Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Ekonomi

Tak Terpengaruh Pandemi, Peralatan Kematian Selalu Dicari

×

Tak Terpengaruh Pandemi, Peralatan Kematian Selalu Dicari

Sebarkan artikel ini
8 3klm mati
TAK TERPENGARUH - Usaha penjualan peralatan kematian tak terpengaruh dengan pandemi Covid-19. Seperti yang dialami Toko Rumah Terakhir di jalan Sulawesi, Kelurahan Pasar Lama, Banjarmasin Tengah. Dalam sehari, ada saja pelanggan yang datang untuk membeli peralatan kematian yang dibutuhkan. (KP/Opiq)

Banjarmasin, KP – Jika banyak bisnis terdampak dengan adanya pandemi Covid-19, tapi tidak dengan usaha satu ini. Putaran roda bisnisnya tak terpengaruh langsung dengan merebaknya wabah Corona, khususnya di Banjarmasin.

Ya, seperti usaha penjualan peralatan kematian bernama Toko Rumah Terakhir, yang terletak di jalan Sulawesi, Kelurahan Pasar Lama, Banjarmasin Tengah.

Baca Koran

Di toko sederhana ini, menjual peralatan kematian cukup lengkap, diantaranya ada peti mati (tabela) kayu biasa, kayu ulin, siring kubur, atang marmer, atang pagar ulin, batu nisan hingga kain kafan dan kelengkapan lainnya.

Diungkapkan M Ramadhan (65 tahun), pemilik Toko Rumah Terakhir, tingkat penjualan di tokonya terbilang normal saja meski di tengah pandemi Covid-19. Setiap hari, ada saja pelanggan yang datang ke tokonya untuk membeli peti mati, atang kubur, atau perlengkapan kematian lainnya.

“Alhamdulillah, dari segi penjualan tidak terlalu berpengaruh. Dalam sehari, ada saja pembeli yang datang, entah beli peti mati, atang, atau hanya sekedar beli batuan putih untuk kubur,” ujar Ramadhan, ketika ditemui di tokonya, Rabu (6/1).

Tak hanya membuat dan menjual, Ramadhan yang dalam usahanya dibantu isteri dan anaknya, juga melayani pemasangan atang kubur hingga di tempat pemakaman terakhir.

“Kami menerima pembuatan atang kubur sesuai dengan model yang dikehendaki konsumen. Selain itu, kami juga siap melayani sampai pemasangan di alkahnya,” ucapnya.

Untuk harga, lanjutnya lagi, ada perbedaan. Semua tergantung dari model, ukuran dan bahan yang digunakan.

“Peti mati atau tabela dari kayu biasa harganya ada yang Rp 150 ribu, Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu. Sementara, bahan kayu ulin harganya mulai Rp 250 ribu, Rp 700 ribu hingga 900 ribu. Tergantung bahan kayunya dan ukuran besar kecilnya peti,” imbuhnya.

Baca Juga :  Gencarkan Sosialisasi ODOL, Polda Kalsel Berharap Penindakan Hukum Bisa Dihindari

Sedangkan, untuk harga atang pagar dari kayu ulin, Ramadhan menjual antara Rp 600 ribu hingga Rp 900 ribu, tergantung dari kerapatan pagar kayu ulinnya.

“Kalau atang dari marmer harganya berkisar dari Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Modelnya juga macam-macam, ada atang Mahabah, ada juga atang Jawa. Termasuk dengan tulisan nama dan nisan tempelnya,” beber Ramadhan.

Di sisi lain, Selama 10 tahun menjual perlengkapan kematian, Ramadhan tak melulu memikirkan bisnis semata. Ada kalanya, diantara banyak pelanggannya dari kalangan tak mampu. Jika sudah seperti itu, ia tak segan untuk memberi potongan harga, bahkan tak jarang ia menjual hanya seharga bahan bakunya saja.

“Jadi, bila ada pembeli yang tak mampu bayar penuh, saya hitung harga bahannya saja. Kebetulan, saya bikin sendiri semuanya, jadi harga bisa kurang lebih dengan pembeli. Dalam berdagang itu harus ada nilai ibadahnya. Jika kita pulang nanti, apa yang bisa dibawa selain amal ibadah,” tandasnya.

Ia juga berharap, agar pandemi Covid-19 segera usai dan semua kembali berjalan normal, termasuk pada sektor perkonomian yang cukup terdampak.

“Semoga cepat teratasi lah wabah Corona ini. Apalagi, saya dengar vaksin Covid-19 kan sudah datang di Banjarmasin. Ya, mudah-mudahan perekonomian kita semakin membaik lagi,” harap Ramadhan. (opq/K-1)

Iklan
Iklan