Martapura, KP – Kabupaten Banjar siap melakukan perubahan besar dalam pengelolaan sampah yang diproduksi warga. Sampah yang selama ini jadi masalah, siap diubah menjadi sebuah potensi dan berdayaguna melalui inovasi dan pengelolaan lebih baik secara mandiri oleh masyarakat.
Guna mewujudkan hal tersebut, sebanyak seratus orang dari berbagai kelompok, pejuang dan praktisi yang konsen pada kelestarian lingkungan dan Banjar Bersih, baik dari desa maupun instansi terkait, dilatih untuk menjadi agen perubahan dan membuat sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah di daerahnya masing-masing.
Sosialisasi yang diselenggarakan Kemenko PMK bersama Bappeda Litbang Banjar tentang model inovasi pengelolaan sampah melalui penguatan ecoliteracy menuju perilaku hijau, dibuka Asisten Perekonomian dan Pembangunan HM Rusdi, di Hotel Aston Banua, pekan kemarin.
Hadir Kepala Bappedalitbang Galuh Tantri Narindra dan Kadis Lingkungan Hidup Ir Boyne W Tristiyanto.
Mewakili Bupati, Asisten II Rusdi menyampaikan, kita berkeinginan agar pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan bisa lebih baik lagi, untuk itu perlu peran serta masyarakat.
Pada diskusi yang dimoderatori mantan Sekda Nasrunsyah ini, peserta banyak mendapat arahan serta mendengar pengalaman langsung dari praktisi pengelolaan sampah yang sukses di desanya.
DR Iswanto, salah satu pegiat pengelolaan sampah di Desa Sukunan Kabupaten Sleman Yogyakarta menceritakan bagaimana awal mula dia menggerakkan warga di desanya untuk bisa mengelola sampah.
”Pengelolaan sampah adalah bagaimana menggerakkan hati, baik diri sendiri maupun masyarakat. Berani membuat sampah, harus berani pula mengelolanya,” ujar dosen Poltekkes Yogyakarta ini.
Menurutnya, UU pengelolaan sampah sudah banyak, bahkan turunannya juga banyak hingga perda, kenapa sampah masih menjadi masalah. Ini karena lemahnya komitmen pengelolaannya.
”Pengelolaan sampah di desa kami, antara lain sodaqoh sampah, bank sampah, TPS-3R serta aplikasi online, yakni rakyat peduli lingkungan (Rapel), ini sebuah inovasi, masyarakat bisa melaporkan lokasi sampah, berapa jumlahnya, jadi kelompok nanti yang mengangkutnya,” ungkapnya.
Sementara Wahyudi Anggoro Hadi, Kades Panggungharjo Bantul Yogyakarta bercerita tentang pengelolaan desa hingga bisa maju dan banyak meraih penghargaan, baik nasional, bahkan internasional.
”Desa kami memproduksi tamanu oils yang merupakan bahan komestik dan obat serta membangun unit usaha pengelolaan sampah yang mengelola 56 m3 sampah warga dalam sebulan,” tandasnya. (Wan/K-3)