Banjarmasin, KP – Dampak dari curah hujan tinggi mengakibatkan banyak petani gagal panen, termasuk petani cabai. Kondisi ini memicu harga cabai rawit merah lokal atau rawit Banjar di sejumlah pasar tradisional di Kalimantan Selatan terus melonjak makin ‘pedas’.
“Dalam dua pekan terakhir, semua jenis cabai terutama yang merah harganya mengalami kenaikan. Hasil monitoring tim di pasar tradisional harga cabai rawit merah Rp115.500 perkilogram,” ujar Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani, ketika dihubungi Kalimantan Post, Jumat (8/1).
Diakuinya, curah hujan yang tinggi beberapa bulan terakhir mengakibatkan lahan tanaman cabai milik sebagian petani terendam air. Faktor tersebut jadi penyebab utama kurangnya pasokan cabai rawit merah di pasaran belakangan ini.
“Tanaman cabai yang masih hijau sudah berguguran, tidak sampai matang hingga bewarna merah. Jadi, cabai hijau ini pasokannya normal, bahkan harganya cenderung turun,” ungkap Birhasani.
Kebanyakan pedagang mendatangkan cabai dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan karena menipisnya pasokan dari petani lokal. Kendati demikian, pedagang tidak berani membeli dalam jumlah besar. Sebab, cabai akan cepat membusuk di musim penghujan ini.
Dengan harga cabai rawit merah yang terus meroket, Birhasani menyarankan masyarakat untuk sementara beralih mengonsumsi cabai jenis lainnya.
Misalnya, lanjut Birhasani, jenis cabai rawit taji dan cabai rawit tiung, yang harganya masih stabil di kisaran Rp70 ribu perkilogram di pasaran.
“Atau bisa juga cabai rawit hijau yang harganya hanya Rp30 ribu sampai Rp40 ribu perkilogram. Paling tidak, masyarakat ikut membantu petani dan pedagang agar penjualannya stabil di musim penghujan ini,” imbuhnya. (opq/K-1)