Oleh : Ainun Khairiah, S.Ag, S.Pd.
Guru Kelas SDN Sungai Punggu Baru 2 Anjir Muara Batola
Dalam dunia pendidikan yang kian hari kian terus berkembang, dinamis, inovasi, berjalan dan berputar sesuai dengan kebutuhan zaman, yang mana menuntut bagi kita selaku umat manusia khususnya yang berprofesi sebagai pendidik, agar selalu berusaha, berupaya, berjuang sekuat tenaga untuk membekali diri dalam berbagai ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan agar mampu manangkal arus kebudayaan, teknologi yang tak terbendung lagi. Baik kemampuan spiritual, emosional, intelegensi dan juga skill. Sehingga dapat bersaing dengan Negara lain yang ada didunia ini. Dan ini adalah merupakan tuntutan zaman yang mau tak mau kita harus menjalani, mengalami dan menghadapinya.
Kalau tidak maka kita akan ketinggalan. Penguasaan Bahasa Arab, Bahasa Inggres dan Teknologi Informasi menimal harus kita kuasai dan pahami. Berkaitan dengan Metode pembiasaan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah yang akan penulis papar kan ini, maka marilah kita simak bersama-sama uraian nya, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua bagi para pejuang dan pahlawan tanpa tanda jasa.
Metode Pembiasaan maksudnya adalah, Metode-methode berasal dari bahasa Yunani (Greeka) yaitu metha dan hodos. Metha berarti melalui/melewati, dan hodos berarti jalan/ cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu .Sedangkan pengertian pembiasaan, Muhammad Rasyid Dimas mendefinisikan pembiasaan maksudnya adalah membiasakan anak untuk melakukan hal-hal tertentu sehingga menjadi kebiasaan yang mendarah daging, yang untuk melakukannya tidak perlu pengarahan lagi. Contohnya yang paling menonjol tentang kebiasaan dalam sistem pendidikan Islam adalah ibadah-ibadah ritual seperti halnya shalat.
Dengan pembiasaan, shalat menjadi kebiasaan manusia yang bila dilaksanakan seseorang akan merasakan tidak senang. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Dengan berbagai pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya metode pembiasaan adalah cara yang ditempuh oleh sekolah untuk membiasakan anak didiknya melaksanakan amalan-amalan/ajaran-ajaran keagamaan sehingga mampu mewujudkan tujuan mata pelajaran pendidikan agama Islam dan memberikan bekal bagi jiwa keberagamaan siswa selanjutnya.
Pembiasaan (habituation) juga adalah merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama,kelompok ataupun sendiri-sendiri. Pembiasaan juga tak kalah pentingnya dalam kegiatan pembelajaran.
Hal ini disebabkan karena setiap pengetahuan atau tingkah laku yang diperoleh dengan pembiasaan akan sangat sulit mengubah atau menghilangkannya sehingga cara ini amat berguna dalam mendidik anak. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dalam rangka mengembangkan model pembelajaran Pembiasaan yang sesuai dengan kemampuan anak di dalam melakukan pengembangan perilaku melalui pembiasaan sejak dini.
Adapun Metode pembiasaan dalam pembelajaran di sekolah juga merupakan kesempatan pertama yang sangat baik untuk membina pribadi anak setelah orang tua atau dengan kata lain untuk memperbaiki pribadi anak yang telah terlanjur rusak karena pendidikan dalam keluarga. Pembiasaan juga sebagai akibat atau hasil pengalaman atau belajar. Pembiasaan ini akan memberikan kesempatan kepada peserta didik agar terbiasa dalam mengamal kan ajaran agamanya, (Pendidikan Budi Pekerti) maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan materi pembiasan itu baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya Pembiasaan dalam mengerjakan shalat 5 waktu dan ini hendaknya dimulai sedini mungkin. Dalam memberikan materi Pembiasaan harus disesuai kan dengan kriteria dan tingkat perkembangan anak dan usia. Bisa juga dengan pembelajaran agama dan pembiasaan diberikan melalui bermain dan bernyanyi, yang disesuaikan dengan aspek sosial, emosional, dan lingkungan. Mengenai waktu dan jadwal pembelajaran ini sebaiknya diberikan sebelum jam pelajaran dimulai di pagi hari sekitar jam 07.30 sampai 08.00.
Pendekatan pembiasaan sesungguh nya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu, pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif. Namun demikian metode ini akan jauh dari keberhasilan jika dilakukan dengan tidak memperhatikan situasi dan kondisi dengan cara yang kaku, salah/tidak cocok dengan siswa. Oleh karena itu pada pelaksanaan metode pembiasaan hendaklah memperhatikan prinsip dan syarat metode pembiasaan. Prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan Islam (termasuk di dalamnya adalah metode pembiasaan), menurut Omar Muhammad Al-Tomy Al-Saibani adalah :
1. Mengetahui motivasi, kebutuuhan dan minat anak didiknya;
2. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan;
3. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta perubahan anak didik;
4. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam anak didik;
5. Memperhatikan kepahaman dan mengetahui hubungan-hubungan integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan dan kebebasan berpikir;
6. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik;
7. Menegakkan “uswah khasanah”. Teladan yang baik. Adapun tujuan dari metode pembiasaan ini di antaranya sebagaimana diungkapkan oleh Al-Ghazali bahwa setiap perbuatan baik yang sudah menjadi kebiasaan, maka akhlak itu baik akan terpatri dalam dirinya. Dari sini dapat dipahami rahasia yang ada di balik perintah syariat untuk melakukan kebaikan, yaitu dalam rangka mengubah hati dari bentuknya (karakter) yang jelek kepada yang baik, walaupun seseorang melakukannya dengan susah dan terpaksa, namun tetap akan membekas pada dirinya dan menjadi bagian dari jati dirinya.
Coba perhatikan anak kecil yang pada hari-hari awal pergi ke sekolah secara terpaksa, namun karena terus dipaksa demikian hingga akhirnya belajar menjadi bagian dari dirinya dan akhirnya merasakan lezatnya belajar dan mencari ilmu. Sebaliknya orang-orang yang dibiasakan bermain-main dengan burung merpati atau dengan catur atau bermain judi maka dunia judi akan menjadi bagian dari gaya hidupnya. Selain bertujuan untuk pembentukan kepribadian, metode pembiasaan juga penting dilaksanakan untuk membentuk akhlak dan agama anak pada umumnya, karena pembiasaan-pembiasaan agama itu akan memasukkan unsur-unsur politik dalam pribadi anak yang sedang bertumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatnya melalui metode pembiasaan itu, akan semakin banyaklah unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahnya ia memahami ajaran agama yang akan dijelaskan oleh guru agama di belakang hari.
Jadi agama itu mulai dengan amaliah kemudian ilmiah atau penjelasan sesuai dengan pertumbuhan jiwanya dan datang pada waktu yang tepat. Misalnya ia dari kecil telah dibiasakan shalat, tanpa mengerti hukumnya, tapi setelah datang waktu yang cocok ia akan mengerti bahwa shalat itu wajib dan lebih jauh lagi setelah ia remaja, dan kemampuan berfikirnya telah memungkinkannya untuk mengetahui hikmah shalat itu dan merasakan manfaat kejiwaan bagi dirinya, demikianlah seterusnya. Contoh lain misalnya si anak dibiasakan jujur dan berkata benar, walaupun ia belum mengerti arti yang sesungguhnya dari kata jujur dan benar itu. Kemudian sesuai dengan pertumbuhan jiwa dan kecerdasannya barulah diterangkan kepadanya pengertian jujur dan benar itu dan apa pula akibat dan bahaya ketidakjujuran terhadap dirinya dan orang lain .
Di halaman yang berbeda, Zakiyah Daradjat juga menuliskan bahwa pendidi kan agama di sekolah dasar, merupakan dasar bagi pembinaan sikap dan jiwa agama pada anak, apabila guru agama di sekolah dasar mampu membina sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk kepribadian dan akhlak anak maka untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja mudah dan si anak telah mempunyai pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai goncangan yang biasa terjadi pada masa remaja.
Demikian pula sebaliknya apabila guru agama gagal melakukan pembinaan sikap dan jiwa agama pada anak di sekolah dasar, maka anak-anak akan memasuki masa goncang pada usia remaja itu, dengan kegoncangan dan sikap negatif, kenakalan dan penyalahgunaan narkotika cenderung acuh tak acuh, anti agama atau sekurang-kurangnya ia tidak akan merasakan pentingnya agama bagi dirinya, tapi sebaliknya anak yang banyak mendapat latihan dan pembiasaan agama pada waktu dewasanya nanti akan semakin merasakan kebutuhan akan agama. Hal ini sependapat dengan apa yang dituliskan dengan Nashih Ulwan dalam Kitab Tarbiyatul Aulad, tentang pentingnya metode pembiasaan yang diperumpamakan dengan biji pertanian sebagai berikut : Inti dari pernyataan tersebut adalah bahwa Nashih Ulwan merumpamakan metode pembiasaan dengan biji yang diletakkan petani dalam tanah yang subut. Jika ia (biji) dipelihara, disirami, diberi pupuk, dijaga dari serangan serangga dan ulat, dijaga pertumbuhannya dengan selalu memetik duri dan meluruskan rantingnya, maka biji tadi mendatangkan buah setiap musim dengan izin Allah. Sebaliknya, jika biji tadi dibiarkan, tidak dirawat, maka biji tersebut tidak akan mendatangkan hasil, bunga atau buah. Bahkan tak lama kemudian akan menjadi rerumputan kering yang kemudian dihempas kan oleh angin dan musnah. Metode pembiasaan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah juga merupakan kesempatan pertama yang sangat baik untuk membina pribadi anak setelah orang tua atau dengan kata lain untuk memperbaiki pribadi anak yang telah terlanjur rusak karenapendidikan dalam keluarga. Semoga bermanfaat. Amiin.
.