Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Ekonomi

Pendorong Inflasi di Banua, Emas Perhiasan

×

Pendorong Inflasi di Banua, Emas Perhiasan

Sebarkan artikel ini
8 3klm emas
DATA BANK INDONESIA - Perkembangan terkini ekonomi Kalimantan Selatan pendorong infasi diantaranya perhiasan emas, telur ayam ras, ikan peda hingga angkutan udara bulan Juli 2020. (KP/hifni)

Banjarmasin, KP – Bank Indonesia Kalimantan Selatan, menyebutkan pada Juli 2020 mengalami deflasi sebesar 0,27 persen (mtm), inflasi 0,03 persen (ytd) dan 0,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya Kalimantan mengalami deflasi  sebesar 0,10 persen (mtm), inflasi 0,86 persen (ytd) dan 1,12 persen (yoy).

Secara nasional, deflasi pada Juli 2020 sebesar 0,10 persen (mtm), inflasi 0,98 persen (ytd) dan 1,54 persen (yoy).

Baca Koran

Pada Juli 2020, deflasi bersumber dari seluruh kota penghitung inflasi yaitu Kota Banjarmasin deflasi sebesar 0,28 persen (mtm), Kota Tanjung deflasi sebesar 0,08 persen (mtm), dan Kotabaru deflasi sebesar 0,37 persen (mtm)

Hal ini diungkapkan Kepala BI Kalsel Amanlison Sembiring, kepada wartawan, Sabtu.

Berdasarkan kelompoknya, deflasi Kalimantan Selatan terutama bersumber dari kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,28 persen (mtm), diikuti kelompok pendidikan sebesar 0,5 persen (mtm) serta kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,15 persen (mtm). 

Komoditas pendorong inflasi, bersumber dari telur ayam ras, emas perhiasan, ikan peda, angkutan udara dan sekolah menengah, adapun komoditas yang menahan inflasi andil terbesar adalah bawang merah, ikan gabus, bawang putih, gula pasir dan cabai rawit.

 Namun pencapaian inflasi Kalsel sampai dengan bulan Juli tersebut dan secara keseluruhan tahun 2020 diprakirakan lebih rendah dibanding sasaran inflasi nasional 2020 sebesar 3,0±1 persen.

Dikatakannya, ekonomi Kalimantan Selatan triwulan II 2020 terkontraksi -2,61 persen (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,18 persen (yoy) dari sisi permintaan, kontraksi perekonomian didorong oleh kontraksi konsumsi pemerintah, impor dan konsumsi RT.

Dari sisi sektoral, kontraksi perekonomian bersumber dari kontraksi kinerja pertambangan dan penggalian, industri pengolahan dan pertanian.

Baca Juga :  Gencarkan Sosialisasi ODOL, Polda Kalsel Berharap Penindakan Hukum Bisa Dihindari

Konsumsi rumah tangga, mengalami kontraksi sebesar -3,30 persen akibat aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yg terbatas seiring penerapan kebijakan PSBB dalam rangka penanggulangan dan pencegahan Pandemi Covid-19, kondisi ini mendorong penurunan permintaan terhadap komoditas konsumsi dan gaya hidup.

Investasi juga mengalami kontraksi sebesar -1,85 persen akibat penundaan beberapa proyek seiring pandemi Covid-19 dan realokasi belanja modal pemerintah untuk penanganan Covid-19.

“ Dapat kami informasikan, Survei Konsumen Bank Indonesia pada Juli 2020 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi membaik, hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 81,7 pada Juli 2020, meningkat dari 69,9 pada bulan sebelumnya,” jelasnya.

Peningkatan keyakinan konsumen pada Juli 2020 didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, yang terefleksi pada perbaikan seluruh komponen pembentuknya yaitu keyakinan terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan pembelian barang tahan lama.

Hal tersebut seiring dengan kegiatan ekonomi yang kembali meningkat pasca pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kalimantan Selatan, sementara itu, ekspektasi konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang terpantau meningkat dan optimis (108,5), seiring ekspektasi kegiatan usaha ke depan yang membaik.

Lebih lanjut diungkapkan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Kalsel melakukan berbagai upaya telah dilakukan TPID se-Kalsel dengan mengacu pada kerangka 4K untuk menjaga kebutuhan masyarakat dan kestabilan harga. (hif/K-1)

Iklan
Iklan