Banjarmasin, KP – Kawasan wisata Siring Piere Tendean yang seyogyanya masih ditutup oleh Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin lantaran masih terjadinya pandemi Covid-19 kelihatannya tak diindahkan oleh para Pedagang Kaki Lima (PKL).
Pasalnya, berdasarkan pantauan awak media sejak pagi Minggu (7/3), kawasan yang menjadi wisata andalan milik Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan itu sudah dipenuhi oleh para PKL yang menjajakan berbagai macam dagangannya.
Tidak hanya itu, masyarakat sipil juga terlihat memadati tempat wisata yang menjual suasana teduh di pinggiran Sungai Martapura itu dengan berbagai macam tujuan, dari berolahraga, berbelanja, sarapan pagi hingga sekedar bersantai menikmati waktu akhir pekan.
Menjelang pukul satu siang, sebagian pedagang di kawasan Siring Piere Tendean tampak mengemasi barang dagangannya. Bukan tanpa alasan, melainkan karena pengunjung sudah mulai berkurang.
Sebelumnya, sedari pagi, kawasan itu ramai dipadati pengunjung dan pedagang yang menggelar lapaknya. Hingga kemarin siang, lapak yang ada jumlahnya belasan.
Anehnya, tak nampak satu pun petugas yang berjaga atau menindak pelanggaran protokol kesehatan (Prokes) yang terjadi di kawasan wisata tersebut.
Padahal, bila menilik lebih lanjut, saat ini Kota Banjarmasin masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro yang baru tanggal 8 Februari.
Entah apa yang memicu belasan pedagang nekat menggelar lapak dagangan di Siring Piere Tendean.
Padahal, sudah ada pemberitahuan bahwa kawasan tersebut masih ditutup untuk umum. Hal itu terlihat dari spanduk dan papan pemberitahuan dari Pemko setempat bahwa kawasan Siring Tendean masih ditutup guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Bahkan tali tambang plastik berwarna orange juga terlihat membentang di berbagai sudut. Hal itu menandakan bahwa kawasan wisata tersebut masih ditutup dan tidak boleh ada yang beraktivitas.
Dan lagi-lagi, baik pedagang maupun pengunjung tampak abai dengan hal itu. Alih-alih bisa menerapkan jaga jarak fisik, mengenakan masker saja masih banyak yang enggan.
Dari hasil pantauan Kalimantan Post, lapak dagangan yang jumlahnya belasan itu terfokus pada satu titik kawasan. Yakni memadati kawasan yang berseberangan dengan posisi dermaga Pasar Terapung.
Sementara di kawasan dermaga kelotok wisata, hanya beberapa pedagang yang nongkrong.
Salah seorang pedagang kaus kaki dan aksesori yang enggan disebut namanya mengaku, bahwa dirinya mengetahui bahwa kawasan tersebut masih ditutup. Namun, melihat banyaknya warga yang datang, ia pun berinisiatif menggelar lapaknya untuk menjual dagangannya.
“Tak ada ditegur petugas, tak ada yang berjaga,” bebernya.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang pedagang nasi kuning di kawasan tersebut, ia menjelaskan lantaran pandemi pendapatannya lumayan jauh berkurang.
Alhasil, ketika ia melihat banyak pengunjung yang datang ke Siring Piere Tendean, ia pun tergoda untuk membuka dagangan.
“Sudah sebulan saya berjualan. Tapi cuma hari Minggu saja,” tambahnya.
Terkait kondisi tersebut, tentu menjadi pertanyaan, seberapa seriuskah Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin dalam hal menanggulangi pandemi? Lebih khusus, dalam hal untuk berupaya lebih mengawasi ruang publik yang menjadi tempat pemicu kerumunan.
Pasalnya, siring di kawasan Jalan Piere Tendean seringkali kembali dipadati lapak dagangan. Padahal kawasan itu masih ditutup untuk umum lantaran Banjarmasin masih dilanda pandemi. Pemko Banjarmasin melalui dinas terkait tak ingin dituding kecolongan apalagi lalai.
Dikonfirmasi awak media, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banjarmasin, Ihsan Alhak menegaskan bahwa saat ini pihaknya sendiri belum memiliki rencana membuka kawasan Siring Piere Tendean.
Menanggapi banyaknya lapak PKL ia berjanji bakal menyampaikan kepada petugas terkait. Dalam hal penanganan dan penertiban, sekaligus pemberitahuan bahwa kawasan Siring Piere Tendean masih belum dibuka.
Di sisi lain, pria dengan sapaan Ihsan itu juga membantah bahwa pemko kecolongan atau pun lalai. Ia beranggapan, hal itu terjadi lantaran di lokasi tidak ada petugas dari Satpol PP dan Dinas Perhubungan (Dishub) yang berjaga.
“Tapi intinya, kalau area itu dipasangi pagar keliling dan tertutup, maka keamanan bisa lebih terkendali dan lebih efektif tanpa harus mengerahkan banyak petugas,” tutupnya. (Zak/KPO-1)