Iklan
Iklan
Iklan
OPINI

Banua Harat dengan Literasi
(Refleksi HUT Kalsel Ke-71)

×

Banua Harat dengan Literasi<br>(Refleksi HUT Kalsel Ke-71)

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ahmad Syawqi
Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin

Seperti yang diketahui bersama bahwa tanggal 14 Agustus 2021 merupakan hari yang sangat istimewa bagi masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel), karena pada tanggal tersebut merupakan Hari Jadi Provinsi Kalsel ke-71 melalui DPRD Kalsel dengan surat keputusan Nomor 2 tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) Nomor 21 tahun 1950, setelah pembubaran RIS telah menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi sekaligus awal dibentuknya Provinsi Kalsel, dengan Gubernur pertamanya Dokter Moerjani.

Android

Menarik ketika tema yang dipilih pada peringatan Hari Jadi ke-71 Kalsel pada tahun 2021 yaitu “Rukui Hajat, Gawi Basumangat, Banua Harat“. Tema ini tentunya memiliki makna yang khas dengan nuansa Banjar. Misal kata Rukui Hajat bermakna kesamaan/kesatuan visi, Gawi Basumangat bermakna semangat kerja, kerja dengan bersemangat, dan Banua Harat bermakna bisa menjadi hebat. Dari tema ini tentunya memiliki makna yang sangat luar biasa bagi semua masyarakat Kalsel dalam upaya mewujudkan Kalsel yang Mapan (Mandiri dan terdepan), Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Berdikari dan Berdaya Saing serta  mengembangkan Sumber Daya Manusia yang agamis, sehat, terampil dan cerdas.

Kado Cerdas

Di Hari Jadi ke-71 Kalsel ini, kita bersyukur berapa waktu yang lalu tepatnya tanggal 22 sd 23 Maret 2021 Perpustakaan Nasional RI melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) Nasional Bidang Perpustakaan Tahun 2021. Satu hal yang sangat kita banggakan dimana dalam hasil Rakor tersebut adalah ditetapkannya Provinsi Kalimantan Selatan sebagai provinsi yang memiliki indeks pembangunan literasi (IPL) tertinggi di Indonesia dengan angka 48,7. Ada pun untuk urutan kedua diduduki oleh provinsi Bangka Belitung angka 28,83. Lalu diperingkat ketiga ada provinsi Gorontalo dengan angka 28,18, disusul provinsi Kalimantan Timur dengan angka 20,78 dan DKI Jakarta dengan angka 18,91.

Dari capaian Kalsel yang diraih dalam bidang literasi ini tentunya sangat mendukung Visi Presiden RI Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia dengan agenda Pembangunan SDM dan salah satu Visi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021 yaitu Mengembangkan SDM yang Agamis, Sehat, Cerdas dan Terampil. Ini juga sesuai dengan Permendagri No 90 Tahun 2019 dan Permendagri No 18 Tahun 2020 bahwa indikator keberhasilan perpustakaan provinsi adalah meningkatnya nilai kegemaran membaca masyarakat dan meningkatnya Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM).

Oleh karenanya Provinsi Kalsel melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) yang dipimpin oleh Dra Hj Nurliani Dardie, M.AP, sangat aktif dalam bidang literasi dan perpustakaan di kancah nasional, gencar menggalang kegiatan kegemaran membaca masyarakat dengan membuat program kegiatan Strategi Merangkul Stakeholder dalam rangka meningkatkan Minat Baca di Kalimantan Selatan dengan slogan “SMS DARA MENGACA” yang didukung seluruh Forkompida, Rektor UIN Antasari, Kepala BNNP Kalsel dan Tokoh masyarakat GT (P) Rusdi Efendi, AR serta Guru Kapuh (Ketua MUI Kab. HSS) dan dukungan penuh 10 dari 13 bupati/wali kota di Kalsel.

Tuntutan Banua Harat

Salah satu yang yang perlu dilakukan dalam upaya mewujudkan banua yang harat (hebat) adalah penyediaan sarana cerdas yang membuat pintar semua orang, salah satunya melalui transformasi layanan perpustakaan yang menyediakan sumber literasi bagi pemustaka. Transformasi perpustakaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan saat ini menyangkut dampak perubahan yang dapat dilihat sebagai hasil akhir dalam menggunakan layanan perpustakaan, pengaruh penggunaan perpustakaan dan signifikansi untuk pengguna. Juga dapat dipandang dari sisi pengguna perpustakaan yang berubah sebagai hasil dari kontak mereka dengan sumber daya dan program perpustakaan.

Menurut Joko Santoso, arah transformasi perpustakaan lebih kepada berbasis inklusi sosial yang mencakup tiga hal, yaitu perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan yang menjadikan perpustakaan sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat yang mampu melahirkan berbagai inovasi dan kreatifitas masyarakat, perpustakaan sebagai pusat kegiatan perberdayaan masyarakat yang berkomitmen pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, perpustakaan sebagai pusat kebudayaan melalui pelestarian dan pemajuan khazanah budaya bangsa secara berkelanjutan untuk kemajuan masyarakat.

Sedangkan aspek transformasi perpustakaan mencakup tiga hal yaitu koleksi, ruang dan layanan. Karakter dari koleksi yang ditransformasi adalah koleksi perpustakaan yang bermakna untuk membantu pemustaka dalam memahami diri dan dunia; Reflektif-Gue Banget, pemustaka dapat melihat dirinya sendiri pada koleksi perpustakaan secara positif dan akurat; Relevan, koleksi perpustakaan berhubungan dengan pengalaman hidup dan signifikansi kecakapan hidup; Menvalidasi, koleksi perpustakaan menegaskan nilai-nilai keberagamaan, kebenaran, kejujuran, keadilan, kegigihan); Memberdayakan, memungkinkan pemustaka untuk berbuat perubahan positif dalam kehidupan diri dan komunitas mereka; Inklusif, koleksi perpustakaan mencerminkan spektrum keragaman seluas mungkin dalam hal konten, kepengarangan dan akses; Memudahkan, multimodal dan multiple media; dan Menumbuhkan, koleksi perpustakaan menumbuhkan kesadaran sosial, kesadaran politik dan kesadaran kultural.

Karakter dari ruang yang ditransformasi adalah : 1. Menegaskan, ruang perpustakaan merayakan keragaman dan sikap positif ilmu pengetahuan; 2. Responsif, ruang perpustakaan adaftif dalam menghadapi perubahan demografi, kebutuhan dan minat pemustaka; 3. Mengundang, ruang perpustakaan mengundang beragam orang, keluarga dan anggota komunitas ke dalam ruang perpustakaan dan berkomunikasi; 4. Menghargai, ruang perpustakaan mengadaftasi sikap saling menghargai budaya masyarakat dengan memasukkan item-item budaya lokal; 5. Refleksibel, ruang perpustakaan dapat digunakan dalam berbagai tujuan oleh berbagai jenis pengguna individu, kelompok kecil, termasuk kelas-kelas pembelajaran; 6. Perluasan, ruang perpustakaan serupa dalam dimensi fisik dan virtual; dan 7. Nyaman, ruang perpustakaan mengundang pemustaka untuk berlama-lama di perpustakaan.

Karakter dari layanan yang ditransformasi adalah transfer pengetahuan, perpustakaan berusaha membangun akses pengetahuan ke pedesaan, termasuk mengubah perpustakaan menjadi penyedia layanan internet; Lifeskill, perpustakaan berusaha mengembangkan kecakapan dan keterampilan kerja; Kesejahteraan, perpustakaan mampu memastikan kesehatan dan kesejahteraan komunitas. Dalam waktu dekat, pustakawan harus menjadi mitra utama kesehatan masyarakat dalam mengembangkan upaya penelusuran kontak pandemi; Pusat informasi krisis, perpustakaan harus menyediakan layanan tanggap krisis/darurat dalam situasi bencana alam atau sosial; Inklusif, perpustakaan mampu menguatkan empati pemustaka yang beragam kondisi. Ramah difable dan menolong kaum marjinal dan sektor informal; Perluasan layanan, perpustakaan menyediakan layanan yang tak terbatas pada fisikal, tetapi juga virtual; dan Partisipatif, adanya perpustakaan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat untuk berkegiatan dan berbagi pengalaman praktis di perpustakaan untuk mempe
rluas transformasi pengetahuan.

Berharap dengan adanya perpustakaan sebagai media literasi yang selalu dekat dengan masyarakat akan semakin membuat masyarakat semakin cerdas dan banua semakin harat, selamat Hari Jadi Provinsi Kalsel ke-71, salam sehat dan sukses selalu untuk kita semua, Aamiiin.

Iklan
Iklan