Batulicin, KP – Terkait terhenti nya smelter yang pernah ada diperusaha Meratus Jaya Iron Steel (MJS) dikabupaten Tanah Bumbu, Kepala Dinas Perdagangan Dan Industri (Disdagri) H Deni Hariyanto menyampaikan hasil diskusinya, ada dua kemungkinan penyebab terhentinya smelter tersebut yakni, harga pada waktu itu sangat turun, kemudian kadarnya berada dibawah standar permintaan pihak pasar.
“Dua kemungkinan inilah yang menyebabkan produksi tidak bisa dipertahankan, sehingga stagnan dari 2015 hingga sekarang lantaran smelter MJIS tidak berfungsi sebagaimana diharapkan,” ujar kadis Disdagri H Deni saat membuka Diskusi teknis tindak lanjut Rakorda industri Smelter di ruang Bersujud I Kantor Bupati Senin 10/11/2020.
Lebih lanjut ujar dia, dengan kajian tim BKPM dan Leaders Sucofindo selaku tim ahli dapat menyimpulkan dan memfungsikan kembali, apakah pihak investor kedepan dapat mengambil alih saham atau tata kelola dan joint operasional smelter MJIS sendiri.
“Saat memfungsikan kembali smelter ini, titik baliknya ada pada pihak Pemerintah Daerah, bagaimana meyakinkan investor, utamanya adalah data dukung baik cadangan wilayahnya yang terukur, dan infrastruktur dukungan Pemerintah Daerah maupun legal formalnya,” tambahnya.
Selain itu seperti disampaikan pihak Leaders Sucofindo ujar dia, dibangunnya kembali industri smalter ini ditargetkan kurun waktu sekitar 5 tahun, itu sudah bisa selesai. Tentu saja infrastruktur lingkungannya harus terpenuhi lebih dulu. “Semua harus berjalan sinergis dengan lainnya, baik konektivitas airnya atau akses listriknya termasuk Amdalnya,” pungkas H Deni.
Sementara itu Plh Sekretaris Daerah Kab Tanbu H Ambo Sakka mengungkapkan uji, kelayakan berdirinya industri smelter ini disambut baik oleh Pemerintah Daerah, karena Tanah Bumbu dianugerahi kekayaan alam berlimpah,dan dampaknya cukup besar bagi daerah, lantaran menunjang pengembangan kawasan industri yang berdampak pada peningkatan ekonomi daerah dan masyarakat, apalagi ketersediaan arus transportasi disini papar Ambo, cukup menunjang akses yang berkaitan dengan kemajuan industri tersebut, seperti jalan tol Batulicin Banjarbaru yang memangkas 100 kilometer dari jalan sebelumnya.
Termasuk pelabuhan udara dan ketersediaan pelabuhan yang lebih layak dibandingkan Pelabuhan Trisakti Banjarmasin sebagai pusat ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.
“Lebih istimewa, daerah ini sudah dicanangkan sebagai daerah penyangga ibukota negara yang akan dibangun di Panajam Kalimantan Timur. Ini memberi dampak ekonomi yang luar biasa kedepan, seperti antara Jakarta dan Kota Bekasi dan sekitarnya,” tandasnya. (han)