Untuk harganya bervariasi, tergantung isi papannya dalam satu set dan juga kualitas kayunya. Saya jual antara Rp 40 ribu hingga Rp 70 ribu,” jelas Udin.
BANJARMASIN, KP – Siapa sangka, kayu bekas ini kerap dijadikan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan furniture yang indah dan unik. Orang sering menyebut kayu bekas packing ini sebagai kayu Jati Belanda.
Belakangan, kayu ini banyak digunakan di dunia perkayuan terutama dalam pembuatan furniture seperti meja kantor, kursi, rak dinding sampai perabotan dan aksesoris rumah tangga.
Bahkan, banyak desainer interior yang menggunakannya karena mudah dibuat dan dibentuk, ditambah guratan alami yang terkesan natural .
Padahal, kayu palet kayu Jati Belanda ini, sebelumnya hanya digunakan sebagai lapisan bagian luar atau packing untuk pengiriman peralatan mesin.
Karena, selain bahannya ringan, kayu ini ternyata sangat kuat dan memiliki daya tahan yang cukup handal.
Sifat dasarnya yang kering dan anti rayap juga menyebabkan mengapa kayu jati Belanda ini sering dipilih sebagai bahan pengemas.
Udin, salah seorang penjual kayu palet bekas di kawasan jalan Sutoyo S, Banjarmasin, mengungkapkan jika kayu Jati Belanda bekas packing itu cukup ramai diburu orang.
Ia mengaku, mendapatkan kayu palet dari sisa packing kayu yang digunakan dalam pengiriman barang di pelabuhan Trisakti Banjarmasin.
“Biasanya ada yang mengantar ke sini. Saya beli dari mereka. Kayu bekas packing ini tak terpakai lagi jika sudah bongkar barang di pelabuhan. Sayang jika dibuang dan jadi limbah tak berguna,” ujarnya, Kamis (31/12).
Menurutnya, kayu palet Jati Belanda ini diminati karena seratnya yang bagus, sehingga sangat cocok untuk bahan baku furnitur. Selain itu, bahannya ringan dan kuat.
“Untuk harganya bervariasi, tergantung isi papannya dalam satu set dan juga kualitas kayunya. Saya jual antara Rp 40 ribu hingga Rp 70 ribu,” jelas Udin.
Satu set kayu Jati Belanda, katanya lagi, terdiri dari beberapa papan, ada yang isi 5 sampai 12 papan banyaknya. Ukurannya pun beragam, ada yang lebar 10cm, 12 cm, dan 20 cm. Panjangnya rata-rata 1m dengan ketebalan sekitar 2cm.
Sementara, Desy Rahmadi, seorang perajin peralatan furniture berbahan kayu palet Jati Belanda di Banjarmasin, mengatakan, peminat furniture dan perabotan rumah tangga dengan kayu palet ini cukup tinggi.
“Iya, orang suka dengan tampilannya yang unik dan berkesan alami,” terang pria yang biasa dipanggil Icank itu.
Ia menambahkan, tak hanya sebagai perabotan kantor dan rumah tangga saja, bahkan banyak cafe dan rumah makan yang juga menggunakan kayu Jati Belanda ini sebagai furniture di tempat usahanya.
Selama ini, Icank telah memproduksi berbagai perabotan dan furniture seperti rak serba guna, lemari, kursi tamu hingga aksesoris, seperti talenan hias.
“Kerajinan yang saya buat ini harganya berkisar dari Rp 50 ribu sampai Rp 2 juta. Relatif lah kalau harga, bisa berbeda-beda tiap pengrajin, dilihat dari tingkat kesulitan, tingkat kreativitas, kerapian pengerjaan, hingga finishing akhir,” tutur pemilik Syada Pallet, di jalan Padat Karya, Komplek Herlina Perkasa, Blok Teratai No.62 Rt.25, Sungai Andai, Banjarmasin Utara ini.
Bahan bakunya, lanjut Icank, biasanya dibeli di sejumlah tempat yang menjual kayu Jati Belanda. “Saya beli per papan sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 13 ribu tergantung kualitas kayu. Panjangnya sekitar 110cm, lebar 7cm dan ketebalannya 2cm,” bebernya.
Ditambahkannya, kayu Jati Belanda ini sebenarnya berasa dari pohon pinus. Dimana, teksturnya tidak padat dan mudah dibentuk, sehingga mudah dalam pengerjaannya.
“Daya tarik kayu Jati Belanda ini terutama pada alur urat dan mata kayunya yang khas. Semakin tua, akan memiliki guratan alami yang unik dan indah,” imbuhnya. (opq/K-1)