Indikator itu, kata Amanlison, antara lain bisa dilihat dari harga batubara dan CPO yang terbilang bagus. Begitu pula, beberapa sektor ekonomi lainnya seperti UMKM yang sudah mulai bergerak ke arah positif.
BANJARMASIN, KP – Pertumbuhan perekonomian di Kalimantan Selatan (Kalsel) pada Triwulan I masih kontraksi atau minus 1,25 year on year (yoy). Namun, pada triwulan II di tahun 2021, beberapa indikator menunjukkan optimisme ke arah positif.
Hal itu diungkapkan Amanlison Sembiring, Kepala Perwakilan BI Provinsi Kalsel, saat dibincangi awak media di sela kegiatan silaturahmi Danrem 101/Antasari bersama Pimpinan Bank di wilayah Kalsel dan Insan Pers, Rabu (19/5) di Banjarbaru.
Indikator itu, kata Amanlison, antara lain bisa dilihat dari harga batubara dan CPO yang terbilang bagus. Begitu pula, beberapa sektor ekonomi lainnya seperti UMKM yang sudah mulai bergerak ke arah positif.
“Beberapa waktu lalu, ketika ada rem yang lumayan kencang seperti pelarangan mudik di momen Idul Fitri, untuk Kalsel pengaruhnya tak terlalu signifikan. Saya lihat, justru di pulau Jawa yang umumnya berpengaruh cukup signifikan,” ujarnya.
Amanlison menuturkan, kondisi tersebut bisa dilihat saat momen bulan puasa lalu, dimana mall yang penuh didatangi pengunjung, terutama restoran dan tempat-tempat makan.
Di sisi lain, ini menunjukkan indikasi bahwa masyarakat sudah sadar, dengan tetap mematuhi prokes mereka tetap beraktivitas dan bertransaksi.
“Apalagi, dengan adanya dukungan paymen-paymen sistem kita ke arah digitalisasi, sehingga tidak terhambat ruang ketika beraktivitas. Pertumbuhan ekonomi kita ke arah positif itu, saya juga mengamini apa yang dikatakan oleh pemprov Kalsel. Walaupun belum sampai pada angka-angka, tapi arah ke positif itu iya di triwulan II nanti, mudah-mudahan ya,” imbuh Amanlison.
Tetapi, yang paling penting sebut Amanlison, adalah pada penangangan Covid-19, karena ini menyangkut aktivitas manusia. Menurutnya, naik turunnya pertumbuhan perekonomian itu trigernya berhubungan dengan aktivitas manusia.
Dia menambahkan, sektor yang menjadi perhatian pihaknya saat ini terutama pada perdagangan, hotel dan restoran (PHR), termasuk akomodasi makan dan minum.
“PHR ini sangat sensitif terhadap Covid-19. Dibandingkan sektor pertanian atau batubara yang cenderung bisa bertahan, sepanjang permintaan luar negeri tetap baik,” kata dia.
Namun demikian, lanjut Amanlison, tsunami Covid-19 di India juga memengaruhi, karena beberapa komoditas kita diekspor ke sana, walaupun tak sebanyak ekspor ke Tiongkok, dan sebagian lagi ke Amerika Serikat.
“Di level Pusat, BI juga mendorong percepatan penanganan Covid-19. Kita burden sharing lah dengan pemerintah. Kemudian, di daerah BI juga mendorong sektor-sektor produktif dan aman, seperti pertanian,” tandasnya.
Selain itu, ia juga menegaskan, BI turut mendorong mengerem penyebaran Covid-19 dengan berbagai kebijakan, seperti melalui digital paymen.
“Kita membuka chanel pembayaran secara digital, dalam upaya mengurangi penularan Covid-19. Dibandingkan jika pembayaran secara cash yang mengharuskan kontak langsung, melalui digital paymen tentunya lebih aman,” pungkasnya. (opq/K-1)