusiaan.
“Asalkan bisa membantu masyarakat dan saya sudah pernah melihat manusia terbakar dalam musibah kebakaran ini,” tuturnya.
Pengalamannya, pernah waktu itu mau mengikuti rapat di organisasi kampus, tiba-tiba terdengar sirene BPK, begegas minta izin kepada senior untuk mendatangi lokasi kebakaran guna ikut memadamkan kobaran api.
“Iya baju BPK selalu ada dalam bagasi sepeda motor, dan langsung saya pakai. Sesampainya di lokasi, walaupun pakaian basah yang penting bisa membantu masyarakat terkena musibah,” ceritanya.
Dari pengakuan Lady Fire lainnya, masuk menjadi anggota BPK, tertarik saja dan ada tantangannya. Sisi lain hanya sosial kemanusiaan dan sering latihan dalam sebulan sekali. (fik/K-2)